Silsilah Leluhur Limbangan Garut: Sunan Rumenggong dan Keturunannya

SUNAN RUMENGGONG DAN KETURUNANNYA
Menurut Sejarah Limbangan, bahwa Sejarah Keluarga Besar Limbangan Garut di mulai sejak keberadaan Kerajaan Rumenggong atau Keprabuan Kerta Rahayu, yang rajanya bernama Prabu Rakean Layaran Wangi atau Prabu Jayakusumah oleh karena itu disebut Sunan Rumenggong atau susuhunan Rumenggong.

Kabupaten Limbangan semula merupakan sebuah kerajaan daerah bawahan Kerajaan Besar Pakuan Pajajaran bernama Kerajaan Kertarahayu, yang didirikan Sunan Rumenggong di kawasan Gunung Poronggol Limbangan sekitar tahun 1415.  Sunan Rumenggong bernama asli Jaya Permana atau Jayakusumah dengan gelar Ratu Rara Inten Rakean Layaran Wangi atau Prabu Gagak Rancang.

Bila dikaitkan dengan nama Limbangan, Sejarah Keluarga Besar Limbangan Garut, di mulai sejak Keprabuan Galeuh Pakuan pecahan dari Kerajaan atau Keprabuan Rumenggong, yang di rubah namanya, menjadi Kabupaten Limbangan oleh Adipati Liman Senjaya  atau Sunan Cipancar atas perintah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati di Cirebon pada tahun 1525 Masehi.

Sunan Rumenggong mempunyai 3 putra, yaitu :
1. Prabu Mundingwangi atau Sunan Cisorok
2. Nyi Putri Buniwangi / Nyi Rambut Kasih, lahir sekitar tahun 1470 masehi
3. Dalem Emas (dari isteri keduanya).

Menurut riwayat lain, disebutkan bahwa bahwa Sunan Rumenggong dari isterinya tidak mempunyai putri, tetapi mengangkat anak Nyi Buniwangi putrinya Sunan Patinggi Buniwangi.

Putra Prabu Munding Wangi (Sunan Cicorok) yaitu Prabu Sala Langu Layakusumah memperisteri Nyi Buniwangi, dan mempunyai anak yaitu :  Hande Limansenjaya Kusumah, Hande Limansenjaya dan Prabu Wastudewa.  Lalu Hande Limansenjaya Kusumah berputra : Jayakusumah II alias Panggung Pakuan Wijaya Kusumah atau Limansenjaya Kusumah.

Dari isteri keduanya Sunan Rumenggong dikaruniai 6 orang putra, yaitu :
1. Dalem Mangunharja (Sunan Galunggung)
1.1.Dalem Singaharja
1.1.1. Nagaparana
2. Dalem Manggunrembung / Prabu Mundingwangi (Sunan Cisorok)
3. Dalem Mangunreksa (Sunan Manglayang)
4. Dalem Manguntaruna (Purbalingga Jawa Tengah)
5. Dalem Emas (Sunan Bunikasih)
6. Dalem Mangunkusumah (Lemah putih Depok)
Menurut riwayat, sekitar tahun 1600-an Nagaparana pernah mengadakan pemberontakan, yang menyebabkan tewasnya Tumenggung Wangsanagara atau Sunan Kareseda, putranya Prabu Wijayakusumah atau Sunan Cipancar di suatu tempat yang sekarang disebut Ragahiyang di Gunung Sadakeling. Pemberontakan ini dapat dipadamkan oleh Dalem Santowaan cucunya Prabu Mundingwangi atau Dalem Cibolerang Wanaraja atau Sunan Cisorok.


Generasi ke 1
1. Prabu Jaya Dewata atau Sri Baduga Jaya Dewata mempersisteri Dewi Inten Dewata alias Nyi Anten alias Nyi Halimah, putrinya Dalem Pasehan Leles Torogong Garut, mempunyai anak :
1. 1. Sunan Dayeuh Manggung
1. 2. Sunan Gordah
1. 3. Siti Maemunah


Generasi ke 2
1. 2. Sunan Gordah menikah dengan Kartika putrinya Sunan Dayeuh Manggung, mempunyai anak :
1.2.1. Sunan Ranggalawe
1.2.2. Sunan Patinggi
1.2.3. Sunan Rumenggong atau Prabu Jaya Kusumah atau Kuwu Kandang Sakti atau Prabu  Rakeyan Layaran Wangi.


Generasi ke 3
1.2.3.3. Sunan Rumenggong menikah dengan Siti Juminten, putrinya Raden Utara dan Nyi Wisma Isnaeni, mempunyai anak :
1.2.3.3.1. Prabu Munding Wangi atau Sunan Cisorok atau Dalem Manggunrembung, kelahiran tahun 1550, Prabu di Keprabuan Rumenggong atau Kerta Rahayu
1.2.3.3.2. Buni Wangi (anak angkat)
1.2.3.3.4. Dalem Mangunharja atau Sunan Galunggung
1.2.3.3.5. Dalem Mangunreksa atau Sunan Manglayang
1.2.3.3.6.  Manguntaruna di Purbalingga Jawa Tengah
1.2.3.3.7.  Mangunkusumah di Lemah Putih Depok


Generasi ke 4
1.2.3.3.1. Prabu Munding Wangi (Sunan Cisorok), menikah dengan Nyi  Sari Ningrum putrinya Umah Tria dan Nyi Istimaah, mempunyai anak :
1.2.3.3.1.1. Prabu Sala Langu Layakusumah
Prabu Mundingwangi putra Sunan Rumenggong, bahwa beliau menggantikan ayahnya menjadi Prabu di Keprabuan Rumenggong atau Kerta Rahayu. 
Menurut Rd. Soemarna, ada kemungkinan beliau memindahkan pusat pemerintahannya dari Kertarahayu ke Dayeuhmanggung di Desa Selaawi sekarang.


Generasi ke 5
Sepeninggal Prabu Mundingwangi (Sunan Cisorok), Keprabuan Kerta Rahayu dilanjutkan oleh putranya, yaitu Prabu Salalangu Layakusumah.
1.2.3.3.1.1. Prabu Sala Langu Layakusumah menikah Nyi Buni Wangi putrinya Sunan Patinggi, mempunyai anak :
1.2.3.3.2.1.1 Dalem Santowan 
1.2.3.3.2.1.2 Prabu Hande Liman Senjaya 
1.2.3.3.2.1.3 Prabu Wastu Dewa 

Sajarah Limbangan meriwayatkan, bahwa beliau adalah saudara kembar dari Prabu Wastu Dewa. Beliau adalah sebagai penguasa di Keprabuan Galeuh Pakuan. Keraton Galeuh Pakuan berada di Daerah Pasirhuut berdekatan dengan Sungai Cipancar yang bemuara ke Sungai Cimanuk.

Menurut Kang Deddy Effendie, Wakil Ketua Masyarakat Pariwisata Kabupaten Garut yang diceritakan, bahwa di daerah Pasirhuut bekas Keraton Galeuh Pakuan Limbangan banyak kekayaan Galih Pakuan yang masih ada sampai dengan sekarang, dan disimpan oleh masyarakat yang mencintai sejarah kuno.

Prabu Hande Limansenjaya, kemungkinan karena sudah sepuh atau tidak mau berselisih dengan putranya sendiri (yang sudah memeluk agama Islam), akhirnya beliau meninggalkan keraton Galeuh Pakuan di Pasirhuut dan kemudian menuju ke daerah Wanaraja.

Beliau beserta pengikutnya membuka hutan di Daerah Wanaraja dan dijadikannya pemukiman, yang disebut Panyeredan berdekatan dengan kampung Tajur Kidul dan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Sucinaraja Kabupaten Garut.

Benda Cagar Budaya sebagai peninggalan Prabu Hande Limansenjaya, diantaranya batu bekas bertapa dan tanda kebesarannya seperti lingga dan alas duduk, masih ada di Pasir Sanghiyang di kaki bukit gunung Galunggung antara Kampung Tajur dan Cigadog (sekarang termasuk wilayah Kecamatan Sucinaraja Kab. Garut ).

Di Kampung Galeuh Pakuan Limbangan ditepi Sungai Cipancar. Penulis diantar oleh Bapak Nukri untuk melihat Batu Pangcalikan di tepi Sungai Cipancar. Menurut Bapak Nukri, bahwa Batu Pangcalikan tersebut adalah tempat beristirahat Prabu Limansenjaya setelah bersuci di Sungai Cipancar. Jarak Batu Pangcalikan tersebut dari Sungai Cipancar kurang lebih 5 m dan batu pangcalikan (yang tersusun seperti sebuah kursi) bersandar kepada dinding pematang sawah diatasnya.

Bapak Nukri menceritakan kepada penulis, bahwa beberapa puluh tahun yang lalu pada jaman pemerintahan Presiden Suharto ada sebuah batu yang berbentuk gentong dibawa ke Jakarta dan sekarang batu tersebut digunakan prasasti Gedung PGRI Pusat Jakarta.

Sepeninggal Prabu Hande Liman Senjaya, Keprabuan Galeuh Pakuan diwariskan kepada putranya, yaitu Adipati Limansenjaya atau Prabu Wikayakusumah yang setelah wafat terkenal dengan sebutan Sunan Cipancar.


