Sekilas Kerajaan Indraprahasta


Sekilas Kerajaan Indraprahasta antara tahun 285-649 Saka (363-727 Masehi) 
Kerajaan Indraprahasta merupakan kerajaan yang terletak di daerah sekitar Cirebon Girang atau Cirebon Selatan, sekarang Kabupaten Cirebon. Kerajaan ini didirikan sejak tahun 285 Tarikh Saka atau tahun 363 Masehi oleh Maharesi Sentanu. Maharesi ini merupakan pengungsi yang berasal dari lembah sungai Gangga India, yang terusir akibat peperangan negerinya melawan Kerajaan Samudragupta Maurya. 

Sebelum tiba di barat Jawa, Maharsi Sentanu sempat singgah di Benggala dan Sri Lanka. Kemudian ketika menginjakan kakinya di daerah Cirebon, yang saat itu merupakan wilayah kekuasaan Salakanagara, beliau diizinkan oleh Dewawarman 8 saudaranya yang menjabat sebagai Raja Salakanagara, untuk mendirikan sebuah desa di lereng Gunung Ciremai yang diberi nama Hindu yaitu Gunung Indrakila. Dari pemukiman itulah akhirnya berkembang menjadi kerajaan yang diberi nama Indraprahasta.

Untuk mengenang tanah asalnya, Maharesi Sentanu menamai sungai Cirebon yang mengalir di wilayah itu dengan sebutan sungai Gangga. Bagian alur sungai tersebut diperlebar dan diperdalam sehingga menyerupai danau. Nama sungai Gangga di Cirebon ini merupakan reduplikasi dari sungai Gangga yang berada di India. Karena nilai kesucian dari sungai Gangga di India, maka sungai Gangga yang berada di Indraprahasta pun dianggap suci oleh penganut agama Hindu di pulau Jawa. Bahkan raja-raja di sekitar Indraprahasta kerap melakukan upacara mandi suci di sungai ini. dengan demikian Indraprahasta saat itu menjadi pusat kegiatan agama Hindu di barat Jawa.

Meskipun hanya merupakan kerajaan daerah, namun Kerajaan ini cukup terpandang dikarenakan raja-rajanya yang berkuasa memiliki hubungan kekerabatan dan persahabatan dengan raja-raja yang berkuasa di kerajaan besar saat itu yaitu Salakanagara dan Tarumanagara.

Adapun raja-raja atau para penguasa yang memerintah di Kerajaan Indraprahasta, yaitu :  
1. Maharesi Sentanu adalah Raja Indraprahasta ke 1 yang bergelar Prabursi Indraswara Salakakretabuana. Berkuasa sejak tahun 285–320 Saka atau antara tahun 363-389 Masehi, selama 15 tahun. Berlokasi di lereng gunung Ciremei atau Gunung Indrakila berasal dari daerah Gangga India. Maharesi Sentanu menikah dengan Dewi Indari puteri ketiga dari Prabu Darmawirya Dewawarman atau Dewawarman 8 dan Rani Spatikarnawa Warmandewi,  Raja Salakanagara terakhir antara tahun 270-285 Saka atau antara 348-363 Masehi. Dari pernikahannya Maharesi Sentanudengan Dewi Indari mempunyai anak yaitu : Jaya Satyanagara. 


2. Jaya Satyanagara adalah raja Indraprahasta ke 2. Berkuasa mulai tahun 320–343 Saka atau antara tahun 398-421 Masehi, selama 23 tahun. Ia adalah putera sulung dari pasangan Maharesi Sentanu dan Dewi Indari. 

Di masa kekuasaan Jayasatyanagara, tepatnya pada tahun 399 Masehi, Kerajaan Indraprahasta ditundukan oleh Purnawarman, Raja Tarumanagara ke 3 dan akhirnya menjadi kerajaan bawahan dari Tarumanagara. Permaisuri Jayasatyanagara bernama Ratna Manik puteri Wisnubumi raja kerajaan Malabar. Dari pernikahan dengan Ratna Manik, mereka dikaruniai anak yang bernama  Wiryabanyu.


