Sekilas Kerajaan Kendan dan Medangjati

Kendan dan Medangjati

Sampurasun 

Pemiarsa semua...

Mandala mengandung pengertian Kabuyutan atau Tanah suci, segala hal, benda atau perbuatan yang dapat menodai kesuciannya harus dilarang atau dianggap buyut. Mandala Kendan sekarang terletak di Kecamatan Nagreg, dengan ketinggian 1200 di atas permukaan laut, dengan luas wilayah kurang lebih 4.930,29 Hektar, yang terbagi atas: hutan rakyat kurang lebih 907,37 hektar dan tanaman tahunan perkebunan kurang lebih 1.727,54 hektar. Status ke-mandala-an kendan sudah dipangku jauh sejak Kerajaan Kendan didirikan, daerah ini sangat dilindungi sebagai tempatnya para resi luhung ilmu seperti yang diterangkan dalam naskah Carita parahyangan.

Menurut kisah sejarah konon katanya, Resiguru Manikmaya berasal dari tjalankayana, India Selatan dan sebelumnya, telah mengembara mengunjungi beberapa negara, seperti, Gaudi di Benggala, Mahasin di Singapura, Sumatra, Nusa Sapi di Bali, Syangka, Yawana, Cina, dan lain-lain. Namun dari cerita rakyat Buah Dua Sumedang, beliau berasal dari keturunan Kerajaan Medang Kahyangan sebagai pengiring jaman kerajaan Salakanagara yang sudah ada sejak abad ke 3-4 masehi di Suku Gunung Tampomas Sumedang yang beragama Hindu, demikian juga situs ibunya sang Resi manikmaya tepatnya di dusun Puncak Manik Desa Cilangkap, Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang.

Kerajaan Kendan yang didirikan Resi Guru Manikmaya sebuah kerajaan yang pernah berdiri di Tatar Sunda antara abad ke 6-7 Masehi. Pusat kerajaannya saat ini berada di wilayah administratif desa Nagreg Kendan dan Citaman, kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung. Resiguru Manikmaya menikah dengan Tirtakancana, putri Maharaja Suryawarman, penguasa ke 7 Tarumanagara antara tahun 535–561 Masehi. Oleh karena itu, ia dihadiahi daerah Kendan, saat ini berada di Nagreg Kabupaten Bandung, lengkap dengan rakyat dan tentaranya.

Resiguru Manikmaya, dinobatkan menjadi seorang Rajaresi di daerah Kendan. Sang Maharaja Suryawarman, menganugerahkan perlengkapan kerajaan berupa mahkota Raja dan mahkota Permaisuri. Semua raja daerah Tarumanagara, oleh Sang Maharaja Suryawarman, diberi tahu dengan surat. Isinya, keberadaan Rajaresi Manikmaya di Kendan, harus diterima dengan baik. Sebab, ia menantu Sang Maharaja, dan mesti dijadikan sahabat. Terlebih, Sang Resiguru Kendan itu, seorang Brahmana ulung, yang telah banyak berjasa terhadap agama. Siapa pun yang berani menolak Rajaresiguru Kendan, akan dijatuhi hukuman mati dan kerajaannya akan dihapuskan.

Dari perkawinannya dengan Tirtakancana, Sang Resiguru Manikmaya Raja Kendan, memperoleh keturunan beberapa orang putra dan putri. Salah seorang di antaranya bernama Rajaputera Suraliman. Dalam usia 20 tahun, Sang Suraliman dikenal tampan dan mahir ilmu perang. Sehingga, ia diangkat menjadi Senapati Kendan, kemudian diangkat pula menjadi Panglima Balatentara atau Baladika Tarumanagara.

Resiguru Manikmaya memerintah di Kerajaan Kendan selama 32 tahun antara tahun 536-568 Masehi. Setelah resiguru wafat, Sang Baladika Suraliman menjadi raja menggantikan ayahnya di Kendan. Penobatan Rajaputra Suraliman, berlangsung pada tanggal 12 bagian gelap bulan Asuji tahun 490 Saka atau tanggal 5 Oktober 568 Masehi. Sang Suraliman terkenal selalu unggul dalam perang. Dalam perkawinannya dengan putri Bakulapura di Kutai, Kalimantan, yaitu keturunan Kudungga yang bernama Dewi Mutyasari, Sang Suraliman mempunyai seorang putra dan seorang putri. Anak sulungnya yang laki-laki diberi nama Kandiawan. Adiknya perempuan diberi nama Kandiawati.