Generasi ke 6
1.2.3.3.2.1.1 Dalem Santowan  
Dalem Santowaan menggantikan Prabu Salalangu Layakusumah, tetapi tidak di Keprabuan Kerta Rahayu, karena wilayah Keprabuan Kerta Rahayu telah dibagi tiga wilayah, yaitu Kaprabuan Galeuh Pakuan, Kaprabuan Sudalarang dan Kadaleman Cibolerang Wanaraja.

Makamnya Dalem Santowan dan isterinya Rapiah Mujenar asal Talaga di Buah Ngariung Curug Emas Desa Cadasngampar kecamatan Wado Sumedang, telah terendam Bendungan Jatigede. 

Menurut Sajarah Limbangan, Dalem Santowaan mempunyai 5 orang putra, yaitu :
1.2.3.3.2.1.1.1. Dalem Nayawangsa
1.2.3.3.2.1.1.2. Dalem Wangsareja
1.2.3.3.2.1.1.3. Kyai Pande Gede Papandak (Distrik Wanaraja)
1.2.3.3.2.1.1.4. Kyai Pande Gede Dadap Cangkring (Distrik Wanaraja)
1.2.3.3.2.1.1.5. Kyai Nawu


1.2.3.3.2.1.2 Prabu Hande Liman Senjaya  memperisteri Siti Rafiah Nursari putrinya Rd. Istiholi Nyimas Hujaimah (Asal Talaga), mempunyai anak :
1.2.3.3.2.1.2.1 Adipati Liman Senjaya Kusumah (Sunan Cipancar)
1.2.3.3.2.1.2.2 Ahdiat Senjaya Kusumah  

1.2.3.3.2.1.3. Prabu Wastu Dewa 
Prabu Sala Langu Layakusumah dari perkawinannya dengan Nyi Putri Buniwangi mempunyai putra kembar, yang sulung namanya Prabu Wastu Dewa (sebagai Prabu di Keprabuan Dayeuh Luhur wilayah Cibiuk sekarang) dan Prabu Hande Liman Senjaya Kusumah (sebagai Prabu di Keprabuan Galeuh Pakuan wilayah Limbangan sekarang).  Selanjutnya Prabu Wastu Dewa menjadi Prabu di Keprabuan Sudalarang (daerahnya meliputi yang sekarang termasuk Kecamatan Sukawening dan Karangtengah).
Prabu Wastu Dewa mempunyai putra :
1.2.3.3.2.1.3.1 Rd. Singadipati I 


Generasi ke 7
1.2.3.3.2.1.1.1. Dalem Nayawangsa
Dalem Nayawangsa  putra Dalem Santowaan adalah Dalem di daerah Cipacing Wanakerta, yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut. Dalem Nayawangsa mempunyai dua orang putra, yaitu ;
1.2.3.3.2.1.1.1.1. Dalem Kudawarsa atau Dalem Kuda Wreksa atau Eyang Moreleng

1.2.3.3.2.1.1.2. Dalem Wangsaraja lahir sekitar 1525 M
Dalem Wangsaraja adalah putra Dalem Santowaan, yang menurut Sajarah Limbangan menjadi Dalem Banjaran (Wanaraja). Beliau adalah menantu dari Adipati Suriakusumah Rangga Megatsari (cicit dari Sunan Cipancar), karena menikah dengan putranya yang bernama Nyi Rd. Tanurang Rucitawangi.
Dari perkawinannya dengan Nyi Rd. Tanurang Rucitawangi, Dalem Wangsaraja dikaruniai dua orang putra, yaitu :
1.2.3.3.2.1.1.2.1. Nyi Rd. Tanurang Manik
Nyi Tanurangmanik menjadi isteri dari Dalem Kudawarsa putra Dalem Nayawangsa, yang selanjutnya melahirkan 2 orang putra sebagaimana telah disebutkan di atas.
1.2.3.3.2.1.1.2.2. Rd. Rajasuta.
Rd. Rajasuta menjadi menantu Sunan Tangkil yang menjadi Demang Timbanganten.

1.2.3.3.2.1.1.3. Kyai Pande Gede Papandak (Distrik Wanaraja)
1.2.3.3.2.1.1.3.1. Dalem Wangsayuda, Dalem Wangsayuda adalah Sekretaris Keraton Mataram (asal Cilegong Papandak).

1.2.3.3.2.1.1.4. Kyai Pande Gede Dadap Cangkring (Distrik Wanaraja)
Mengenai riwayat dan data Silsilah Rundayannya tidak diketahui.

1.2.3.3.2.1.1.5. Kyai Nawu
Adapun putra bungsu Dalem Santowaan, yaitu Kyai Rd. Nawawi. Menurut riwayat, karena beliau ahli dalam bidang llmu Nahwu (cabang ilmu tata bahasa Arab), maka beliau terkenal dengan sebutan Kyai Rd. Nawu. Kyai Rd. Nawu tinggal dan menetap di daerah Cibeureum Wanaraja, yang sekarang termasuk wilayah Kec. Pangatikan Kabupaten Garut.
Kyai Rd. Nawawi (Kyai Rd.Nawu) mempunyai putra yang bernama :
1.2.3.3.2.1.1.5..1 Kyai Lembang (Syekh Abdul Jabar)
Beliau adalah Kyai di Daerah Cikukuk Leles (sekarang termasuk wilayah Kecamatan Leuwigoong). Makam Kyai Lembang (Syekh Abdul Jabar) satu kompleks dengan makam cucunya, yaitu Kyai Rd. Jafar Sidik, berada di sebuah bukit Gunung Haruman di Desa Cipareuan Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut.

1.2.3.3.2.1.2.1 Adipati Liman Senjaya Kusumah (Sunan Cipancar), meperisteri Siti Ratna Sari, putrinya Prabu Wastu Dewa dan Siti Anggaraeni, mempunyai anak :
1.2.3.3.2.1.2.1.1. Wangsanagara (Sunan Karaseda)
1.2.3.3.2.1.2.1.2. Aria Sumanagara
1.2.3.3.2.1.2.1.3. Nyi Mas Ruhiat
1.2.3.3.2.1.2.1.4. Jaya Dibrata 
1.2.3.3.2.1.2.1.5. Nyi Mas Raja Panata
1.2.3.3.2.1.2.1.6. Nyi Mas Jayaningrat
1.2.3.3.2.1.2.1.7. Nyi Mas Rajamirah

1.2.3.3.2.1.3.1 Rd. Singadipati I mempunyai 6 orang putra, yaitu :
1.2.3.3.2.1.3.1.1. Dalem Mangkubumi (Wanakerta)
1.2.3.3.2.1.3.1.2. Dalem Wangsapati (Cinta)
1.2.3.3.2.1.3.1.3. Dalem Kertawangsa
1.2.3.3.2.1.3.1.4. Dalem Jaksa (Ragadiyem)
Cucunya adalah Ny. Rd. Minur yang menikah dengan Dalem Mertasinga putra Adipati Ranggamegatsari (Bupati Limbangan ke 2 1678–1726 M).
1.2.3.3.2.1.3.1.5. Dalem Lurah (Ragadiyem)
1.2.3.3.2.1.3.1.6. Dalem Singadipati II (Cinta)

Sepeninggal ayahnya, Keprabuan Sudalarang dilanjutkan oleh Dalem Singadipati II (masuk Islam tahun 1525 M), putranya adalah Ny. Rd. Ayu Kuningan yang menikah dengan Dalem Nayawangsa putra Dalem Santowaan  (Bupati Limbangan 1 1650–1678 M). Setelah Dalem Singadipati II (Prabu Sangga Adipati II) putra Rd. Singadipati I, Keprabuan Sudalarang dilanjutkan oleh Dalem Cakrajaya. Sampai sekarang penyusun belum menemukan Buku Standar Silsilah Rundayan dari Prabu Wastu Dewa (Sudalarang).

Menurut Rd. Sobarnas, salah seorang cucu Dalem Singadipati II yang bernama Nyimas Ayu menikah dengan Pangeran Sacakusumah putra Mas Jolang atau Pangeran Seda ing Krapyak Sultan Mataram 1601–1613 M . (Rd. Sobarnas : 26 ). Ada kemungkinan Rd. Wirantadijaya (Lurah Desa Cinta Kec. Nangkapait Kab. Garut), ayah Rd. Muh. Sanusi Harjadinata, Gubernur Jawa Barat tahun 1952–1857 adalah keturunan dari Ragadiyem.


Generasi ke 8
1.2.3.3.2.1.1.2.1. Dalem Kudawarsa menikah dengan saudara sepupunya Nyi Tanurang Manik mempunyai 2 orang anak , yaitu :
1.2.3.3.2.1.1.2.1.1. Dalem Wangsadita I (Rangga Limbangan)
Dalem Wangsadita I menggantikan Dalem Mertasinga, sebagai Bupati Limbangan ke 3 (1726-1740). Beliaulah yang menurunkan para Bupati Limbangan, Sumedang dan seuweu siwinya. Seuweu siwinya akan dijelaskan di belakang.

1.2.3.3.2.1.1.2.1.2. Rd. Candrakusumah.
Rd. Candrakusumah riwayatnya belum dketemukan, tetapi dalam Sajarah Menak–menak Limbangan, beliau menurunkan putra, cucu dan seterusnya sampai Rd. Padmareja (Camat Leuwidadap Kab. Bandung). Seuweu siwi Rd. Padmareja tidak diketahui.