3. Prabu Wirya Banyu adalah Raja Indraprahasta ke 3. Berkuasa mulai tahun 343-366 saka atau antara tahun 421-444 Masehi, selama 23 tahun. Kekuasaan Prabu Wiryabanyu sejaman dengan kekuasaan Wisnuwarman di Kerajaan Tarumanagara. 

Dalam masa kekuasaannya, Prabu Wiryabanyu dibantu oleh beberapa bawahan yang setia antara lain : menteri tanda dipegang oleh Tunggul Wesi, menteri tua dipegang oleh Jaya Dewa, menteri muda dipegang oleh Wisagni, utusan Kerajaan atau pranala Kerajaan dipegang oleh adiknya yang bernama Prabu Sela Lingga Nagara,  kepala urusan istana dipegang oleh Tapak Batara, panglima pasukan dipegang oleh Raga Belawa, panglima pasukan laut dipegang oleh Limbursakti dan panglima darat dipegang oleh Tambak Giri.

Di samping sebagai kerajaan bawahan Tarumanagara yang setia, Wiryabanyu merupakan sahabat dari Wisnuwarman, Raja Tarumanagara ke 4 antara tahun 434-455 Masehi. Karena itu, Indraprahasta selalu siap setiap saat memberikan bantuan kepada Tarumanagara bila diperlukan. Salah satu contoh dari bentuk pengabdiannya ini terlihat ketika tahun 437 Masehi, di Tarumanagara terjadi pemberontakan Cakrawarman adik Raja Purnawarman yang memberontak karena menginginkan tahta Tarumanagara yang saat itu telah dipegang oleh Wisnuwarman putra Purnawarman keponakan Cakrawarman. 

Wisnuwarman meminta bantuan dari Kerajaan Indraprahasta yang memiliki pasukan perang sangat tangguh untuk menyerbu Cakrawarman yang melarikan diri ke wilayah Girinata, kini Girinata diperkirakan terletak di wilayah Palimanan Cirebon dan saat itu merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Indraprahasta. 

Pasukan Kerajaan Indraprahasta berangkat ke Girinata dengan menggunakan barisan pedati dan perahu sebagai pengangkut pasukan. Dengan kekuatan penuh, pasukan yang dipimpin langsung oleh Prabu Wiryabanyu dan dibantu panglima Sang Ragabelawa serta panglima pasukan laut Sang Limbursakti, berhasil menggempur dan menghabisi komplotan Cakrawarman hingga tuntas. Keberhasilan ini tak lepas dari strategi perang yang hebat dari Prabu Wiryabanyu dan jumlah pasukan tambahan yang datang dari 6 kerajaan bawahan Tarumanagara lainnya serta bantuan moril dari pendeta Wisnu yang bernama Brahmanaresi Samhitaka, penanggung jawab pertapaan di Sungai Gangga Indraprahasta Cirebon.

Melalui jasanya ini, para petinggi Indraprahasta kemudian diangkat oleh Wisnuwarman sebagai pengganti jabatan para panglima tinggi Tarumanagara yang selama ini memihak pada sang pemberontak Cakrawarman. 

Wiryabanyu memiliki permaisuri yang bernama Nilem Sari dari Kerajaan Manukrawa. Dari pernikahannya itu, Prabu Wiryabanyu memperoleh anak yang bernama Suklawati dan Warna Dewaji. Suklawati diperisteri oleh Wisnuwarman putranya Purnawarman Raja Tarumanagara, kelak dari pernikahan ini lahirlah Raja Tarumanagara selanjutnya yang bernama Indrawarman. Sedangkan Warna Dewaji menjadi penerus tahta Indraprahasta.


4. Prabu Warna Dewaji adalah Raja Indraprahasta ke 4. Berkuasa mulai tahun 366-393 Saka atau antara tahun 444-471 Masehi, selama 27 tahun. Ia memiliki putera yang bernama Raksahariwangsa, yang meneruskan kepemimpinannya.
 

