Sekilas Kerajaan Tarumanagara (358 - 669 M)
Sampurasun
Para sejarawan Indonesia menganggap bahwa Kerajaan Tarumanagara merupakan Kerajaan pertama yang ada di Pulau Jawa, yang berada di Tatar Sunda. Karena bukti-bukti yang mendukungnya begitu banyak, dengan ditemukan perasasti-prasasti yang ada di sekitar Bogor dan Jakarta. Meskipun ada sumber lain, yaitu dari Naskah Wangsakerta, yang mengatakan bahwa Kerajaan Pertama di pulau jawa dan juga Nusantara adalah Kerajaan Salakanagara, yang lokasinya di sekitar Pandeglang sekarang. Padahal berdirinya Kerajaan Salakanagara maupun Kerajaan Tarumanagara, sangat erat kaitannya dengan perpolitikan di tanah India. Dalam hubungannya dengan peradaban di tanah Sunda, hal ini erat kaitannya dengan peradaban di negeri India (Bharatanagari).
Sekitar tahun 320 Masehi, terjadi perubahan politik besar besaran di tanah India dengan munculnya dinasti baru, yaitu Dinasti Gupta. Dinasti ini menamainya dengan dinasti Gupta. Dinasti Gupta ini eksis dari tahun 320-550 Masehi, yang didirikan oleh Chandragupta 1, yang memerintah dari tahun 320 hingga 330 Masehi. Dan kemudian diteruskan oleh anaknya, Samudragupta. Asal-usul dari Chandragupta tidak diketahui dengan pasti, tetapi konon ia adalah seorang petualang dari kalangan masyarakat golongan rendah namun berhasil mengawini seorang putri raja bernama Kumala Devi berasal dari suku Lacchavi yang termashyur di vaisali yang pernah berkuasa di India Utara namun tenggelam oleh munculnya dinasti Maurya di Magada.
Chandragupta menetapkan Pataliputra sebagai ibukota, tempat pusat pemerintahan. Tanggal 26 februari 320 Masehi, kemudian di tetapkan sebagai awal masa pemerintahannya sebagai raja yang ditandai dengan dikeluarkannya mata uang baru. Tahun itu pula yang kemudian dianggap sebagai awal tarikh gupta.
Penggantinya, Samudra Gupta memerintah antara tahun 330 hingga 375 Masehi. Samudragupta merupakan raja yang termashur di India dan sangat agresif. Ia setia pada agama Hindu. Setelah ia dinobatkan ia mulai memerangi kerajaan yang terletak di sekitar kerajaannya dan menaklukkan daerah Hindustan. Samudragupta juga menaklukkan Kerajaan Salankayana dan Pallava.
Wangsa Salankayana rajanya terkenal dengan nama penobatannya Sang Maharaja Hastiwarman dan wangsa Pallawa rajanya yang terkenal dengan nama penobatannya Sang Maharaja Wisnugopta. Dua kerajaan bersahabat erat menjadi satu kemudian berperang melawan pasukan Samudragupta. Beberapa bulan lamanya mereka berperang, tetapi kedua kerajaan itu akhirnya dapat ditaklukan oleh Samudra Gupta.
Samudra Gupta kemudian menjadi maha penguasa di bhumi Bharata (India). Tabiatnya tidak baik, kejam dan buas terhadap musuhnya yang kalah. Itulah sebabnya dengan segala upayanya keluarga dan sejumlah penasihat kerajaan dan penduduk dari kedua dinasti yang dikalahkan pada waktu peperangan banyak di antaranya yang mengungsi mencari keselamatan dari kematian.
Peperangan terjadi pada tahun 267 Saka atau 345 Masehi. Meskipun kerajaannya sudah dikalahkan namun keraton kerajaan tidak dimusnahkan. Sementara penduduk dari Pallawanagari dan Salankayananagari yang tinggal di sana, yaitu di negeri asalnya, mereka sangat berdukacita dan banyak yang meninggal, sementara itu banyak di antara mereka yang sangat menderita dan selalu ketakutan.
Sang Maharaja Ghupta, telah banyak membunuh penduduk yang tidak berdosa. Sang pemenang mengalahkan dan menindas kedua kerajaan yang kalah perang. Sudah banyaklah balatentara dan pembesar maupun orang-orang dari golongan rendah, menengah maupun tinggi yang gugur pada waktu perang.
Dalam keadaan seperti itu, banyak penyamun di kota yang kalah. Sedangkan sang raja yang dikalahkan negaranya mengungsi berkeliaran di hutan belantara bersama keluarganya, dan semua pengiringnya, begitu pula para pembesarnya, para pengikutnya dan juga pasukan bersenjata. Dan ada juga yang mengungsi menyeberangi lautan dengan menggunakan berpuluh-puluh perahu.