1.2.3.3.2.1.1.2.2. Dalem Wangsareja, mempunyai anak diantaranya :
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1. Rd. Muh. Rajak


Generasi ke 9
1.2.3.3.2.1.1.3.1.1. Rd. Patrawangsa
1.2.3.3.2.1.1.3.1.2. Rd. Partadiriya
1.2.3.3.2.1.1.3.1.3. Rd. Paranajibja al Ilyas
1.2.3.3.2.1.1.3.1.4. Rd.Natawiria
1.2.3.3.2.1.1.3.1.5. Rd. Wra Sasatero
1.2.3.3.2.1.1.3.1. Dalem Wangsayuda mempunyai anak, yaitu :

1.2.3.3.2.1.1.2.2.1 Rd. Muh.Rajak, mempunyai anak :
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1.1.1. Rd. Abubakar, menurunkan cicit / buyut, yaitu :
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1.1.2. Kyai Rd. Ali Mujaham
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1.1.3. Kyai Rd. Ali Mujahim
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1.1.4. Kyai Rd. Muh. Arif
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1.1.5. Kyai Rd. Arsi
Tidak ada data riwayat dan rundayan seuweu siwinya.

1.2.3.3.2.1.1.2.2. Rd. Rajasuta.
Rd. Rajasuta menjadi menantu Sunan Tangkil yang menjadi Demang Timbanganten.
Dari Nyi Rd. Ajeng Karaton putra Sunan Tangkil, Rd. Rajasuta mempunyai 2 orang putra, yaitu :
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1. Dalem Rajadiwangsa.
1.2.3.3.2.1.1.2.2.2. Rd. Taruna (Cikukuk).


1.2.3.3.2.1.1.5..1 Kyai Lembang (Syekh Abdul Jabar) mempunyai beberapa orang putra, di antaranya :
1.2.3.3.2.1.1.5..1.1. Kyai Rd. Ketib. Beliau adalah seorang Kyai di daerah Ciceuri (sekarang temasuk Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut). Makam Kyai Rd. Ketib putranya Kyai Lembang berada di sebelah Barat pemakaman Astana Gede di Kampung Pasir Astana Desa Pasirwaru Kec. Limbangan. Karena Kyai Rd. Ketib memegang jabatan Khotib pertama di Limbangan, maka selanjutnya beliau pindah dari daerah Ciceuri Malangbong (sekarang termasuk wilayah Kecaamatan Kersamanah Kabupaten Garut) ke Limbangan dan seterusnya tinggal dan menetap di Limbangan.

1.2.3.3.2.1.1.5..1.2. Kyai Rd. Sulaeman (Banyumas)

Generasi ke 10
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1. Dalem Rajadiwangsa, mempunnyai anak :
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1.1. Rd. Arsadinata I (Patih Limbangan) menikah dengan Nyi Rd. Purba Sepuh Leuwibolang putra Dalem Wangsadita I (Bupati Limbangan ke 3, 1726 – 1740).

1.2.3.3.2.1.1.5..1.1. Kyai Rd. Ketib mempunyai 7 orang anak diantaranya :
1.2.3.3.2.1.1.5..1.1.1. Nyimas Ayu Subah
1.2.3.3.2.1.1.5..1.1.2. Kyai Musta’mil
1.2.3.3.2.1.1.5..1.1.3. Kyai Mas Panengah

1.2.3.3.2.1.1.5..1.2. Kyai Rd. Sulaeman (Banyumas), mempunyai beberapa anak diantara yaitu :
1.2.3.3.2.1.1.5..1.2.1 Kyai Mas Winata
1.2.3.3.2.1.1.5..1.2.2 Kyai Abdullah


Generasi ke 11
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1.1. Rd. Arsadinata I (Patih Limbangan) menikah dengan Nyi Rd. Purba Sepuh Leuwibolang putra Dalem Wangsadita I (Bupati Limbangan ke 3, 1726 – 1740), mempunyai 4 orang anak, yaitu :
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1.1.1. Rd. Rajadinata I (Wedana Cileuleuy) Salah seorang putra Rd. Rajadinata I, yatu : Nyi Rd. Umu Kulsum. Belau adalah istri dari Kyai Rd. Moh. Soleh (Penghulu Malangbong) putra Rd. Mas Nur Hasan, cucu Rd. Surayuda (Wedana Malangbong). 
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1.1.2. Rd. Natadireja
1.2.3.3.2.1.2.2.1.1.2.2. Rd. Arsadireja (Rd. Aip)
1.2.3.3.2.1.2.2.1.1.2.3. Rd. Arsadinata II
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1.1.4. Nyi. Rd. Natijah

1.2.3.3.2.1.1.5..1.1.1. Nyimas Ayu Subah
Nyimas Ayu Syu’bah menikah dengan Kyai Rd. Mas’ud putranya Rd. Arsawiguna (Patih Limbangan) dan melahirkan 5 orang putra, diantaranya yaitu :
1.2.3.3.2.1.1.5..1.1.1.1. Kyai Rd. Jafar Sidik
1.2.3.3.2.1.1.5..1.1.1.2. Kyai Rd. Fakih Ibrahim.

1.2.3.3.2.1.1.5..1.1.2. Kyai Musta’mil 
1.2.3.3.2.1.1.5..1.1.2.1. Nyi Rd. Ajeng Kawibun, menikah dengan saudara sepupunya, yaitu Kyai Rd. Jafar Shidik putra Kyai Rd.Mas’ud.

1.2.3.3.2.1.1.5..1.1.3. Kyai Mas Panengah mempunyai anak beberapa orang, diantaranya :
1.2.3.3.2.1.1.5..1.1.3.1. Ny. Rd. Pangulu Cicadas, menikah dengan saudara sepupunya, yaitu Kyai Rd.Fakih Ibrahim putra Kyai Rd.Mas’ud.


Generasi ke 12
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1.1.1. Rd. Rajadinata I, mempunyai anak diantaranya : 
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1.1.1.1 Nyi Rd. Umu Kulsum yang diperisteri oleh Kyai Rd. Moh. Soleh (Penghulu Malangbong) putra Rd. Mas Nur Hasan, cucu Rd. Surayuda (Wedana Malangbong). 

1.2.3.3.2.1.1.2.2.1.1.2. Rd. Natadireja
Rd. Natadireja menikah dengan Ny Rd. Natamantri putra Nyi Rd Kambang cucu Dalem Wangsadita II (Bupati Limbangan 4), mempunyai 7 orang putra, diantaranya yaitu :
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1.1.2.1. Nyi Rd. Siti Maliki. ia adalah suami Rd. Sinureja putra Rd. Sutabangsa yang nantinya menurunkan tokoh-tokoh terkenal Cibiuk dan Limbangan :
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1.1.2.1.1. Kyai Rd. Jafar Sidik
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1.1.2.1.2 Kyai Rd. Fakih Ibrahim

1.2.3.3.2.1.2.2.1.1.2.2. Rd. Arsadireja (Rd. Aip)
Rd. Arsadireja menikah dengan putra Rd. Wangsayuda, putra Tmg. Wijayakusumah (Dalem Sukadanuh) atau cicit Dalem Jiwanagara I (Cinunuk Wanaraja), dikarunia seorang putra, yaitu :
1.2.3.3.2.1.2.2.1.1.2.2.1. Nyi Rd. Siti Mariyah

1.2.3.3.2.1.2.2.1.1.2.3. Rd. Arsadinata II, mempunyai anak :
1.2.3.3.2.1.2.2.1.1.2.3.1 Rd. Sutamanggala (Penghulu Malangbong)

1.2.3.3.2.1.1.2.2.1.1.4. Nyi. Rd. Natijah
Nyi Rd. Natijah ditikah oleh Kyai Rd. Jaiyyah, cucunya Rd. Jafar Sidik dari putrinya Nyi Rd. Ayu Fatimah. 
Menurut riwayat dari sesepuh di Malangbong dan Limbangan, bahwa salah seorang putra Kyai Rd. Jaiyyah adalah :
1.2.3.3.2.1.1.2.2.1.1.4.1. Embah Khair,  atas ijin dari ayahnya, beliau pergi mengembara ke daerah Cimande Bogor dan pernah mengabdikan diri kepada Dalem Wiratanudatar VI (Bupati Cianjur). Diriwayatkan bahwa beliau dan istrinya adalah pencipta “jurus Cimande“, yang terkenal di dunia persilatan tatar Sunda.

Generasi ke 13
1.2.3.3.2.1.2.2.1.1.2.2.1. Nyi Rd. Siti Mariyah  diperisteri oleh Patih Limbangan yaitu Rd. Rangga Suriadikusumah putra Rd. Suriadiningrat (keturunan Dalem Cikundul Cianjur dan Panjalu). Menurut silsilah, Rd. Rangga Suriadikusumah putra Rd. Suriadiningrat adalah saudara sepupu Dalem Adiwijaya I (Bupati Limbangan Garut tahun 1813–1833) putra Pangeran Kornel (Bupati Sumedang tahun 1791–1828).
Ny. Rd. Siti Mariyah putra Rd. Arsadireja dari Rd. Rangga Suriadikusumah dikarunia seorang putra, yaitu : 
1.2.3.3.2.1.2.2.1.1.2.2.1.1. Rd. H. Muhammad Musa, adalah Penghulu Limbangan atau terkenal dengan sebutan Penghulu Bintang Garut. 