5. Prabu Raksahariwangsa adalah Raja Indraprahasta ke 5. Berkuasa mulai tahun 393-429 Saka atau antara tahun 471-507 Masehi, selama 36 tahun. Ia berprameswarikan Puteri yang berasal dari Sanggarung, dari pernikahannya beliau memiliki puteri yang bernama Rasmi yang ditikah oleh Tirtamangga putra kedua raja Kerajaan Agrabintapura. Karena itulah, penerus tahta Indraprahasta selanjutnya Tirtamangga.


6. Prabu Tirtamangga adalah Raja Indraprahasta ke 6. Berkuasa mulai tahun 429-448 Saka atau antara tahun 507-526 Masehi, selama 19 tahun. Beliau merupakan suami dari Dewi Rasmi puteri Prabu Raksahariwangsa. Dari pernikahannya itu, mereka dikaruniai 2 orang putera yang bernama Astadewa dan Jayagranagara.


7. Prabu Astadewa adalah Raja Indraprahasta ke 7. Berkuasa mulai tahun 448-462 Saka atau antara tahun 526-540 Masehi, selama 14 tahun. Ia merupakan putera sulung dari Tirtamangga. Dari pernikahannya, beliau memiliki putera yang bernama Padmayasa. Ketika wafat, tahtanya jatuh pada tangan adiknya yaitu Jayagranagara, karena Padmayasa belum cukup umur.


8. Prabu Jayagranagara adalah Raja Indraprahasta ke 8. Berkuasa mulai tahun 462-468 Saka atau antara tahun 540-546 Masehi, selama 6 tahun. Ia adalah anak ke 2 dari Prabu Tirtamangga dan Dewi Rasmi. Ketika Padmayasa telah cukup umur, maka tahtanya kembali diserahkan pada keponakannya Padmayasa.


9. Prabu Padmayasa adalah Raja Indraprahasta ke 9. Berkuasa mulai tahun 468-512 Saka atau antara tahun 546-590 Masehi, selama 44 tahun. Ia memiliki anak yang bernama Andhabuana yang menggantikannya.


10. Prabu Andhabuana adalah Raja Indraprahasta ke 10. Berkuasa mulai tahun 512-558 Saka atau antara tahun 590-636 Masehi, selama 46 tahun. Ia memiliki putera yang bernama Wisnumurti.


11. Prabu Wisnu Murti adalah Raja Indraprahasta ke 11. Berkuasa mulai tahun 558-583 Saka atau antara tahun 636-661 Masehi, selama 25 tahun. Raja ini memiliki puteri yang bernama Ganggasari, kemudian puterinya ini diperisteri oleh Linggawarman Raja Tarumanagara terakhir. Dari pernikahan puterinya tersebut, maka selanjutnya akan menurunkan keturunan raja-raja pada dua kerajaan besar di Nusantara, yaitu Kerajaan Sunda dan Sriwijaya. Sedangkan anaknya yang ke 2 bernama Tunggulnagara, yang kemudian meneruskan tahta Indraprahasta.


12. Prabu Tunggulnagara adalah Raja Indraprahasta ke 12. Berkuasa mulai tahun 583-629 Saka atau antara tahun 661-707 Masehi, selama 46 tahun. Ia memiliki putera yang bernama Padmahariwangsa.


13. Praburesi Guru Padmahariwangsa adalah raja Indraprahasta ke 13. Berkuasa mulai tahun 629-641 Saka atau antara tahun 707-719 Masehi, selama 12 tahun. Di saat ia berkuasa, kekuasaan Kerajaan Tarumanagara telah dibagi dua kepada Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh di mana sungai Citarum sebagai batasnya. Dengan demikian Kerajaan Indraprahasta yang awalnya merupakan kerajaan bawahan Tarumanagara otomatis menjadi bawahan Kerajaan Galuh, karena lokasi Indraprahasta berada di sebelah timur Citarum.

Praburesi Guru Padmahariwangsa menjadi bagian sejarah dalam perebutan kekuasaan di Kerajaan Galuh. Raja Indraprahasta ini termasuk pada salah satu tokoh yang mendukung Prabu Purbasora Raja Galuh Pakuan ketika melakukan kudeta terhadap Bratasenawa. Karena Resi Padmahariwangsa memiliki 3 orang anak, yaitu: Citrakirana yang diperisteri oleh Prabu Purbasora Raja Galuh ke 4  putra Maharesi Sempakwaja dari kemandalaan Gunung Galunggung, Wiratara penerus tahta Kerajaan Indraprahasta dan Gangga Kirana kemudian menjadi Adipati Kulasa Raja Kerajaan Wanagiri.