Sang Kandiawan, disebut juga Rajaresi Dewaraja atau Sang Layuwatang. Sedangkan Sang Kandiawati, bersuamikan seorang saudagar dari Pulau Sumatra, tinggal bersama suaminya. Sang Suraliman, menjadi raja Kendan selama 29 tahun antara tahun 568-597 Masehi. Kemudian ia digantikan oleh Sang Kandiawan yang ketika itu telah menjadi raja daerah di Medang Jati atau Medang Gana. Oleh karena itu, Sang Kandiawan diberi gelar Rahiyangta ri Medang Jati.

Setelah Sang Kandiawan menggantikan ayahnya menjadi penguasa Kendan, ia tidak berkedudukan di Kendan, melainkan di Medang Jati kemungkinan di Cangkuang, Bandung. Penyebabnya adalah karena Sang Kandiawan pemeluk agama Hindu Wisnu. Sedangkan wilayah Kendan, pemeluk agama Hindu Siwa. Bisa jadi, temuan fondasi candi Bojong Menje oleh Balai Arkeologi Bandung, terkait dengan keagamaan masa silam Kendan.

Sebagai penguasa Kendan ketiga, Sang Kandiawan bergelar Rajaresi Dewaraja. Ia punya lima putra, masing-masing bernama Mangukuhan, Karungkalah, Katungmaralah, Sandanggreba, dan Wretikandayun. Kelima putranya, masing-masing menjadi penguasa daerah di Kuli kuli, Surawulan, Peles Awi, Rawung Langit, dan Menir. Kemungkinan, lokasi Kerajaan Kendan dan wilayahnya tersebut berada di sekitar Kecamatan Balubur dan Limbangan Kabupaten Garut serta Kabupaten Bandung.

Sang Kandiawan menjadi Raja antara tahun 597-612 Masehi, selama 15 tahun. Tahun 612 Masehi, ia turun tahta dari keprabuan kerajaan Kendan, lalu menjadi pertapa di Layuwatang. Sebagai penggantinya, ia menunjuk putra bungsunya, Sang Wretikandayun, yang waktu itu sudah menjadi Rajaresi di daerah Menir.

Saat Linggawarman, raja Tarumanagara yang berkuasa dari tahun 666 meninggal dunia pada tahun 669 Masehi, kekuasaan Tarumanagara jatuh ke Sri Maharaja Tarusbawa, menantunya dari Sundapura, salah satu wilayah di bawah Tarumanagara. Karena Tarusbawa memindahkan kekuasaan Tarumanagara ke Sundapura, pihak Galuh, dipimpin oleh Wretikandayun yang berkuasa sejak tahun 612 Masehi, memilih untuk berdiri sebagai kerajaan mandiri. Kerajaan Galuh dan Sunda sepakat berbagi wilayah dan menjadikan Sungai Citarum sebagai batasnya.

Sang Wretikandayun dinobatkan sebagai penguasa Kerajaan Kendan pada tanggal 23 Maret 612 Masehi, dalam usia 21 tahun. Malam itu, bulan sedang purnama. Esok harinya, matahari terbit, tepat di titik timur garis ekuator. Sang Wretikandayun tidak berkedudukan di Kendan ataupun di Medang Jati, tidak juga di Menir. Ia mendirikan pusat pemerintahan baru, kemudian diberi nama Galuh. Lahan pusat pemerintahan terletak antara Sungai Citarum di sebelah barat dan Sungai Cisarayu atau Sungai Serayu juga Cipamali (Kali Brebes) di sebelah timur. Kerajaan ini adalah penerus dari kerajaan Kendan, bawahan Tarumanagara.

Sebagai Rajaresi, Sang Wretikandayun memilih istri, seorang putri pendeta bernama Manawati, putri Resi Makandria. Manawati dinobatkan sebagai permaisuri dengan nama Candraresmi. Dari perkawinan ini, Sang Wretikandayun memperoleh tiga orang putra, yaitu Sempakwaja, lahir tahun 620 Masehi, Jantaka, lahir tahun 622 Masehi, dan Amara, lahir tahun 624 Masehi.

Ketika Sang Wretikandayun dinobatkan sebagai Raja Kendan di Galuh, penguasa di Tarumanagara saat itu, adalah Sri Maharaja Kertawarman antara tahun 561-628 Masehi. Sebagai Raja di Galuh, status Sang Wretikendayun adalah sebagai raja bawahan Tarumanagara. Berturut-turut, Sang Wretikandayun menjadi raja daerah, di bawah kekuasaan Sudawarman antara tahun 628-639 Masehi, Dewamurti antara tahun 639-640 Masehi, Nagajayawarman anatara tahun 640-666 Masehi, dan Linggawarman antara tahun 666-669 Masehi.