1.2.3.3.2.1.2.2.1.1.2.3.1 Rd. Sutamanggala (Penghulu Malangbong), mempunyai anak :
1.2.3.3.2.1.2.2.1.1.2.3.1.1 Nyi. Rd. Komala 


Generasi ke 14
1.2.3.3.2.1.2.2.1.1.2.3.1.1 Nyi. Rd. Komala x Rd. Surayuda (Wedana Malangbong 1809) dan mempunyai 2 orang putra, yaitu :
1.2.3.3.2.1.2.2.1.1.2.3.1.1.1. Rd.Wirayuda
1.2.3.3.2.1.2.2.1.1.2.3.1.1.2. Nyi. Rd. Nata Karaton 


Generasi ke 14
1.2.3.3.2.1.2.2.1.1.2.3.1.1.2. Nyi. Rd. Nata Karaton dari suaminya (?), beliau mempunyai anak :
1.2.3.3.2.1.2.2.1.1.2.3.1.1.2..1  KH Rd. Abdul Kohar Sesepuh PP Cipining Cibunar Malangbong.


KETURUNAN DALEM EMAS
Dalem Emas atau Sunan Bunikasih rundayan silsilahnya akan sampai kepada Kyai Rd. Moh. Ashim (Parakanmuncang).  

Menurut sesepuh Kp. Serang Cibiuk, Kyai Rd. Moh. Ashim setelah berguru kepada Kyai Syek Jafar Sidik (pada abad 18 M) tidak pulang ke Parakanmuncang, tetapi terus menetap di Cibiuk dan menikah dengan Nyi Rd. Ajeng Kabumen putra Kyai Rd. Zakaria.

Menurut riwayat, bahwa Kyai Rd. Zakaria adalah putra Embah Dangdeur Cikawao (Embah Nurmadin putra Maulana Abdullah keturunan Maulana Hasanudin Banten). 

Kyai Rd. Zakaria menikah pula dengan Nyi Rd. Nalebah cucu Dalem Tegaljati Pasir Uncal, yaitu Dalem Wiraha putra Dalem Wirayuda atau Dalem Cipicung, cucunya Tmg. Wangsanagara atau Sunan Kareseda.

Dari Nyi Rd. Ajeng Kabumen putra Kyai Rd. Zakaria, Kyai Rd. Moh. Ashim menurunkan beberapa orang putra, diantaranya :
I. NY. RD. ST. KURSIYAH (Eyang Kunci)
Beliau dahulu tinggal di Cibuntu Cibiuk. Putra-putranya, yaitu :
1. Rd.Muh.Saleh, Ayah Rd. Idik (Pasir Kulit Cibiuk)
2. Ny. Rd. St. Qoribah
Ny. Rd. St. Qoribah menikah dengan saudara sepupunya, yaitu Kyai Rd. Nur Muhammad putra Ny. Rd.Idah/ Rd. Sinureja. Seuweu siwinya akan dijelaskan di belakang.


II. EYANG DEMAS
Beliau tinggal di Cibiuk. Putra-putranya diantaranya :
1. Rd. H. Abdul Manan, Ayah dari Rd. H.Ino, Rd.H. Amin dll
2. Kyai Ahmad Majalli (Majalaya)


III. NY. RD. IDAH
Ny. Rd. Idah adalah menantu Rd. Sinureja ( keturunan Dalem Wirabangsa Cikelepu Limbangan). Dari Rd.Wargadireja putra Rd. Sinureja, Ny. Rd. Idah melahirkan 2 orang putra, yaitu :
1. Kyai Rd. Nur Muhammad
2. Rd. Ali Hanafiah.
Seuweu siwinya akan dijelaskan di belakang.

IV. RD. MOH. YUSUF
Rd. Moh. Yusuf putra Kyai Rd. Moh. Ashim mempunyai tiga putra, yaitu :
a. Kyai Rd. Muh. Bunyamin.
Rd. Muh. Bunyamin menikah dengan putra sulung Kyai Rd. Nur Muhammad, yaitu Nyi Rd.Murtijiyah dan melahirkan seorang putra, yaitu : Kyai Rd. Romli (Mama Ciloa Limbangan ).
Rd. Moh. Romli dari Ny. Rd. St. Fatimah, dikarunai 8 orang putra, diantaranya :
1. Rd. Ahmad Kosasih, putranya adalah :
1). Rd. Cecep Yusuf
2). Rd. Aceng Romli

2. Rd. Zenal Muttaqin, mempunyai 7 orang putra, diantaranya :
(1). Rd. Ahmad Nahrowi
(2). Rd. Hasanudin
(3). Rd. Husenudin

3. Rd. Abed Zenal Abidin mempunyai 7 orang putra, diantaranya :
1). Rd. Muhyiddin
Menurut KH Rd. Ibrahim Iskandar (PP Burujul Limbangan), Rd.Muhyiddin adalah penyusun buku “ Wawacan Nur Muhammad Cikekepu “ dan sekarang aktif di DKM Mesjid Agung Bandung.
2). Rd. Ombi Romli

4. Ny. Rd. Baitul Fatmawati. ia dikaruniai 2 orang putra, yaitu :
1). Aceng Holil Aonillah
Beliau adalah sesepuh PP Ciloa Limbangan. Salah seorang menantunya (KH Rd. Agus Soleh ) sekarang memimpin PP Ciloa Limbangan.
2). Ny. Rd. Ai Toto St.Rohmah Isteri KH Rd. E. Muhyiddin putra KH Rd. Tajudin ( PP Pulosari LImbangan ).

5. Rd. Ashim
1). KH Rd. Ibrahim Iskandar (Cep Ii)
Sekarang ( 2009 ) beliau sebagai sesepuh PP Burujul Limbangan. Salah seorang putranya ( Ny. Rd.Eva Syarifah ) menjadi isteri dari Ceng Mustopa putra KH Amin Suhrowardi ( PP Assyatibiyah Tanjungpura hilir Kr.Pawitan – Bani Nuryayi ).
2). KH Rd. Toto (CepToto) Sesepuh PP Sukamantri Sukabumi.
3). KH Rd.Didi ( Soreang Bandung )
Rd. Muh. Ashim terkenal pula dengan sebutan Kyai Ende. Beliau adalah menantu KH Rd.Moh. Sayuti ( Mama Cibunar ), dan dikarunai 3 orang putra, yaitu :

b. Kyai Rd. Munaji (ayah Rd.H. Ali Limbangan)

c. Nyimas Halimah
Nyimas Halimah adalah isteri KH Rd. Abdul Fatah putra KH Rd. Aonillah (Mama Serang Cibiuk ). Seuweu siwinya akan djelaskan di bawah.


V. KYAI RD.MOH. AONILLAH (Mama Serang Cibiuk).
Kyai Rd. Aonllah menikah dengan Ny. Rd. Syarifah Aisyah putra Syekh Maulana Sayyid Daud ( Empang Bogor ) dan ( ? ). Dari keduanya, Kyai Rd. Aonillah dikaruniai 4 orang putra, yaitu :
V1. KH. RD.ABDUL FATAH (wafat 1878 M)
KH Rd. Abdul Fatah ( Pesantren Cibalandong ) dari Nyi Rd.St.Halimah putra KH Rd. Moh. Yusuf mempunyai, 6 putra, yaitu :
1. Ny. Rd.Mas Enok ( wafat di Mekah )
2. Ny. Rd. Ubik
3. Nyi Rd. Enot
4. KH Rd. Achmad Mahalli
5. KH Rd. Jalaludin Sayuti
6. KH Rd. Gojali


1. Ny. Rd. Mas Enok.
2. Ny. Rd. Ubik
3. Nyi Rd. Enot
Nyi Rd. Enot mempunyai seorang putra, yaitu KH.Rd. Jakaria. KH Rd. Jakaria menjadi sesepuh pesantren Situ Batu (Cipareuan Cibiuk). Akhirnya KH Rd. Jakaria menjadi menantu KH Abdullah (yang membedah Desa Cipareuan, yang sakarang termasuk Kec. Cibiuk). Dari Ny.Siti Julaeha putra KH Abdullah, KH Rd.Jakaria dikaruniai 8 orang putra,dintaranya :
1 ). Rd. Masduki
2 ). Rd.Asep Jaenal Mutakin
3 ). Rd. Aceng Badrudin
4 ). Rd. Aceng Mamad (sesepuh pesantren Situbatu Cipareuan Cibiuk)


4. KH. Rd. Achmad Mahalli
Berdasarkan riwayat yang diuraikan KH Rd. Muh. Mahali putra KH. Achmad Mahali, dalam “Riwayat Ringkesna Pasantren Sumur“ susunan beliau tanggal 1 Muharam 1381 H (14 Juni 1961 M), bahwa KH Rd. Acmad Mahali putra KH Rd. Abdul Fatah dilahirkan pada tahun 1866 M, di Pesantren Cibalandong Desa Cibiuk Kec. Balubur Limbangan Kab. Bandung, sekarang termasuk Kabupaten Garut.

KH Rd. Achmad Mahali, pada tahun 1875 M pertama kali belajar agama di pesantren Serang Cibiuk, pimpinan kakek beliau sendiri (KH Rd. Aonillah). Dan kemudian dillanjutkan ke beberapa pesantren lainnya sampai dengan tahun 1902 M (usia 36 tahun – pen).

Pada tahun 1903 M, KH Rd. Achmad Mahali menikah dengan Ny. Rd.Onoh Rohanah ( ibunya, Ny.Rd. Dewi Nursih putra Kyai Rd. Moh. Jamhari/ Eyang Cimalaka, ayahnya adalah KH Moh. Aslah cicit Embah Nuryayi Suci Garut ).