Diantara mereka banyak penduduk dan keluarga raja dari wangsa Pallawa yang mengungsi ke Pulau Tatar Sunda dipimpin oleh seorang yang kemudian menjadi raja di kerajaan Salakanagara, yaitu Prabu Dharmawirya Dewawarman Salakabhuwana atau Dewawarman 8
Prabu Dharmawirya putra dari Sri Ghandarilengkara Warmandewi yang bersuamikan seorang pembesar Panglima Angkatan Laut dari kerajaan wangsa Pallawa di bumi Bharatawarsa. Sri Ghandari adik Sang Prabhu Bhimadigwijaya, Sang Prabu Bhimadigwijaya ayah Sang Rani Spatikarnawa. Oleh karena itu Prabu Dharmawirya dan Sang Rani Spatikarnawa adalah bersaudara tunggal cucu. Selanjutnya Prabu Dharmawirya menjadi raja, antara tahun 270-285 tarikh saka atau antara tahun 348-363 Masehi dengan gelar Dewawarman 8.
Prabu Dharmawirya datang dari bumi Bharatanagari, pada tahun 268 tarikh Saka atau 346 Masehi, bersama ayah ibu dan pengiringnya mengungsi ke Jawa Barat karena negaranya sudah ditaklukkan oleh Sang Maharaja Samudragupta.
Diceritakan pula bahwa pada tahun 270 Saka atau 348 Masehi, ada seorang Maharesi dari Salankayana, yang bernama Jayasingawarman disertai para pengikutnya berjumlah beberapa ratus orang, penduduk laki laki perempuan dan balatentara, melarikan diri karena musuh selalu mengejar ngejar dan berusaha menangkapnya.
Banyak penduduk siang-malam merasa ketakutan hatinya dan tertekan karena takut dijatuhi hukuman mati, atau dianiaya. Karena Sang Gupta raja yang sangat berkuasa dan kejam, serta mahir dalam berperang. Dan alhirnya datang mengungsi ke tatar Sunda dengan menaiki beberapa puluh perahu. Kedatangan mereka disambut oleh penduduk pribumi tatar sunda dengan senang hati.
Sang Maharesi Jayasingawarman adalah seorang dang accarya atau guru agama dan seorang mahapurusa atau orang penting. kemasyhuran dan keluhurannya bagaikan raja. Karena ia sekeluarga dengan Sang Hastiwarman raja Salankayana di Bharatanagari (negeri India). Selanjutnya, mereka semuanya bermukim ditepi sungai dan membuat desa. Karena ia disetujui oleh para penghulu dari desa-desa di sekitarnya, kemudian ia mendirikan sebuah kerajaan di situ dan diberi nama Tarumanagara, dan desa itu menjadi kota besar bernama Jayasinghapura.
1. Rajadirajaguru Jayasingawarman (358-382 Masehi)
Jayasingawarman atau lengkapnya Rajadirajaguru Jayasingawarman Gurudharmapurusa merupakan pendiri kerajaan Tarumanagara, yang memerintah selama 24 tahun, dari tahun 280-304 Saka atau antara tahun 358-382 Masehi. Ia seorang maharesi yang dikenal dengan nama Sang Jayasinghawarman Ghurudharmapurusa dan Rajadhirajaghuru, yaitu raja Tarumanagara dan guru agama.
Telah diceritakan diatas, Jayasaingawarman merupakan seorang maharesi dari Salankayana di India, yang mengungsi ke Tattar Sunda, karena daerahnya diserang dan ditaklukan maharaja Samudragupta dari dinasti Gupta. Di sini ia mendirikan desa, yang berkembang pesat, yang kemudian dinamai Jayasingapura. Dan desanya ini berkembang, sehingga menjadi ibukota kerajaan Tarumanagara, yang waktu itu masih menjadi bawahan Salakanagara. Karena pengaruhnya, ia kemudian diambil menantu oleh Raja Salakanagara, Prabu Dharmawirya Dewawarman Salakabhuwana atau Dewawarman 8.
Jayasingawarman dinikahkan dengan putri Prabu Dharmawirya Dewawarman Salakabhuwana atau Dewawarman 8, yang bernama Sang Parameswari Iswari Tunggalprethiwi Warmandewi atau Dewi Minawati namanya.
Pada awalnya Jayasingawarman merupakan pewaris tahta Salakanagara, menggantikan mertuanya, Prabu Dharmawirya Dewawarman Salakabhuwana atau Dewawarman 8. Tetapi setelah Jayasingawarman berkuasa pusat pemerintahan dipindahkan dari Rajatapura ke Tarumanagara, sehingga kemudian nama Salakanagara berubah menjadi Tarumanagara. Dan Kerajaan Salakanagara pun secara otomatis menjadi negara bawahan Tarumanagara, yang diperintah oleh adik isterinya.
Tidak seperti penguasa-penguasa Salakanagara, keberadaan Jayasingawarman jelas tertulis dalam prasasti Tugu, yang ditemukan di desa Cilincing Jakarta. Pada parsasti ini, Jayasingawarman disebut gelarnya saja yaitu Rajadirajaguru, bersama dua raja sesudahnya, Rajarsi dan Purnawarman.