Ketika Linggawarman digantikan oleh Sang Tarusbawa, umur Sang Wretikandayun sudah mencapai 78 tahun. Ia mengetahui persis tentang Tarumanagara yang sudah pudar pamornya. Apalagi Sang Tarusbawa yang lahir di Sunda Sembawa dan mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Ini merupakan peluang bagi Sang Wretikandayun untuk membebaskan diri (mahardika) dari kekuasaan Sang Tarusbawa.

Sang Wretikendayun segera mengirimkan duta ke Pakuan (Bogor) sebagai ibu kota Kerajaan Sunda (lanjutan Tarumanagara) yang baru, menyampaikan surat kepada Sang Maharaja Tarusbawa. Isi surat tersebut menyatakan bahwa Galuh memisahkan diri dari Kerajaan Sunda, menjadi kerajaan yang mahardika.

Sang Maharaja Tarusbawa adalah raja yang cinta damai dan adil bijaksana. Ia berpikir, lebih baik membina separuh wilayah bekas Tarumanagara daripada menguasai keseluruhan, tetapi dalam keadaan lemah. Tahun 670 Masehi, merupakan tanda berakhirnya Tarumanagara. Kemudian muncul dua kerajaan penerusnya, Kerajaan Sunda di belahan barat dan Kerajaan Galuh di belahan timur, dengan batas wilayah kerajaan Sungai Citarum. 





448 – 534 Caka = 86 tahun candra ; 556 – 639 Masehi = 83 tahun surya
Kala 448 – 490 Caka (556 – 597  Masehi) 42 tahun
Kerajaan Kendan 1, bawahan Tarumanagara
Nama Resiguru Manikmaya
Gelar Sang Maharsiguru Manikmaya, Sang Resiguru
Asal-usul Negeri asalnya, ialah Bharatawarsa (India) sebagai tanah airnya, tempat ia dilahirkanIa berkelana yang ahirnya sampai ke Jayasinghapura, ibukota Tarumanagara 6.
Istri 1 Déwi Tirthakancana, puteri Sri Maharaja Suryawarman, raja Tarumanagara 7
Anak Rajaputra Suraliman, panglima besar angkatan bersenjata Tarumanagara.
Istri 2 Déwi Sanwara
Anak Sri Naragati atau Sri Narawati diperisteri oleh Sang Surawana atau Si Uwur­-uwur
Catatan Sang Surawana adalah siswa Sang Resiguru Manikmaya. Kemudian diambil menjadi menantu Sang Resiguru. Disebabkan Sri Naragati menanggung derita dan sangat cinta kepada sang teruna Surawulan Sri Naragati, Sri Narawati bersuami Surawana, Sang Sudhira, Si Uwur-uwur (pekerjaan Sang Surawana, yaitu tiap hari mencari ikan di batas hutan atau rawa. Setelah itu, dia menjadi nelayan di laut dan sungai bersama-sama ayahnya dan saudaranya. Sang Surawana yang semula disebut Si Uwur-uwur Sagara, karena ganti pekerjaan menjadi pencari burung, kemudian disebut Manuk Si Uwur-uwur).
Keterangan Adapun Resiguru Manikmaya asal mulanya dari negeri Bharata. Sudah beberapa negeri dan wilayah didatangi olehnya, serta tinggal di sana, kemudian berangkat lagi pindah ke negeri lain. Negeri itu di antaranya Pulau Simhala, negeri Gauda, Hujungmendini, Pulau Sumatra, Pulau Bali, Jawa Timur. Akhirnya tiba di Jawa Barat dan tinggal di situ, di ibukota Kerajaan Taruma ialah Jayasinghapura.Sang Resiguru Manikimaya ahli agama, pandai bicara, serta sifatnya sangat (baik), beliau dijadikan kepala pendeta di ibukota Tarumanagara. Tidak lama antaranya, Resiguru Manikmaya oleh Sri Maharaja Suryawarman diberi hadiah daerah, yaitu wilayah Kendan namanya, lengkap dengan pembantunya, wadwamawastra. Sang Resiguru dijadikan raja Kendan, sebagai raja wilayah Kerajaan Tarumanagara. Kepada menantunya Sri Maharaja juga memberikan berbagai perlengkapan raja yang baik. Begitu juga sejumlah pakaian, mahkota raja dan permaisuri, serta senjata pembesar, pegawai-pegawai raja, pejabat raja. Bahkan seluruh barang dan bermacam-macam makanan, bermacam-macam kendaraan yaitu kereta gajah, kuda, ternak sapi, kambing, anjing, juga burung, ayam, dan macam‑macam yang lainnya lagi. Seluruh raja wi­layah di Jawa Barat semuanya (diberi) tahu dengan Surat oleh Sri Maharaja Tarumanagara bahwa Raja Resiguru Kendan adalah menantuku, lindungilah olehmu semua, janganlah ditolak menantuku olehmu; dan lagi Resiguru Manikmaya merupakan Brahmana (yang) sempurna mantranya dan beliau telah ternama dalam keagamaan. Siapa yang menolak, memukul kepada Raja Resiguru Kendan akan dibunuh, dan kerajaannya dihancurkan. sedangkan keturunan, sanak saudara serta keluarga raja resiguru Kendan dijadikan pembesar kerajaan, dan jabatan pejabat kerajaan, hulu balang, mantri, dan lainnya lagi di Kerajaan Kendan; juga ada yang dijadikan duta di kerajaan sahabat, bahkan ada juga yang dijadikan duta Kerajaan Tarumanagara di Kerajaan Cina dan salah satu kerajaan di negeri Bharata.
Catatan Raja resiguru Kendan Sang Manikmaya menjadi raja wilayah Kendan lamanya 42 tahun, ialah dari tahun 448 sampai dengan tahun 490 Saka. Permulaan berdiri(nya) kerajaan wilayah Kendan ditulis dalam prasasti. Begini: Tanggal empatbelas paro terang bulan Magha tahun esthi wisikya truthi 453 Caka.(14s-4-453 Caka = 19 Agustus 561)