KH Rd. Achmad Mahali bersama istri, tinggal bersama mertuanya di PP Sindangkasih Cisaradan Karangpawitan Garut selama hampir 7 tahun (1903 – 1911 M).

KH Rd. Achmad Mahalli pada tahun 1911 M mendirikan Pondok Pesantren Sumursari di  Sukasono Sukawening di atas tanah wakaf dari Rd.H. Yusuf putra Kyai Rd. Ali Hasan Munaram ( keturunan Cinunuk / Limbangan / Bani Nuryayi).

Dari Ny. Rd.Hj. Ono Rohanah, KH. Rd. Ahmad Mahali dikaruniai 8 orang putra diantaranya :

1 ). K.H. Rd. Muh. Mahali

K.H. Rd.Muh.Mahali dilahirkan di Sumursari pada tanggal 17 Agustus 1911 M. Dan setelah K.H. Rd. Achmad Mahalli wafat (20 Muharam 1367H / 1947), sebagai sesepuh Pondok Pesantren Sumursari dilanjutkan oleh putranya (KH Rd. Muhammad Mahalli).

K.H. Rd. Muh. Mahali menikah dengan Ny. Rd. St. Jubaedah putra K.H. Rd. Sarbini dikarunia seorang putra, yaitu K.H. Rd..Dadang Abd. Rajak. Setelah KH Rd. Muh.Mahali wafat, KH Rd. Dadang Abd. Rajak yang meneruskannya sebagar sesepuh PP Sumursari.

Dan sekarang pesantren ini dikelola oleh Yayasan Pondok Pesantren Annajat dibawah pimpinan Rd. Ali Saad Aliyudin putra sulung KH Rd. Dadang Abd.Rajak. Lembaga-lembaga pendidikan di lingkungan Yayasan adalah Pondok Pesantren, MD, RA, MI,MTs dan MA.


2 ). KH Rd. Didi Mahmudi
KH Rd. Didi Mahmudi, karena menikah dengan Nyimas St. Fatimah putra dari KH Umar Basri ( cicit KH Muh. Arif putra kedua Sembah Nuryayi Suci – Pen. ), beliau bertempat tinggal dan menetap di Fauzan tonggoh, dan menjadi sesepuh Pondok Pesantren Fauzan Tonggoh Kec. Sukaresmi. Setelah KH Rd. Didi Mahmudi wafat, seterusnya PP Fauzan Tonggoh diasuh oleh Nyimas St. Fatimah dan putra-putranya.
Pada bulan Oktober 2008, penyusun datang ke Fauzan Tonggoh dan bersilaturami kepada Nyimas St. Fatimah. Dari KH Rd. Didi Mahmudi, Nyimas St. Fatimah melahirkan 8 orang putra., diantaranya :
( 1 ). Rd. Ahmad
( 2 ). Rd.Mu’man
( 3 ). Rd. H.Jajam Jamhari

Setelah Ny. Rd. Onoh Rohanah wafat, KH Acmad Mahali menikah lagi dengan saudara sepupunya Ny. Hj. Rd. St. Rokayah putra KH Rd. Abdurahman, dan dikarunia putra, diantaranya :
1 ). Rd. Moh.Zakaria
2 ). Rd. Moh. Sobari
3 ). Rd. Moh. Yahya

5. KH. Rd. Jalaludin Sayuti
KH Rd. Jalaludin Sayuti menikah dengan Ny. Rd.oneng putra Rd. .Moh. Anwar,dan dikaruna 9 orang putra, diantaranya :
1 ). Kyai Rd. Masduki
2 ). Nyi Rd. Encum
3 ). Rd. Moh. Toha
4 ). Nyi Rd. Rohmah
5). Nyi Rd. Aminah
6). KH Rd. Junaedi (Cibuyut Lewo)
7). Nyi Rd. Siti Aisah
8). Rd. Abdullah
9). Ny. Rd. Enok

Nyi Rd. Siti Aisah bersuamikan KH. Rd. Uyeh Abdullah asal Cianjur dan dikaruniai 4 orang putra, yaitu diantaranya KH Rd. Teten Syarif Mahmud Sesepuh Pondok Pesantren Al Ulfah Lewo Malangbong.


6. KH Rd. Gojali
KH Rd. Gojali menikah dengan Ny. Rd. Nafisah dan dikaruniai 5 orang putra, dantaranya :
• Rd. Muh. Husen


V2. KH RD.ABDURAHMAN (Pak Onggoh / Mama Kulon)
KH Rd. Abdurahman, menjadi sesepuh di Pesantren Cikelepu Kulon, oleh karenanya terkenal dengan sebutan Mama Kulon. KH Rd. Abdurahman beristrikan Nyi Rd. Siti Mir’at (terkenal dengan sebutan Nyai Menak / Nyai Kulon) putra bungsu Kyai Rd. Nur Muhammad (Cikelepu Limbangan).

Dari 13 orang putra KH Rd. Abdurahman, yaitu :
1. KH Rd. Moh.Sobar (Pasantren Cibiuk Tengah)
2. Rd.H .Muh. Bakri (wafat di Mekah)
3. Ny.Rd. St.Rafi’ah, isteri KH Rd. Sarbini putra KH. Rd. Zarkasih Hasan Maolani (Mama Wetan).
4. KH Rd. Ahmad Masduki, suami Ny. Rd. Euis Umu Kulsum putra KH. Rd. Zarkasih Hasan Maolani (Mama Wetan). Dari Ny. Rd.Euis Umu Kulsum, KH Rd.Ahmad Masduki dikaruniai 8 orang putra, diantaranya :
1 ). Rd. Umar Hasanudin
2 ). Ny.Hj. Rd.St. Syarifah Syu’batul Alam
3 ). Rd. Abdurrahman Masduki dll
5. KH Rd. Muh. Mubarak, suami Ny. Rd. St. Hulaedah putra KH. Rd. Mahfudz (Mama Wates). Dari Ny. Rd. St.Hulaedah putra KH Rd. Mahfudz, KH Rd. Mu. Mubarak, dikaruniai 10 orang putra, diantaranya , yaitu :
1 ). H. Rd. Tete Ruhiyat
2 ). KH Rd. Atung Aonillah
3 ). Rd. Endin Abdul Kodir dll.

6. KH Rd. Ahmad Qusyaeri, menikah dengan Ny.Rd. St.Aidah putra KH.Muh.Amin ( Mama Panguyangan Cihanyir ). Putra-putranya antara lain :
1 ). Rd.Cecep
2 ). Rd.Nandang

7. KH Rd. Muh. Thoha (Selaawi ).

8. Ny. Rd. Siti Rahmah, menikah dengan saudara sepupunya KH Rd. A.Rosyad Ghazali putra Rd. Moh. Syarif (Lihat di bawah).


V3. KH RD.MOH.ABDUL ROJAK
Mempunyai 3 orang putra, yatu :
1. Rd.Mansur
2. Rd.Cecep (Cijeler)
3. Rd.Kodir.


V4. KH RD. MOH SYARIF
KH Rd. Moh. Syarif adalah saudara seayah lain ibu dengan KH Rd. Moh. Abdul Rojak. Beliau menjadi sesepuh PP Serang Cibiuk dan menurunkan 6 orang putra, dua diantaranya adalah :
1. KH. Rd. A. Rosyad Ghazali (Mas Amuni)
KH Rd. A. Rosyad Ghazali yang menikah dengan saudara sepupunya (Nyi Rd. St. Rahmah putra KH Rd. Abdurahman ) berputra 4 orang, dua diantaranya yatu :
1 ). KH Rd. Totoh Abdul Fatah Ghazali
Sosok KH Rd. Totoh Abdul Fatah Ghazali tidak asing bagi masyarakat Bandung khususnya, umumnya masyarakat umat Islam di tatar Pasundan. Beliau adalah salah seorang mubaligh terkenal dari kota Bandung teureuh Cibiuk/ Limbangan. Beliau pada tahun 2001 wafat di kota Bandung.
Maret 2008 yang lalu sebuah buku unik berjudul The People’s Religion of A.F. Ghazali ( Agama Rakyat : Ceramah-ceramah A.F.Ghazali ) diluncurkan. Buku tersebut merupakan hasil transkripsi dari ceramah-ceramah beliau yang selama ini terdokumentasikan dalam bentuk rekaman kaset.
2 ). KH Rd. Bobon Anwar Ghazali dll

2. KH Rd. Abdul Gani ( Mas Gani ).
KH Rd. Abdul Ghani (Mas Gani) menikah dengan Nyi Rd. Siti Janah putra Rd. Abdul Hanan (Kaum Wanaraja). Mertua isteri KH Rd. Abdul Gani (Ny. Rd.Diyut Marliyah ) adalah putra Kyai Rd.Moh.Jamhari (Eyang Cimalaka). ( Lihat Bagian 5 )
Dari Nyi Rd.Siti Janah, KRd. Abdul Gani mempunyai 7 orang putra, diantaranya adalah :
1 ). Rd. H. Basah, Rd. H. Basah dan saudaranya meneruskan dalam pengelolaan Pondok Pesantren Serang Cibiuk.
2 ). Rd. Ahmad dll 

Penyusun mengenal Rd. Ahmad putra KH Rd.Abdul Gani, ketika penyusun masih sekolah di SMAN Garut (antara 1964 – 1967). Rd. Ahmad dahulu juga sering bersilaturahmi kepada ayah penulis ( KH Rd. Ma’mun Abdul Gani ), karena kebetulan kakak beliau ( Ny Rd. Nunung yang saat itu sebagai guru SMP Negeri di Garut ) adalah tetangga dekat kami di belakang Kaum Wanaraja.