Jayasingawarman meninggal pada usia 60 tahun, berdasarkan keterangan prasasti Tugu, setelah wafat pada tahun 382 Masehi, abu jenasahnya dilarungkan di sungai Gomati sekitar Bekasi, maka itu kemudian dikenal sebagai Sang Lumahi ri Gomati, karena candinya ada di tepi sungai Gomati. Ia lalu digantikan oleh anaknya, Rajaresi Dharmayawarmanguru.
2. Rajarsi Dharmayawarmanguru (382-395 Masehi)
Dinasti ke dua Kerajaan Tarumanagara yaitu Rajaresi Dharmayawarman berkuasa di Tarumanagara selama 13 tahun, dari tahun 304-317 Saka atau antara tahun 382-395 masehi, menggantikan ayahnya Jayasingawarman. Dinamakan Rajarsi, karena disamping sebagai raja, Dharmayawarman juga pemimpin agama atau menjadi kepala seluruh dang accaryagama atau seluruh guru agama.
Pada zamannya, penduduk asli tatar sunda masih menganut kepercayaan nenek moyangnya, yaitu pemujaan untuk memanggil nenek moyangnya, yang merupakan kebiasaan dari nenek moyangnya. Sang Rājarsi Dharmayawarman senantiasa berusaha mengajarkan agamanya kepada kepala-kepala kampung dan penduduk bumi Tarumanagara. Karena itu Sang Rājarsi Dharmayawarman mendatangkan brahmana brahmana dari negeri India. Tetapi tidak semua penduduk memeluk agamanya.
Oleh karena itu kemudian penduduk pribumi terbagi menjadi 10 empat kasta, yaitu mula pertama golongan Bhrahmana, kedua golongan Ksatrya, ketiga golongan Waisya, dan keempat golongan Sudra. Dengan demikian penduduk dibeda-bedakan antara golongan rendah, menengah, dan tinggi. Oleh karena itu penduduk golongan rendah sangat ketakutan terhadap agama hindu yang diajarkan Rājaresi Dharmayawarman.
Dua tahun sebelum meninggal, Dharmayawarman sudah memberikan mandat kekuasaan kepada anaknya yaitu Purnawarman. Dharmayawarman kemudian mengambil jalan sebagai seorang resi, dengan bertapa. Dua tahun, ia meninggal. Sesudah itu anak Sang Rājarsi yaitu Sang Purnawarman kemudian membuat peringatan pada tugu batu, dan dibangunlah persemayaman Rājarsi atau yang bersemayam di Candrabhagā menurut wujudnya. Demikian pula ditepi Sungai Ghomati, sebagai tugu peringatan bagi Sang Mahāpurusa Rājādhirājaghuru atau yang bersemayam di tepi sungai tersebut.
Setelah meninggal Dharmayawarman dikenal dengan nama Lumah ri Chandrabaga karena candinya ada di tepi sungai Chandrabaga (kali Bekasi). Dharmayawarman mempunyai 2 orang anak laki-laki dan seorang perempuan. Putra pertamanya bernama Purnawarman, yang kemudian menggantikannya.
3. Maharaja Purnawarman (395-434 Masehi)
Dinasti ke tiga Tarumanagara yaitu Maharaja Purnawarman merupakan raja ke-3 dan Raja terbesar Tarumanagara yang memerintah selama 39 tahun, antara tahun 317-356 Saka atau antara tahun 395-434 Masehi. Sang Purnawarman naik tahta Tarumanagara menggantikan ayahnya Rajarsi Dharmayawarmanguru, dengan gelar Sri Maharaja Purnawarman Sang Iswara Digwijaya Bhimaarakrama Suryamahapurusa Jagatati atau Sang Pramdara Saktipurusa.
Di jaman Purnawarman merupakan jaman keemasan Kerajaan Tarumanagara. Banyak prasasti memuat kebesaran namanya. Setidaknya ada 7 prasasti yang berkaitan dengannya. Dalam memerintah ia dibantu adiknya yaitu Cakrawarman, yang menjadi panglima perang di darat. Sedangkan pamanya yaitu Nagawarman menjadi panglima angkatan laut. Dari prameswarinya, Purnawarman mempunyai beberapa anak laki-laki dan perempuan. Diantaranya Wisnuwarman, yang kemudian menggantikannya.