Resiguru Manikmaya di Kendan adalah nenek moyang raja Galuh




Kala490 – 519 Caka (597 – 625 Masehi) = 29 tahun, 12k-12-490 Caka (18 Maret 598  M)
Kerajaan Kendan 2, bawahan Tarumanagara
Nama Suraliman, Sang Suraliman Sakti
Gelar Karmadharaja Bhimaparakrama
Istri Déwi Mutyasari, puteri Bakulapura, keturunan wangsa Kudungga
Anak
1 Sang Kandihawan, raja di Medangjati 
2.Dewi Kandyawati, dijadikan isteri oleh saudagar, orang Kotyewara dari Sumatera dan ia tinggal di tanah air suaminya.

Ketika beliau berusia 20 tahun makin terlihat kegagahan badannya, dan pandai berperang. Oleh karena itu beliau dijadikan senapati pe­rang, kemudian menjadi panglima di Kerajaan Tarumanagara.



Resi Mandra atau Makandria dari Jawa Timur, yang berdiam di wilayah Kendan

Anak
1. Déwi Mayangsari atau Komalasari 
2. Prabhaya, ia menjadi Patih di Medang­jati di bawah kekuasaan Ratu Sang Kandihawan


Kala 519 – 534 Caka (625 – 640 Masehi) = 15 tahun
Kerajaan Me­dangjati atau Medanggana.
Nama Sang Kandihawan
Gelar Sang Bhatara Wishnu, Rahiyang Dewaraja, rajarsi di Medanjati
Istri Déwi Mayangsari atau Halifah
Anak
1. Sang Mangukuhan atau Rahiyang Kuli-kuli 
2. Sang Karungkalah atau Rahiyang Surawulan
3. Sang Katungmaralah atau Rahiyang Pelesawi   
4. Sang Sandanggerba atau Rahiyang Rawunglangit
5. Sang Wretikandayun atau Sang Suradharmma


Kala 80 tahun
Kerajaan Ratu Wilayah
Nama Sang Mangukuhan atau Rahiyang Kuli-kuli, lahir 501 Caka (608 Masehi)
Istri
Anak
Wafat meninggal pada usia 105 tahun, pada tahun 606 Caka (=710  Masehi). Selanjutnya digantikan oleh puteranya, sebagai raja wilayah.


Kala 6 tahun
Kerajaan Ratu wilayah
Nama Sang Karungkalah, lahir 0504 Caka (611 Masehi)
Gelar Rahiyang Surawulan
Istri
Anak banyaknya 3 orang. Yang bungsu masih bayi.

meninggal pada usia 30 tahun, ialah pada tahun 538 Caka (644   Masehi) Selanjutnya ia digantikan oleh isterinya, karena putera‑puterinya masih kecil‑kecil


Kala 97 tahun
Kerajaan Ratu wilayah
Nama Sang Katungmaralah, lahir 507 Caka (614 Masehi)
Gelar Rahiyang Pelesawi
Istri
Anak