Ketika dalam perjalanan “nyukcruk lembur mapay padesan“, beberapa bulan yang lalu, penyusun sempat bersilaturahmi dengan Rd. H. Basah dan Rd. Ahmad beliau di Serang Cibiuk. Dari beliau penyusun mendapat selintas riwayat atau sejarah dari Kyai Rd. Jafar Sidik ( Eyang Embah Wali Cibiuk ), Kyai Rd. Ashim, Kyai Rd. Aonillah dan sesepuh tempo dulu Limbangan termasuk Kyai Rd.Moh. Jamhari (Eyang Cimalaka Wanaraja) cucu Kyai Rd. Salinggih.

Seuweu siwi Kyai Rd. Aonillah ( Mama Serang ) dapat dilihat dalam Buku Rundayan Silsilah Bagian 8.


PRABU BRAJADILEWA
Berdasarkan naskah dari Malangbong, bahwa Prabu Brajadilewa adalah saudaranya Prabu Hande Limansenjaya (Galeuh Pakuan Limbangan). Prabu Brajadilewa atau Sunan Brajasakti makamnya ada di daerah Cimuncang Kecamatan Malangbong.

Pabu Brajadilewa atau Sunan Brajasakti mempunyai putra Syekh Wali Janullah atau Sunan Sakti Barang (makamnya di Lebakwangi Cimuncang Malangbong). Beliau dikaruniai 2 orang putra,yaitu :

a. Ny.Rd. Aminah ( Lebakwangi Cimuncang).
Dari suaminya (?), Nyi Rd. Aminah menurunkan seorang putra, yang benama : Kyai Rd. Muqri. Keturunan Kyai Rd.Muqri adalah Ny. Rd. St. Aisyah yang nantinya menjadi menantu Syekh Komarudin (cucu Rd. Mas Anggataruna) asal Mataram). Ny. Rd. St. Aisyah dengan Kyai Rd. Muh. Syarif putra Syekh Komarudin melahirkan 3 orang putra, yaitu :
1. Kyai Rd. Muh. Sarbini, mempunyai 2 putra, yatu :
1 ). Kyai Rd. Moh. Ismail
2 ). Kyai Rd.Moh.Imam

2. Kyai Rd. Muh.Nawari
Beliau adalah istri Ny. Rd. Murgani putra Rd. Muh. Soleh (Panghulu Malangbong . Salah seorang putranya, yaitu KRd. Moh.Husen ( Cibodas ) yang menurunkan salah seorang putranya, yaitu :
• KH Rd. Kadar Solihat Beliau adalah sesepuh di daerah di Cimuncang Kutanagara Malangbong dan beliau adalah mantan anggota DPRD Kab. Garut

3. Kyai Rd. Muh. Syafe’i
Beliau adalah istri Ny. Rd. Muqoronah putra Rd. Muh. Soleh (Panghulu Malangbong ). Salah satu keturunannya adalah :
• KH Rd. Muchlas
Beliau adalah sesepuh di Cirangkong ( Citeras Malangbong ). Sekarang beliau sebagai Kepala MTs. Al Hidayah Kp. Citeras Kec. Malangbong dan Ketua Majelis Ulama Kec.Malangbong. Beliau adalah sahabat penulis, sejak tahun 1966.

Lihat uraianya di belakang ( Rd.Surayuda ).

b. Ny. Rd.Ayu Mangkubumi
Menurut Sajarah Silsilah Asal Usul Limbangan, bahwa Ny. Rd.Ayu Mangkubumi putra Sunan Sakti Barang adalah istri Dalem Wirabangsa putra Dalem Tumenggung Jiwamerta ( Sunan Demang – Limbangan ). Seuweu siwinya akan dijelaskan di bawah.


ADIPATI LIMANSENJAYA KUSUMAH  (SUNAN CIPANCAR)
Adipati Liman Senjaya adalah bangsawan Sunda yang pertama kali masuk Islam di daerah Keprabuan Galeuh Pakuan (Limbangan Garut), sekitar tahun 1525 masehi, yang menurut Sejarah Limbangan diislamkan oleh Prabu Kian Santang atau Raja Sangara putra ke tiga Prabu Jaya Dewata atau Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi.

Setelah Adipati Liman Senjaya menjadi penguasa di Keprabuan Galeuh Pakuan (Limbangan) menggantikan Prabu Hande Liman Senjaya ayahnya. Menurut Patsal 8 no. I bundel 13 Preanger Regentschappen beliau disebut Adipati Jaya Liman Senjaya Kusumah Bupati Limbangan pada tahun 1515 masehi.

Di wilayah Galeuh Pakuan, Adipati Jaya Liman Senjaya Kusumah turut menyebarkan dan mengembangkan agama Islam dibawah pimpinan Raja Sangara atau Prabu Kian Santang menurut Sejarah Godog disebut juga Sunan Rohmat. 

Di lingkungan Kraton Galeuh Pakuan di Pasirhuut banyak pula penduduk dan bangsawan yang memeluk agama Islam, kecuali ayah beliau yang sudah lanjut usianya.

Menurut cerita sesepuh di Limbangan, Sunan Cipancar tergolong salah seorang bangsawan Sunda yang memeluk agama Islam pada awal abad 16 masehi. Beliau adalah salah seorang penyebar dan pengembang agama Islam di wilayah Galeuh Pakuan, saat itu wilayahnya meliputi yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibiuk, Limbangan, Selaawi, Malangbong, Kersamanah, Cibatu, Wanaraja, Leuwigoong, Banyuresmi dan Karangpawitan. Beliau adalah pemimpin Islam yang diundang pada pertemuan sangat penting dan rahasia yang diadakan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati di Cirebon.

Ketika pertemuannya dengan Syarif Hidayatullah, terlihat bahwa Adipati Liman Senjaya memakai sebuah keris yang bertuliskan Laa iqraha Fiddien. Beliau memberitahukan bahwa keris itu adalah tanda penghormatan atau hadiah dari Raja Sangara atas jasanya dalam mengembangkan dan menyebarkan agama Islam di Wilayah daerah Galeuh Pakuan (Limbangan). Syarif Hidayatullah mengetahui bahwa keris itu ada hubungannya dengan Raja Sangara pamannya sendiri (di lingkungan masyarakat Garut terkenal dengan sebutan Prabu Kian Santang atau Sunan Rohmat). Sejak peristiwa itulah Kabhupaten Galeuh Pakuan dirubah namanya menjadi Kabhupaten Limbangan atas perintah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.

Dan yang menjadi Bupatinya sebagaimana tercatat pada fatsal 8 no. 1, bundel 13 Preanger Regentschappen adalah Adipati Jaya alias Liman Senjaya Kusumah atau Sunan Cipancar, bupati Limbangan Galih Pakuan …..” (Rd. Khonda : 3).

Cerita keris Laa iqraha fiddien kisahnya telah diuraikan di dalam buku Sajarah Limbangan susunan Rd. Soemarna Wirasoedarma, Buku Kabupatian i Bhumi Limbangan susunan Drs. Bayuningrat, Buku Wawacan Silsilah Rd. Nur Muhammad Cikelepu dan cerita rakyat Cinunuk Wanaraja Garut “Punika Sajarah Duhung“ (Menurut warga Kaum Pusaka Cinunuk Wanaraja, keris tersebut terkenal dengan sebutan Keris Duhung Lam Lam Ha. 

Setelah wafat beliau dimakamkan di Pasir Huut, yang selanjutnya oleh Dalem Adipati Suriakusumah Rangga Megatsari dipindahkan ke Kampung Pasir Astana Desa Pasir Waru Kecamatan Limbangan.

Meskipun makamnya tidak di Pasihuut, banyak sesepuh-sesepuh Limbangan dahulu yang datang ke daerah tersebut untuk Ziarah, untuk mengenang jejak-jejak leluhurnya, 

Hampir semua keturunan Limbangan yang telah tersebar ke berbagai daerah di Jawa Barat (termasuk Banten), mengetahui bahwa Sunan Cipancar, yang saat itu sebagai penguasa Galeuh Pakuan adalah salah seorang bangsawan Sunda yang pertama kali memeluk Agama Islam di wilayah Galeuh Pakuan (Limbangan). “Babango“ sebagai alat yang digunakan untuk mengkhitan beliau oleh Prabu Kian Santang terakhir berada di Cinunuk Wanaraja Garut, tetapi menurut sesepuh Mesjid Kaum Pusaka benda cagar budaya itu sekarang telah hilang.

Setelah Adipati Liman Senjaya (Sunan Cipancar) wafat, kedudukannya selaku Bupati Limbangan diteruskan oleh keturunannya, sedangkan untuk mengurus masyarakat atau rakyat Limbangan dalam hal penyebaran dan pengembangan agama Islam, diteruskan oleh para Kyai atau ulama yang juga masih keturunan, diantaranya adalah Kyai Rd. Jafar Sidik (Kyai Syekh Wali Jafar Sidik) atau disebut juga Sunan Gunung Haruman (antara tahun 1650–1800 masehi).