Sang Purnawarman meninggal pada tanggal 5 paruh terang bulan Posya tahun 356 tarikh Saka atau tahun 434 Masehi, pada usia 62 tahun. Setelah meninggal, Purnawarman digelari Sang Limahing Tarumanadi, karena abu jenazahnya dilarungkan di Sungai Citarum, dan tahta selalunjutnya jatuh kepada anak sulungnya, Wisnuwarman.
a. Keluarga
Sang Mahārāja Tarumanagara dan sang permaisuri sering dipuji bagaikan Bhātara Wisnu dan Dewi Laksmi. Mereka merupakan lambang kemenangan Purnawarman sebagai mahārāja penguasa Tarumanagara. Dikatakan bahwa prameswari merupakan istri yang sempurna kecantikannya bagaikan bulan purnama, indah tanggal paruh-terang. Permaisuri Purnawarman seorang putri dari Sriwijaya (Swarnabhumi), sedangkan istri-istri lainnya ada yang berasal dari Bakulapura (Kutai) dan kerajaan di Jawa timur. Dari prameswari lahir beberapaorang putra laki laki dan perempuan, diantaranya Sang Wisnuwarman, putra mahkota dan menjadi Raja Muda Tarumanagara sebelum kemudian menjadi raja menggantikan ayahnya, Purnawarman. Dari istri lainnya, ia juga mempunyai anak, meskipun tidak semua istri istrinya mempunyai anak.
Purnawarman juga mempunyai adik perempuan yang terkenal kecantikannya, yang dikatakan sebagai orang yang sempurna kecantikannya. Ia diperistri oleh raja di Sumatra. Kelak Sri Jayanasa, seorang raja besar dari Sriwijaya merupakan keturunannya. Dan dikatakan jugadalam naskah Wangsakerta bahwa raja-raja di Pulau Bali juga terhitung keturunan dari Sang Purnawarman, begitu pula wangsa Warman yang tersebar di bumi Nusāntara.
Adiknya yang lain, yang terkenal dengan nama Sang Cakrawarman, menjadi panglima perang. Sedangkan saudaranya yaitu adik dari ayahnya yang terkenal dengan nama Sang Nagawarman menjadi panglina angkatan laut. Ia selalu pergi ke seberang sebagai duta dari Sang Purnawarman Mahārāja Tarumanagara. Dengan tujuannya membuat persahabatan. Ia sudah pergi mengunjungi Sanghyang hujung, sudah ke Syangkanagari, ia sudah ke Yawananagari, ia sudah ke Cambay di Bharatanagari, ia sudah pergi ke Sophalanagari, ia sudah pergi ke Bakulapura, Negeri Cina, sudah ke Swarnabhumi, dan banyak lagi pulau-pulau yang lain. Adapun ia adalah orang yang terkemuka di Kerajaan Taruma.
Sang Nagawarman mahir dalam berperang, sudah besar jasa dan kepahlawanannya terhadap negara. Sang Nagawarman dan beberapa orang tanda dan pembesar kerajaan, adhyaksa, sebagai duta Tarumanagara, pergi ke Negeri Cina dengan membawa barang hasil bumi. Selanjunya barang kerajinan buatan penduduk, rempah-rempah dan barang hasil perburuan dan lainnya lagi. Semuanya diberikan kepada Mahārāja Cina. Adapun Kerajaan Cina bersahabat dengan kerajaaan Tarumanagara. Selanjutnya Sang Mahārāja Cina memberikan kepada duta Tarumanagara di antaranya ialah pakaian kemudian berbagai perhiasan, emas, perak, manik(-manik) dan berbagai barang lainnya lagi. Begitu pula saling surat menyurat. Ketika itu tanggal paruh-terang bulan Jyesta, (tahun) tarikh Saka (= 435 Masehi). Setahun kemudian pergilah sang duta Tarumanagara ke Sanghyang Hujung, lima bulan kemudian pergilah sang duta Tarumanagara ke beberapa kerajaan yang ada di Swarnabhumi.
Adik perempuan yang lain, Harinawar mandewi namanya, menjadi istri orang kaya raya dari Bharatanagari (India). Ia memiliki beberapa puluh perahu besar. sedangkan adiknya laki-laki beberapa orang, masing-masing ada yang menjadi duta di Negeri Cina, dan bermukim di sana, dan kemudian menjadi duta di Swarnabhumi, Syangkanagari. Adiknya yang lain-lainnya lagi ada yang menjadi panglima angkatan laut, ada yang menjadi sang adhyaksa. Adapun putranya yang tertua menjadi putra mahkota, yaitu raja muda bernama Sang Wisnuwarman.
b. Profil Sang Raja
Sang Purnawarman adalah manusia utama, oleh karenanya kemashuran dan kekuasaannya membuat Tarumanagara menjadi kerajaan besar, sentosa, penduduknya sejahtera jiwanya. (Beliau) membuat semua karya-karya besar yang ada di beberapa tempat di Tatar Sunda yang subur tanahnya. Karena itu kebesarannya tertulis pada beberapa prasasti sebagai tanda peringatan terhadap kemashuran dan kebesarannya.
Purnawarman merupakan raja besar di Tarumanagara, yang sangat bekuasa dan gagah perkasa, dan disertai kemahiran berperang dan mengalahkan semua musuh-musuhnya. Berkat usahanya kerajaan tersebut menjadi besar dan jaya. Ia dijuluki Harimau dari Tarumanagara, karena selama pemerintahannya banyak menaklukkan raja-raja di pulau Jawa, dan menjadi kerajaan yang sangat berkuasa di Pulau Jawa. Dikatakan juga bahwa Purnawarman adalah raja agung, bagaikan matahari yang memancarkan sinarnya. Tubuhnya memancarkan sinar yang sangat semarak, karena disinari oleh pakaiannya (yang dihiasi) manik, emas dan permata.