14. Prabu Wiratara adalah raja Indraprahasta ke 14. Berkuasa mulai tahun 641-645 Saka atau antara tahun 719-723 Masehi, selama 4 tahun. Wiratara dinobatkan menjadi raja Indraprahasta ke 14, karena kakak sulungnya Citra Kirana telah diperisteri oleh Purbasora Raja Kerajaan Galuh Pakuan ke 4 antara tahun 716-723, yang mempunyai anak : Wijaya Kusuma, Wiradikusuma dan Dewi Komalasari, yang mana kelak cucu-cicitnya Prabu Purbasora yaitu Prabu Permana Dikusuma pada tahun 724-725 Masehi Raja Kerajaan Galuh Pakuan ke 6 dan Prabu Ciung Wanara atau Sang Manarah  pada tahun 739-783 Masehi Raja Kerajaan Galuh Pakuan ke 8 serta Prabu Aji Putih mendirikan Kerajaan Tembong Agung di Sumedang yang dimulai pada tahun 756 Masehi.

Adanya hubungan kekerabatan keluarga antara kerajaan Indraprahasta dengan kerajaan Galuh Pakuan, pada saat terjadinya kudeta yang dilakukan Prabu Purbasora kepada Bratasenawa atau Sang Sena Raja Galuh Pakuan ke 3 yang berkuasa antara tahun 709-716 Masehi , akhirnya berdampak buruk bagi Kerajaan Indraprahasta. Prabu Wiratara yang saat terjadinya kudeta bertindak sebagai salah satu senapati pembela Prabu Purbasora akhirnya harus berhadapan dengan pasukan Sanjaya, anak Bratasenawa yang telah berhasil merebut kembali  Kerajaan Galuh dari Prabu Purbasora Raja Galuh ke 4 yang berkuasa antara  tahun 716-723 Masehi. 

Kemudian Kerajaan Indraprahasta hancur diluluh lantahkan oleh Sanjaya atau Rakean Jamri yang saat itu juga telah menjadi Raja Kerajaan Sunda ke 5 antara tahun 723-732 Masehi . Prabu Wiratara selaku Raja Indraprahasta terakhir yang diserbu Pasukan Sanjaya dari Kerajaan Sunda   pada tahun 723 Masehi tewas dalam pertempuran tersebut.

Akhirnya di masa kekuasaan Wiratara, Kerajaan Indraprahasta hancur di mana keraton dan seluruh pembesar kerajaan beserta penduduknya luluh lantah seakan-akan di wilayah tersebut tidak pernah ada Kerajaan yang pernah berdiri. 

Bekas kawasan kerajaan Indraprahasta kemudian oleh Sanjaya diberikan kepada Adipati Kulasa antara tahun 645-649 Saka atau antara tahun 723-727 Masehi, selama 4 tahun. Lalu bekas kawasan Indraprahasta digabungkan dengan Wanagiri oleh Adipati Kulasa sebagai negara baru bawahan Galuh. Adipati Kulasa yang menjadi ratu Indraprahasta , dan mempunyai anak Raksadewa.


Rangkuman Sejarah Kerajaan Indraprahasta antara tahun 285 - 645 Saka = 360 tahun Saka atau antara tahun 363 - 723 Masehi = 349 tahun 
Kala 285-320 Caka (363-389 Masehi) : 15 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 1 [bawahan Salakanagara]
Nama Maharesi Santanu.
Gelar Prabursi Indraswara Salakakretabuwana
Permesuri Indari, putri Dewawarman VIII.
Anak Jayasatyanagara.
Lokasi di lereng gunung Ciremei (gunung Indrakila)
Penjelasan Tiba dari daerah Gangga India, dan ada pertalian keluarga dengan Dewawarman VIII


Kala 320-343 Caka (398-421 Masehi) : 23 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 2. [bawahan Tarumanagara]
Nama Jayasatyanagara.
Permesuri Ratna Manik, putri Wisnubumi, raja Malabar.
Anak Wiryabanyu


Kala 343-366 Caka (421-444 Masehi) : 23 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 3
Nama Wiryabanyu.
Permesuri Nilem Sari, putri kerajaan Manukrawa
Anak 1. Suklawati, diperistri oleh Wisnuwarman, putra Purnawarman.
2. Warna Dewaji
Catatan Indraprahasta menjadi bawahan Tarumanagara.