Untuk mendidik keturunannya pada khususnya, umumnya masyarakat, para Kyai atau Ulama keturunanan Sunan Cipancar dan Sunan Rumenggong mendirikan atau menjadi sesepuh beberapa Pondok Pesantren terkenal di daerah sekitar wilayah Kabupaten Garut (Cikelepu, Wates, Cicadas, Cigawir, Bale Kambang, Pulosari, Serang, Lio, Ciloa, Cibalampu, Cijambe, Cibiuk, Cisalam, Sumursari, Sadang, Kiarapayung, Cibolerang, Cisaradan, Tarogong, Mulabaruk, Bojong Kersamanah, Annur Malangbong, Lewo, Cibunar Cibatu dan lain-lainnya). Diluar Kabupaten Garut antara lain, PP Al Jawami Cileunyi, Santiong Cicalengka, Cibogo Ciranjang Cianjur, Sukabumi dan lain-lainnya).

Adipati Limansenjaya Kusumah atau Sunan Cipancar berputra 7 orang, yaitu :
1. Dalem Tmg. Wangsanagara (Sunan Kareseda)
2. Rd. Aria Sumanagara
3. Nyi. Rd. Ruhiyat
4. Rd. Jayadibrata
5. Ny Rd. Raja Panata
6. Nyi Rd. Jayaningrat
7. Nyi Rd. Rajamirah


DALEM TUMENGGUNG WANGSANAGARA  LAHIR SEKITAR TAHUN 1525
Setelah ayahnya wafat, beliau menggantikannya menjadi Bupati Limbangan (1550–1580 M). Beliau terkenal pula dengan sebutan Sunan Kareseda, Sunan Cipacing atau Prabu Cakrawati.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa pada tahun 1580 M timbul pemberontakan yang dilakukan Nagaparana putra Dalem Singaharja ( cicit atau buyut Sunan Rumenggong ) terhadap Dalem Tmg. Wangasanagara dan menewaskan beliau suatu tempat yang sekarang disebut Ragahyang d Gunung Sadakeling. Pemberontakan itu dapat dipadamkan oleh Dalem Santowaan (Dalem Cibolerang Wanaraja).

Dalem Tumenggung Wangsanagara berputra 7 orang putra, yaitu :
1. Dalem Tumenggung Jiwamerta atau Sunan Demang
2. Rd. Kalipudin
3. Rd. Demang Aria Jiwabrata
4. Nyi Rd. Batari Ratnakusumah
5. Rd. Jiwakusumah
6. Dalem Aria Wirayuda
7. Rd. Wijaya (Sunan Bungsu)

Menurut catatan K.H.Rd. Ma’mun Abdul Ghani , bahwa ada salah seorang keturunan Dalem Tumenggung Wangsanagara (Dalem Cipacing), yang bernama Rd. Jaya Mukaer. Rd. Jaya Mukaer mempunyai seorang putra bernama Nyi Rd. Bathiyah.

Menurut catatan Nyi Rd. Bathiyah menikah dengan Embah Nuryayi, salah seorang Ulama / Kyai terkenal pada abad 18 M di daerah Rancakalong Suci Karangpawitan Garut (keturunan Dalem Pagerjaya, pengikut setia Rd. Sangara atau Prabu Kiansantang (Sunan Rohmat Godog).

Rd. Bathiyah dari Embah Nuryayi melahirkan 3 orang putra, yaitu : 
1. Rd. Moh. Arif
Rd. Moh. Arif menurunkan beberapa orang putra, diantaranya
1). Rd. Moh. Ahyar Beliau berputra KH Rd.Marjuk ( dahulu sebagai sesepuh Kp.Kaum Wanaraja Garut ).
2 ). Rd. Moh. Syamhudi
3). Nyi Rd. Sukaerah Beliau adalah isteri Wedana Cicalengka Kab. Bandung.
4). Rd. Moh. Abdul Hanan. beliau adalah suami Ny. Rd. Diyut Marliyah putra Kyai Rd.Moh.Jamhari atau Eyang Cimalaka, dan dikaruniai 2 orang putra, diantaranya : • Ny. Rd.St. Janah. Beliau adalah isteri KH Rd. Abdul Ghani putra KH Rd.Moh. Syarif (Serang Cibiuk).
Dari isteri keduanya (Ny.Rd. Hj. Iyah St.Rohmah), Rd. Moh. Abdul Hanan dikaruniai 6 orang putra, diantaranya :
(1). Ny.Rd.Diyoh Warliyah Beliau adalah isteri dari Rd.Mahpud putra Rd.Johar Karim Tonjong Limbangan.
(2). Rd. Moh. Haris Sesepuh Kampung Kaum Wanaraja Garut.

2. Ny. Rd. Dhomah ( isteri Rd.Maksudin asal Mataram + 1830 M )
Ny. Rd. Dhomah dari Rd.Maksudin ( asal Mataram ) menurunkan tiga orang putra, diantaranya yaitu :
1). Nyi Rd. Meno.
Nyi Rd. Meno menikah dengan K.H. Tb.Aliban (keturunan Maulana Hasanudin dari Banten). Putra KH. Tb. Aliban dari Ny. Rd. Meno, yaitu :
• Kyai Rd. Tb. Arif, Isterinya adalah Nyimas Eroh putra H. Arsad (Kuningan) dan Ny. Rd. Siti Ganda Inten putra Kyai Rd. Nurjamil atau cucu dari Nyi Rd. Oma Murtasiah / Komariah (Uyut Oma Cicadas Limbangan).
2). Nyi Rd. Emoh Rasiamah.
Nyi Rd.E.Rasiamah menikah dengan Kyai Rd. Moh. Jamhari putra dari Kyai Rd. Ahmad Jawahir dari daerah Cigawir (sekarang termasuk wilayah Kec. Selaawi Garut).
Seuweu siwi Nyi Rd. Rasiamah dari Kyai Rd.Moh.Jamhari atau Eyang Cimalaka akan djelaskan pada Bagian 5.
Rundayan Seuweu siwinya dapat dilihat pada Bagian 10 Buku Rundayan Silsilah Sunan Rumenggong.

3. Ny. Rd.Almah
Nyimas Almah adalah istri seorang petinggi di daerah Rancakalong Suci, tetap tidak dikarunia putra. Menurut KH Emu Muh. Qudsi ( sesepuh PP Suci Kr.Pawitan Garut ), bahwa Embah Nuryayi, di masa tuanya beliau tinggal bersama putra bungsunya ini di daerah Rancakalong Suci Karangpawitan Garut.


DALEM TUMENGGUNG JIWAMERTA 
Dalem Tumenggung Jiwamerta (Sunan Demang) menggantikan Tumenggung Wangsanagara (Sunan Kareseda ), sebagai Dalem / Bupati  Limbangan sejak tahun 1550 – 1620 M, yang menurut salah satu riwayat beliau dibunuh oleh Nagaparana cucu Dalem Mangunharja (kakaknya Prabu Mundingwangi).
Dalem Tumenggung Jiwamerta berputra 6 orang putra, yaitu :
1. Adipati Suriakusumah Rangga Megatsari
2. Dalem Wirabangsa
3. Rd. Ujang Maraja
4. Rd.Natakusumah
5. Nyi Rd. Ratnawulan
6. Nyi Rd. Nata Inten


DALEM SURIAKUSUMAH RANGGA MEGATSARI
Adipati Suriakusumah Rangga Megatsari menggantikan Dalem Tumenggung Jiwamerta (Sunan Demang) sebagai Bupati Limbangan (1620 – 1660 M).

Nama tambahan Megatsari bagi beliau, menurut sesepuh Limbangan, karena beliau seorang Bupati Limbangan, yang berani tampil menjaga tentara Mataram yang melalui Limbangan, karena mereka selalu mengganggu para wanita/gadis Limbangan. Sebagaimana menurut Sejarah, tentara Mataram saat itu akan pergi menyerang ke Batavia dengan bantuan tentara Priangan di bawah pimpinan Dipati Ukur (Bupati Wedana Priangan) pada tahun 1628 M.

Limbangan pada saat ini berada dibawah Kesultanan Mataram (Sultan Agung 1613 – 1645). Untuk memperkuat kekuasaan, diadakan perkawinan antara para adipati dengan putri-putri Mataram. Sultan Agung sendiri menikah dengan putri Cirebon (Ratu Ayu Sakluh cucu Syarif Hidayatulah), sehingga Cirebon mengakui kekuasaan Mataram. Hampir seluruh Pulau Jawa dikuasai, kecuali Banten (Drs. Eddy Rosady : 100).