Purnawarman dikatakan bagaikan Bhatara Wisnu yang turun dari swargaloka dan menjelma ke bumi, ia tampak seperti Indra yang siap menyerang musuhnya. Ia dianggap sang Purandara (penghancur musuh-musuh Indra). Dalam pertempuran-pertempuran di lautan untuk membasmi para perompak, pasukan Tarumanagara yang dipimpinnya selalu memperoleh kemenangan. Para perompak tak ada yang dibiarkan hidup, semuanya dihukum mati. Peperangan melawan perompak itu terjadi antara tahun 321 – 325 tarikh Saka (= 399-403 Masehi). Setelah para perompak dikalahkan perairan Laut Jawa menjadi aman dan para penduduk dan para pedagang menjadi senang.
Kebesaran Purnawarman, disamping menjadi raja di Tarumanagara, ia juga merupakan pemimpin anggota marga (wangsa)-nya yang tersebar di Sumatra, bali dan pulau lain di Nusantara. Ia membina hubungan persahabatan yang sederajat dengan Cina, Bharatawarsa, Yawana Bakulapura, Syangka, Palestina, Sibti, Arab Abasied, Barusa, Cambay, kerajaan di Jawa sebelah timur dan sebagainya. Tarumanagara mengirim duta-duta ke negara sahabat itu dan begitu juga sebaliknya.
Setiap tahun raja-raja yang telah berhasil ditaklukkan datang menghadap ke ibukota, mereka semua menyampaikan penghormatan dan pujian kepada Purnawarman. Upacara penghormatan kepada Purnawarman terjadi setiap tahun pada tanggal 11 paruh terang bulan Caitra. Selanjutnya pada tanggal 13-15 paruh terang bulan Caitra, diadakan pesta perjamuan bagi seluruh tamu yang hadir dalam upacara tersebut.
Dikatakan dalam naskah Wangsakerta bahwa iap-tiap tahun raja taklukan harus seba ke Trumanagara, masing-masing datang ke ibukota dengan membawa pengiringnya dengan senjata lengkap, adapun semua raja yang kalah masing-masing memberikan Mereka semua berkumpul dengan khidmat dan menyembah pada kaki Sang Mahārāja Purnawarman yang duduk di atas singgasana emas. Oleh karena itu semua raja yang ada di bawah kekuasaan Sang Purnawarman sudah duduk berada di paseban, demikian pula semua pembesar kerajaan, pranaraja, sang tanda, sang juru, panglima perang, panglima angkatan laut, para pemimpin wilayah, para kepala desa, para adhyaksa, sang brahmana dan resi, semua pendeta, sang dharmmadhyaksa urusan kewaisnawaan, sang dharmmadhyaksa urusan kesaiwaan, sang dharmmadhyaksa urusan agama Buddha, kemudian para istri raja, sang mahakawi dan banyak yang lainnya lagi, yakni sanak keluarga, suami- kawan dan sanak, juga duta-duta dari negara yang bersahabat dengan kerajaan Tarumanagara.
c. Ibukota
Setelah Purnawarman menjadi raja menggantikan ayahnya, ia memindahkan ibukotanya ke sebelah luar. Di sini Sang Purnawarman membuat sanghyang prasasti raja pada batu yang ditulis olehnya, semuanya tiga buah sebagai tanda kemashuran dan kekuasaan ditandai dengan sanghyang telapak kaki. Dan ia bersemayam di istana baru bersama sang permaisuri serta semua pengiringnya.
Ibukota baru dimakannya Sundapura, lokasinya terletak di tepi Sungai Ghomati. Di katakan bahwa diatas istana tampak melambai-lambai panji-panji tanda kerajaan Tarumanagara, yakni panji-panji berupa bunga teratai merah di atas kepala gajah Erawata. Lambang raja berupa daun mahkota dari emas dengan gambar lebah. Sedangkan panji-panji bergambar naga merupakan panji-panji tanda pasukan angkatan laut kerajaan Tarumanagara, tampak melambai-lambai di atas perahu perang ada di tepi laut. Di sana tampaklah semua perahu sedang berjajar berlabuh.
Sedangkan panji panji lainnya lagi adalah, panji-panji bergambar singa, juga panji-panji bergambar harimau, kemudian panji-panji bergambar kuda, panji-panji bergambar anjing, panji-panji bergambar ular, panji-panji bergambar kucing, panji-panji bergambar garuda, panji-panji bergambar beruang, panji-panji bergambar kerbau, panji panji bergambar ikan, panji-panji bergambar lembu, panji-panji bergambar rusa, panji-panji bergambar sapi, panji-panji bergambar angsa, panji-panji bergambar kera, dan banyak lainnya lagi. Semuanya itu panji panji dari wilayah-wilayah kecil dan besar yang mengabdi kepada Tarumanagara.
d. Agama dan Kehidupan Masyarakatnya
Dalam bidang keagamaan, Purnawarman memuja Wisnu, tetapi rakyatnya ada yang memuja Sangkara (Siwa), Brahma, dan sedikit pemuja Buddha. Sementara penduduk pribumi di pedalaman masih banyak yang memuja (roh) nenek moyang, mereka masih mempertahankan adat istiadat lama dari leluhurnya.