Kala 366-393 Caka (444-471 Masehi)  : 27 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 4
Nama Warna Dewaji.
Anak Raksahariwangsa.


Kala 393-429 Caka (471-507 Masehi)  : 36 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 5
Nama asal Raksahariwangsa.
Nama nobat Prabu Raksahariwangsa Jayabhuwana.
Permesuri putri raja Sanggarung.
Anak Dewi Rasmi, bersuami Tirtamanggala, putra kedua raja Agrabinta.


Kala 429-448 Caka (507-526 Masehi)  : 19 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 6
Nama Dewi Rasmi
Suami Tirtamanggala, putra kedua raja Agrabinta.
Gelar Prabu Tirtamanggala Darmagiriswara.
Anak 1..Astadewa 2. Jayagranagara


Kala 448-462 Caka (526-540 Masehi)  : 14 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 7
Nama Astadewa.
Anak Rajaresi Padmayasa (penerus pamannya)
Catatan Jayagranagara adalah adik Astadewa, penerus raja.


Kala 462-468 Caka (540-546 Masehi)  :  6 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 8
Nama Jayagranagara.
Catatan Ia adalah adik Astadewa, raja Indraprahasta 7.


Kala 468-512 Caka (546-590 Masehi)  : 44 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 9
Nama Rajaresi Padmayasa.
Anak Andabuwana
Catatan Raja adalah  putra Astadewa, raja Indraprahasta ke 7. Ia menggantikan kedudukan pamannya.


Kala 512-558 Caka (590-636 Masehi)  : 46 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 10
Nama Andabuana.
Anak Wisnumurti.


Kala 558-583 Caka (636-661 Masehi)  : 25 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 11
Nama Wisnumurti.
Anak 1. Dewi Ganggasari, diperistri oleh Linggawarman, yang kelak men-jadi raja Tarumanagara ke 12. 2. Tunggulnagara, melanjutkan warisan ayahnya.


Kala 583-629 Caka (661-707 Masehi)  : 46 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 12
Nama Tunggalnagara, ialah adiknya Ganggasari.
Anak Padmahariwangsa
Penjelasan Gangasari ialah putri sulung Prabu Indraprahasta ke 11 yang di-peristri oleh Prabu Tarumanagara 12.


Kala 629 – 641 Caka (707-719 Masehi) :  12 tahun.
Penobatan di Indraprahasta ke 13
Nama nobat Resiguru Padmahariwangsa
Anak 1. Citrakirana, yang diperistri oleh Purbasora. 2. .Wiratara, yang menjadi penerus ayahnya. 3. Ganggakirana, yang menjadi Adipati Kusala dari Kerajaan Wanagiri, bawahan Indraprahasta.
Kala 641-645 Caka (719-723 Masehi  :  4 tahun.
Penobatan di Indraprahasta  ke 14
Nama nobat Prabu Wiratara.
Anak Raksadewa
Peristiwa Prabu Wiratara yang membantu Purbasora merebut kekuasaan Galuh dari Prabu Sena, lalu kakak Wiratara, yang bernama Citrakirana, diperistri oleh Purbasora.


Kala 645 Caka (723 Masehi).
Peristiwa Sunda menyerbu Indraprahasta.
Catatan Setelah Galuh ditaklukkan, Sanjaya menumpas pendukung Purbasora. Terutama kerajaan Indraprahasta, yang turut membantu Purbasora waktu merebut kekuasaan Galuh dari Sena.Indraprahasta yang didirikan sejak jaman Tarumanagara, ahirnya diratakan dengan tanah oleh Sanjaya, seolah tidak pernah ada kerajaan disitu.”Indraprahasta sirna ing bhumi”.