Hal tersebut sesuai sebagaimana diceritakan nenek penyusun pada tahun 1963 M, bahwa Adipati Sutajiwa, Dalem Mertasinga dan Dalem Jiwamerta II menikah dengan putri-putri Mataram. Mengenai cerita Adipati Sutajiwa putra sulung Adipati Suriakusumah yang dibunuh di Mataram pada jaman Sultan Amangkurat I (1678 M) akan dijelaskan di belakang

Menurut Otto Van Rees, tanggal 30 Oktober 1677, Bupati-bupati di daerah Priangan yang berada dibawah Kesultanan Mataram, adalah :
1. Kanduruan, di Dayeuh Luhur
2. Aria ata Kanduruan, di Banyumas
3. Rangga Gempol II, di Sumedang
4. Tmg. Wira Tanubaya di Parakanmuncang
5. Tmg. Wira Angunangun , di Bandung
6. Tmg. Wiradadaha, di Sukapura
7. Demang Aria Reksa Kusumah Wiradipura, di Timbanganten
8. Rangga Megatsari, di Limbangan
9. Ngabehi Ngasta Nagara, di Imbanagara
10. Ngabehi Mas Nagara di Kawasen
11. Tumenggung Panatayuda, di Karawang
Menurut Silsilah Menak-menak Limbangan, Rangga Megatsari mempunyai 9 orang putra, yaitu :
1. Dalem Adipati Sutajiwanagara ( wafat tahun 1678 di Mataram )
Menurut catatan silsilah K.H. Rd Ma’mun, ibunya berasal dari Sukawayana (sekarang termasuk wilayah Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut).
2. Dalem Mertasinga (Karoya Wanakerta)
3. Dalem Jiwamerta II (Cibolerang Wanaraja)

Menurut Catatan Sajarah Asal Usul Limbangan, ibunya adalah Nyi Tanurang Manabaya.
4. Dalem Patralaga (Timbanghayu)
5. Dalem Wangsakusumah (Limbangan)
6. Dalem Patrakusumah (Kancil Wanakerta)
7. Rd. Ayu di Cikaruk
8. Rd. Mahulun
9. Nyi Rd. Tanurang Rucitawangi

Menurut catatan Sajarah Asal Usul Limbangan, ibunya adalah Nyi Tanurang Batulayang.

Pengertian Rangga menurut Rd. Soemarna Wirasoedarma bagi Rangga Megatsari, karena membawahi beberapa Dalem.

Ketika itu di daerah Limbangan ada beberapa Dalem dibawahnya, yang memimpin Kadaleman, diantaranya :
1. Dalem Wirabangsa (Cikelepu Limbangan) putra Tumenggung Jiwamerta I (Sunan Demang).
2. Dalem Nayawangsa (Cipacing Wanakerta) yang selanjutnya diangkat menjadi Bupati Limbangan 1 ( ……s/d 1678 M), putra Dalem Santowaan (Cibolerang Wanaraja).
3. Dalem Wangsaraja (Banjaran Wanakerta) putra Dalem Santowaan, yang menggantikan Rd. Rangga Megatsari sebagai Bupati Limbangan (diangkat oleh Sultan Mataram).
4. Dalem Mertasinga (Karoya Wanakerta) yang selanjutnya diangkat menjad Bupati Limbangan 2 ( 1678 – 1726 M ) putra Rangga Megatsari.
5. Dalem Jiwamerta II (Cibolerang) putra Rg. Megasari
6. Dalem Patrakusumah (Kancil Wanakerta)
7. Dalem Patralaga (Timbanghayu) putra Rg. Megatsari
8. Dalem Wangsakusumah (Limbangan)
9. Dalem Tumenggung Wjayakusumah atau Dalem Emas (Sukadanuh Sadang Wanaraja – sekarang Sucinaraja) putra Dalem Sutajiwa, cucu Rangga Megatsari.

Ketika penulis datang ke Pesantren Al Muhyiddin Wates Kec. Selaawi dan diterima oleh sesepuh Pesantren Bapak K.H. Rd. Aten Muhyiddin. Beliau menceritakan bahwa jasad Sunan Cipancar ketika dipindahkan dari Pasir Huut Ke Pasir Astana Gede oleh Rangga Megatsari, masih tetap utuh meskipun usia mayat sudah hampir 80 tahun. Hal ini sesuai sebagaimana telah diuraikan pula oleh Rd. Soemarna Wirasoedarma pada Bukunya ”Sajarah Limbangan “.

Menurut Sajarah Limbangan, oleh karena Dalem Adipati Sutajiwa (putra sulung Rangga Megatsari) tercatat dalam Buku Kuncen di Panyeredan Wanaraja (sekarang Sucinaraja) ” Kang katetek ing Mataram ” (demikian pula pada catatan keturunan beliau di Cununuk Hilir- Peny.), maka ketika Rangga Megatsari wafat, beliau diganti oleh Dalem Wangsakusumah (1) putranya. 

Setelah Wangsakusumah 1 wafat, maka beliau diganti oleh Dalem Wangsaraja ( atas perintah Sultan Mataram – Peny.), suami dari Nyi Tanurang Rucitawangi. 

Dalem Wangsaraja adalah putra Dalem Santowaan Cibolerang Wanaraja, saudaranya Dalem Nayawangsa. (Rd. Soemarna Wirasoedarma : 62 ).

Menurut Silsilah Menak-menak Limbangan, Adipati Sutajiwa mempunyai 10 orang putra, yaitu :
1. Dalem Tmg. Wjayakusumah
2. Dalem Aria Wijayakusumah II
3. Rd. Ara Wijayanagara
4. Nyi. Rd. Satria
5. Rd. Rangga Bratanagara
6. Rd. Purareja
7. Nyi. Rd. Retnasari
8. Rd. Bratakusumah
9. Rd. Purakusumah
10. Rd. Puranagara

Menurut Sejarah Menak-menak Limbangan susunan Dalem Wangsadita I (Rangga Limbangan) yang tercatat silsilah rundayannya adalah dari putra sulungnya, yaitu Dalem Tumenggung Wijayakusumah. Beliau adalah sebagai Dalem Sukadanuh Sadang Wanaraja (sekarang termasuk wilayah Kecamatan Sucinaraja Kabuapaten Garut). Beliau adalah menantu Dalem Wirabangsa (saudara sepupu Adipati Sutajiwa). Uraiannya akan djelaskan pada Bagian lain.


DALEM JIWAMERTA II
Dalem Jiwamerta II putra Rangga Megatsari menggantikan Dalem Santowaan sebagai Dalem di Kadaleman Cibolerang, karena sebagaimana telah diceritakan di atas putra-putra Dalem Santowaan seperti Dalem Nayawangsa menjadi Dalem di Karoya Wanakerta, Dalem Wangsareja menggantikan mertuanya Rg. Megatsari di Limbangan, Kyai Rd.Nawu tinggal dan menetap di Cibeureum (sekarang termasuk Kec. Pangatikan). Adapun kedua putranya yang lain pergi ke daerah Papandak (Wanaraja) dan Caringin (Sucinaraja).

Dalem Jiwamerta II mempunya 8 orang putra, diantaranya adalah :
1 ). Rd. Wangsanata I
Menurut silsilah menak-menak Limbangan, Rd. Wangsanata I dikarunia 9 orang putra, diantaranya :
(1). Rd. Wargadireja I
(2). Rd. Singadireja
(3). Rd. Martadireja I


2 ). Dalem Kulawangsa
Menurut silsilah menak-menak Limbangan, Dalem Kulawangsa dikarunia 2 orang putra, diantaranya :
• Rd. Abu
Generasi ke 5 dari Rd. Abu adalah Rd. Muhammad yang tinggal di Panaragan Wetan Bogor. Keturunan Rd. Muhammad adalah :
– Rd. Wargapraja I (Jaksa Garut).
– Rd. Warga (cucu Rd. Wargapraja I)
Menurut catatan beliau sebagai Camat Pasanggrahan Distrik Wanakerta Kabupaten Limbangan (sekarang Kec. Sukawening Kab. Garut).
Rundayannya dapat dilihat pada Buku Rundayan Silsilah Sunan Rumenggong.


DALEM PATRAKUSUMAH
Dalem Patrakusumah adalah putra Dalem Adipati Suriakusumah Rangga Megatsari. Menurut silsilah pada Sejarah Limbangan, beliau adalah yang memimpin Kadaleman Kancil Wanakerta Cibatu (sekarang termasuk Desa Padasuka Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut).
Ada kemungkinan putra atau putu Dalem Patrakusumah pergi dari daerah Kancil mengembara ke daerah Cianjur dan terus menetap disana sampai beranak pinak. Diantara keturunan beliau, tercatat nama :
1. Rd. Hatib Anom (Cianjur)
2. Rd. Martakusumah II putra Rd. Hatib Anom (Camat Palasari Kabupaten Cianjur).
Rundayannya dapat dilihat pada Buku Rundayan Silsilah Sunan Rumenggong.


DALEM ARIA WIRAYUDA
Dalem Aria Wirayuda adalah putra dari Dalem Tumenggung Wangsanagara atau Sunan Karaseda. Beliau menjadi Dalem di Kadaleman Cipicung, yang saat itu wilayahnya termasuk Kabupaten Limbangan. Bupati Limbangan saat itu (1600 -1625 M) adalah kakaknya sendiri (Tumenggung Jiwamerta atau Sunan Demang).

Dalem Aria Wirayuda mempunyai 2 orang putra, yaitu :
1. Rd. Wiraha
2. Rd. Wirareja (tak ada data riwayat dan urunannya).

1 . Rd.Mukadar
Menurut Sajarah Silsilah Asal Usul Limbangan, Nyi Rd. Nalebah putra Rd. Mukadar, menikah dengan Kyai Rd. Jakaria putra Embah Dangdeur Cikawao / Embah Nurmadin (keturunan Maulana Hasanudin Banten), dan dikarunai 3 orang putra, di antaranya :
(1). Kyai Mas Irpan. Salah satu keturunannya adalah : Rd. Sastrawjaya Lurah Desa Cipicung Distrik Leles Kab.Bandung
(2). Nyimas Satiyam salah satu keturunannya adalah :

Tidak ada komentar