Bumi Tarumanagara terkenal tanahnya subur dan kehidupan masyarakatnya sangat makmur. Demikianlah persembahan dari masyarakat golongan rendah, menengah, dan atas, suami-istri semuanya. Banyak penduduk senang hidup di sini. Begitu pula yang baru datang dari pulau-pulau seluruh Nusantara dan negara seberang yang lain.
e. Wilayah Kekuasaannya
Tidak dijelaskan sampai mana batas batas kerajaan dari Tarumanagara. Tetapi dilihat dari pengaruhnya, Tarumanagara dapat dikatakan sebagai kerajaan terbesar di Nusantara di zamannya. Hal ini dapat dilihat dari putri putri raja yang dinikahinya, menandakan bahwa pengaruhnya sangat dominan di Nusantara.
Di daerah terdekat, sebelum berdirinya kerajaan Tarumanagara belum begitu banyak kerajaan besar disekitar tatar sunda. Dengan berdirinya kerajaan Tarumanagara, maka munculah kerajaan kerajaan kecil di tatar sunda, yang kemudian menjadi bawahan kerajaan Tarumanaga, diantaranya:
f. Kerajaan Indraprahasta
Kerajaan di sebelah timur, panji-panjinya bergambar singa. Di Kerajaaan Indraprahasta terdapat Sungai Ghangga namanya, muaranya bernama Subanadi. Adapun panji-panji dari bala tentara Tarumanagara masing-masing bergambar berbagai senjata. Selama ia memerintah Tarumanagara, Sang Purnawarman sudah melaksanakan karya besar yaitu, memperkokoh pinggiran sungai, memperlebar sungai, dan memperdalam beberapa sungai yang termasuk ke dalam wilayah Tarumanagara. Itulah pekerjaan yang dikerjakan oleh masyarakat dari desa-desa di Tarumanagara, sebagai karya bakti mereka terhadap rajanya.
Beberapa tahun (lamanya) penduduk berduyun duyun pergi ke sungai, ada yang muda ada yang tua, suami-istri ikut semua, dari penduduk (golongan) rendah, menengha, dan tinggi, juga balatentara. Yang dikerjakan di antaranya ialah Sungai Ghangga, karena sungai tersebut dijadikan petirtaan bagi agama hindu semua penduduknya setiap tahun. Banyaklah Orang yang mandi di Sungai Ghangga Untuk menghilangkan dosa seluruh perbuatannya selama hidup. Hal ini seperti di Bharatanagari, yaitu mengikuti adat kebiasaan di negeri asal Sang Mahārāja Purnawarman.
g. Kebijakan Kebijakan Penting Pada Masa Purnawarman
Disamping memindahkan ibukota ke Sundapura, kebijakan kebijakan penting yang diilakukan oleh Purnawarman antara lain :
- Membuat Pelabuhan untuk tempat berlabuh perahu. Hal ini dilakukan setelah 3 tahun berkuasa, yang dibuat mulai tanggal paruh terang bulan Margasira sampai dengan tanggal 17 paruh gelap bulan Posya. Diceritakan bahwa pelabuhan ini sangat ramai, setiap hari banyak perahu yang datang dari berbagai negara.
- Memperindah, memperkokoh pinggiran sungai, memperlebar dan memperdalam beberapa sungai yang terdapat di wilayah Tarumanagara. Pekerjaan tersebut dilakukan oleh penduduk Tarumanagara dikarenakan rasa bakti kepada raja mereka.
Berkaitan dengan sungai ini, di antara sungai yang dikerjakan adalah :
- Untuk Sungai Ghangga yang terdapat di kerajaan Indraprahasta. Kerajaan ini terletak di sebelah Timur Tarumanagara. Sungai Ghangga dianggap suci oleh penduduk tatar sunda waktu itu, karena dianggap sama dengan Sungai Ghangga yang terdapat di India, yaitu sungai suci yang airnya dapat membersihkan dosa-dosa. Pekerjaan memperindah Sungai Ghangga di Indraprahasta berlangsung antara tanggal 12 paruh gelap bulan Margasira sampai dengan tanggal 15 paruh terang bulan Posya tahun 254 – 332 tarikh Saka (332 – 410 Masehi). Setelah pekerjaan itu selesai Purnawarman kemudian mengadakan upacara pemberian hadiah kepada para brahmana berupa 500 ekor sapi, pakaian, 20 ekor kuda, dan seekor gajah. Para pekerja juga mendapat hadiah dan bermacam makanan lezat. Dua tahun kemudian.