Kala 645-649 Caka (723-727 Masehi)  :  4 tahun
Penobatan di Indraprahasta digabungkan dengan Wanagiri
Nama nobat Adipati Kulasa
Anak Raksadewa.
Peristiwa Bekas kawasan Indraprahasta digabungkan dengan Wanagiri oleh Adipati Kulasa sebagai negara baru bawahan Galuh. Kulasa menjadi ratunya


 
Kerajaan Indraprahasta berkembang menjadi kerajaan besar, Maharesi Santanu sebagai raja pertama sekaligus sebagai pendiri dan berkuasa dari tahun 363-398 Masehi.

Setelah wafat digantikan oleh putranya yang bernama Jayasatyanagara merupakan putra sulung dari permaisuri Dewi Indari. Prabu Jayasatyanagara memerintah Indraprahasta tahun 398-421 Masehi dengan permaisuri bernama Ratnamanik putri Prabu Wisnubumi Raja Malabar.

Pada tahun 399 Masehi Jayasatyanagara harus mengakui kekuasaan Sri Maharaja Purnawarman dari Tarumanagara, nama kerajaan baru dari Salakanagara menjadi Tarumanagara yang diganti oleh Praburesi Jayasingawarman yang menikahi putri sulung Ratu Rani Spatikarnawarmandewi yang bernama Dewi Minati. Sejak ditaklukan oleh Sri Purnawarman, Indraprahasta menjadi negara bawahan Tarumanagara.

Dari permaisuri Ratnamanik, memperoleh putra bernama Wiryabanyu, sebagai penguasa Indraprahasta ke tiga. Prabu Wiryabanyu berkuasa dari tahun 421- 444 Masehi. Permaisuri Prabu Wiryabanyu bernama Nilam Sari putri kerajaan Manukrawa. Dari permaisuri memiliki putra dan putri diantaranya Warnadewaji sebagai penerus tahta dan Suklawati yang diperistri oleh Prabu Wisnuwarman Raja Tarumanagara ke empat atau putra Sri Purnawarman.

Ketika di Tarumanagara terjadi huru-hara perebutan kekuasaan antara Wisnuwarman pewaris tahta dan Cakrawarman adik Sri Purnawarman, Prabu Wiryabanyu turut serta menumpas pemberontakan Cakrawarman.

Penerus tahta kerajaan Indraprahasta berikutnya adalah Prabu Warnadewaji, yang berkuasa dari tahun 444-471 Masehi. Selanjutnya digantikan oleh Prabu Warna Hariwangsa, yang berkuasa dari tahun 471-507 Masehi. 

Raja Indraprahasta berikutnya adalah Prabu Tirtamanggala Darmagiriswara yang memerintah Indraprahasta dari tahun 507-526 Masehi. Prabu Tirtamanggala digantikan oleh putranya bernama  Prabu Astadewa yang berkuasa dari tahun 526-540 Masehi. 

Setelah Prabu Astadewa wafat digantikan oleh Prabu Jayagranagara, yang berkuasa dari tahun 540-546 Masehi. Prabu Jayagranagara setelah wafat digantikan oleh Prabu Padmayasa yang memerintah Indraprahasta dari tahun 546-590 Masehi.  Kemudian tahta kerajaan Indraprahasta dipegang oleh Prabu Andabuana yang memerintah dari tahun 590-636 Masehi.

Setelah Prabu Andabuana wafat digantikan oleh Prabu Wisnumurti sebagai raja Indraprahasta ke sebelas, yang memerintah dari tahun 636-661 Masehi. Putri Prabu Wisnumurti bernama Ganggasari dinikahi oleh Maharaja Linggawarman raja Tarumanagara ke dua belas.

Setelah Prabu Wisnumurti wafat digantikan oleh Prabu Tungul Nagara, yang memerintah Indraprahasa dari tahun 661-707 Masehi.  Kemudian digantikan oleh Praburesi Padma Hariwangsa, yang berkuasa dari tahun 707-719 Masehi. Putri Prabu Padma Hariwangsa yang bernama Citra Kirana dinikahi oleh Purbasora putra Maharesi Sempakwaja dari kerajaan Galungung.