- Untuk Memperkokoh dan memperindah tepian Sungai Cupu (atau sungai Cipunagara sekarang) di Cupunagara Setelah pekerjaan itu selesai Purnawarman mengadakan upacara pemberian hadiah untuk para brahmana berupa 400 ekor sapi, pakaian, dan makanan. Setelah itu sebagai tanda selesainya pekerjaan tersebut dibuat prasasti-prasasti dengan tanda telapak kaki. Prasasti-prasasti itu diletakkan di tepi Sungai Ghangga dan Sungai Cupu.
- Untuk Memperindah dan memperkokoh tepi Sungai Sarasah (Manukrawa) (atau Sungai Cimanuk sekarang) yang dilakukan pada tahun 335 Saka (= 413 Msehi). Karena saat itu Purnawarman sedang sakit, ia mewakilkan kepada mahamantri dan beberapa pembesar kerajaan untuk mengadakan upacara kurban bagi orang suci. Benda-benda yang dihadahkan adalah 400 ekor sapi, 80 ekor kerbau, pakaian brahmana, panji Tarumanagara, 10 ekor kuda dan arca Wisnu. Dampak dari pekerjaan itu membuat petani gembira karena banyak tanah tegalan menjadi subur.
- Untuk Memperkokoh dan memperindah sepanjang tepi Sungai Candrabhaga dan Sungai Ghomati, yang dilakukan antara tanggal 8 paruh gelap bulan Phalguna sampai tanggal 13 paruh terang bulan Caitra tahun 261 – 339 Saka (= 339- 417 Masehi). Pekerjaan dilakukan siang malam dan dilaksanakan oleh beberapa ribu penduduk laki-laki dan perempuan dengan membawa peralatan masng-masing. Upacara peresmian pekerjaan itu dilakukan oleh Purnawarman dan upacara pemberian hadiah 14 berupa 1000 ekor sapi, pakaian dan berbagai makanan lezat. Kemudian dibuat juga prasasti yang dibubuhi telapak kaki, arca perwujudan dirinya, dan telapak kaki gajah Erawata.
- Untuk Memperindah dan memperkokoh tepi Sungai Taruma, sungai terbesar di Kerajaan Tarumanagara. Yang dilaukan pada tahun 341 Saka (= 419 Masehi). Seperti biasa setelah pekerjaan selesai lalu diadakan upacara peresmian dan pemberian anugerah bagi para brahmana dan mereka yang berjasa.
Selain itu Sri Maharaja Purnawarman disebutkan pula telah membuat dan menyusun berbagai kitab, di antaranya Nitipustaka Rajya Tarumanagara, Nitipustaka ning Aksohini, Nitipustaka Yuddhawarnana, Nitipustaka Desantara i Bhumi Jawa Kulwan, Pustaka Warmanwamsatilaka, dan banyak lagi yang lainnya.
4. Maharaja Wisnuwarman (434-455 M)
Wisnuwarman menjadi raja Tarumanagara menggantikan ayahnya, Purnawarman. Ia dinobatkan menjadi Raja Tarumanagara pada tahun 434 M atau waktu bulan purnama tanggal paruh-terang bulan Posya, tahun 356 tarikh Saka, dengan gelar Sri Maharaja Wisnuwarman Iswara Digwijaya Tunggal Jagatpati.
Wisnuwarman berkuasa selama 21 tahun (dari tahun 434-455 M).. Prameswarinya bernama Suklawarmandewi, adik raja Bakulapura. Suklawarmandewi tidak memberinya keturunan, karena keburu meninggal akibat sakit. Yang menjadi prameswari selanjutnya adalah Suklawatidewi, putri Wiryabanyu yang terkenal kecantikaannya. Dari Suklawatidewi ini, Wisnuwarman memiliki beberapa putra. Putra sulungnya, yang bernama Indrawarman kemudian menggantikannya.
Wisnuwarman merupakan anak tertua dari Purnawarman, karena itu sejak awal ia telah menjadi putra mahkota. Perbuatannya tidak tercela, seolah tidak ada kekurangannya, sama seperti ayahnya, Purnawarman. Ia seorang raja yang teguh pada kewajibannya dan gagah perkasa, terutama dalam pertempuran pada waktu perang, dan ia mahir dalam berperang. Dalam naskah Wangsaketa dikatakan bahwa pada hari penobatannya, Maharaja Wisnuwarman mengadakan perayaan besar siang-malam, selama tiga hari tiga malam. Istana kerajaan dihiasi dengan bunga serba harum. Dan dihadiri olrh raja raja taklukannya, duta dari negara sahabat, orang yang terkemuka / pembesar yang ada dibawah kekuasaannya: para brahmana, pendeta istana, orang suci, panglima angkatan laut, hulubalang, panglima mandala, keluarga raja, dan lainnya. Diceritakan pula bahwa semuanya dijamu dan mendapat berbagai makanan lezat dan kenikmatan. diadakan berbagai berbagai kegiatan pada perayaan, yang diringi oleh peari penari cantik.