Skandal di Keraton Galuh
Telah diceritakan pada bagian terdahulu, Kendan Cikal Bakal Galuh. Praburesiguru Wretikandayun memiliki tiga orang putra, yaitu : Sempakwaja yang menjadi Rajaresi di Galunggung beristrikan Pohaci Rababu, Jantaka menjadi Rajaresi di Denuh dan Amara atau Mandiminyak menjadi Raja di Galuh.

Dikisahkan saat Mandiminyak mengadakan pesta di keraton Galuh, Sempakwaja sedang sakit, untuk menghadiri pesta adiknya, Sempakwaja mengutus istrinya yaitu Pohaci Rababu saat itu sudah memiliki dua orang putra yaitu Purbasora dan Demunawan. Karena ketampanan Mandiminyak dan kecantikan Pohaci Rababu, terjadilah skandal percintaan antara Mandiminyak dan kakak iparnya. Hasil dari skandal tersebut lahirlah Bratasenawa atau Sena.. Sempakwaja mengetahui bayi yang dikandung istrinya adalah putra adiknya begitu pula Mandiminyak mengakui anak yang dikandung kakak iparnya. Setelah lahir bayi tersebut di urus oleh Resiguru Wretikandayun. Kejadian skandal tersebut menggegerkan keraton Galuh, untuk menutupi aib dan mengamankan Mandiminyak, Wretikandayun menjodohkan Mandiminyak dengan Parwati putri Prabu Kartikeyasinga dan Ratu Maharani Sima dari Kerajaan Kalingga. 

Setelah Prabu Kertakeyasinga wafat pada tahun 674 M, pemerintahan dipegang oleh istrinya yaitu Maharani Sima. Parwati dan Mandiminyak sebagai pendampingnya. Maharani Sima menjodohkan cucunya yang bernama Sanaha putri Parwati dan Mandiminyak dengan Sena atau Bratasenawa putra Mandiminyak dengan Pohaci Rababu diluar nikah. Perkawinan sedarah ini disebut kawin Manu, mungkin pada saat itu diperbolehkan. Ketika Ratu Maharani Sima wafat pada tahun 695 Masehi, kerajaa Kalingga dibagi dua  yaitu Bumi Mataram (Mataram Kuno) yang dipegang oleh Mandiminyak dan Parwati (695 - 716 M) dan Kerajaan Bumi Sambara yang dipegang oleh adik Ratu Parwati bernama Prabu Narayana. Pada tahun 702 M Rajaresiguru Wretikandayun wafat, sebagai penggantinya adalah Mandiminyak menjadi raja Galuh, sedangkan pemerintahan di Bumi Mataram dipegang oleh istrinya (Parwati).

Setelah Prabu Mandiminyak wafat, tahta Galuh dipegang oleh Prabu Bratasenawa, inilah awal terjadinya perebutan kekuasaan di Galuh. Purbasora putra Sempakwaja merasa lebih hak menjadi Raja Galuh daripada Bratasenawa adiknya diluar nikah. Dalam pemberontakannya Purbasora dibantu oleh pasukan Kerajaan Indraprahasta dari mertuanya yaitu Prabu Padma Hariwangsa. Sena dan Sanaha berhasil meloloskan diri pulang ke Bumi Mataram, dan Purbasora menjadi Raja Galuh.

Kembali ke Kerajaan Indraprahasta, setelah Prabu Padma Hariwangsa wafat diteruskan oleh Prabu Wirata, yang berkuasa dari tahun 719-723 Masehi.

Prabu Wirata dan Prabu Purbasora dibunuh oleh Sanjaya putra Brata Senawa dan Sanaha sebagai aksi balas dendam. 

Kerajaan Indrasprahasta oleh Sanjaya dibumihanguskan, berakhirlah kerajaan Indraprahasta di tangan Sanjaya Harisdarma. Sanjaya merebut tahta Galuh dari Purbasora dan berkuasa atas Galuh - Sunda dan Bumi Mataram.