Dan setahun kemudian, (pada tahun 435 M, (atau tanggal paruh-terang bulan Magha tahun 357 tarikh Saka) Mahārāja Tarumanagara tersebut mengutus dutanya ke Negeri Cina, Bharatanagari, Syangkanagari, Campanagari, Yawananagari, Swranabhumi, Bakulapura, Singhanagari, Dharmanagari dan semua negaranegara sahabat, dan raja-raja yang ada di Pulau Jawa. Mereka para duta diminta memberitahukan bahwa Mahāhāraja Wisnuwarman telah menjadi raja di Tarumanagara mengantikan Sang Purnawarman. Begitu juga persahabatan yang dahulu tidak terputus janganlah bercerai berai, sudah satu tujuan dan akrab saling mengasihi, saling berbimbingan tangan, janganlah saling bertentangan dan saling menghormati dan kecintaan terhadap negara umumnya.
Tiga hari setelah penobatannya, ia mengadakan pesta besar yang dihadiri oleh para raja bawahan dan duta-duta negara sahabat, 16 juga para pejabat negara lainnya baik berpangkat tinggi maupun rendah.
Pada tahun 357 Saka (= 435 Masehi) Wisnuwarman mengirim duta-dutanya ke berbagai negeri, yaitu Cina, Bharatanagari, Campanagari, Bakulapura, Dharmanagari, dan lain-lain.Tugas Mereka adalah untuk memberi kabar kepada rajaraja sahabat bahwa Tarumanagara saat itu telah berganti raja, yaitu Wisnuwarman dan persahabatan yang telah dibina akan terus dilanjutkan.
Setelah tiga tahun masa pemerintahannya terjadi gempa bumi dan gerhana bulan, hal itu merupakan pertanda buruk. Wisnuwarman lalu mengadakan upacara mandi di Sungai Ghangga. Wisnuwarman juga diganggu oleh mimpimimpi buruk, ia menjadi risau hatinya. Lalu dipanggillah sang brahmana dan pendeta istana untuk diminta nasihatnya. Selanjutnya dengan diiringi para brahmana dan orang-orang suci, Wisnuwarman menuju Kerajaan Indraprahasta. Ia disambut oleh rajanya yang bernama Wiryabanyu. Kembali Wsnuwarman mengadakan upacara mandi di Sungai Ghangga dengan disertai para brahmana, orang-orang suci, dan para pembesar kerajaan. Kemudian dilanjutkan dengan upacara pemujaan arca Wisnu dan Sangkhara ayng disimpan di pertapaan.
Pemberontakan Cakrawarman
Tiga tahun setelah penobatannya, terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh pamannya, Cakrawarman. Cakrawarman adalah adik dari Purnawarman, yang menjabat sebagai mahapatih di era ayahnya. Cakrawarman merasa bahwa dirinya yang lebih pantas dari Wisnuwarman sehingga memberontak selama 28 hari dari tanggal parogelap bulan asuji sampai dengan parogelap bulan kartika 350 saka atau bertepatan dengan 21 oktober sampai 18 november 437 M, tetapi gagal, dan dapat ditumpas.
Pada suatu malam saat Wisnuwarman dan permaisurinya sedang tidur di keraton, masuklah seseorang yang akan membunuh sang raja. Tetapi orang itu gagal membunuhnya, karean keris yang digenggamnya terlepas dan jatuh. Raja terbangun begitu pula permaisurinya, dan penjahat itu berhasil ditangkap pengawal. Orang itu gagal melaksanakan niatnya karena ia melihat tubuh permaisuri yang tidur tanpa sehelai kain pun yang dipakainya, agaknya penjahat itu tidak kuat menahan nafsu birahinya sehingga tubuhnya berkeringat gemetaran dan kerisnya terlepas. Permaisuri Wisnuwarman memang wanita yang luar biasa cantiknya, ia adik Raja Bakulapura, siapa yang melihatnya akan terpikat dan lupa diri.
Pada tahun 359 Saka (= 437 Masehi), Raja Wisnuwarman duduk di paseban yang dihadiri pula oleh beberapa raja tetangga dan para pejabat kerajaan. Ia sedang menanyai si pembunuh yang gagal membunuh dirinya. Semula si pembunuh tidak berani mengatakan siapa yang sebenarnya dalang peristiwa itu. Tetapi kemudian mengaku bahwa sebenarnya ia sekedar melaksanakan tugas yang diberikan oleh Mandalamantri Cakrawarman.
Cakrawarman sebenarnya paman Wisnuwarman, ialah adik Purnawarman. Cakrawarman ingin menjadi Raja Tarumanagara, tetapi tidak berani mengadakan perebuatan kekuasaan secara langsung, lalu disuruhlah seseorang untuk membunuh Wisnuwarman. Beberapa bulan kemudian ditangkap lagi empat orang perusuh yang mencoba membunuh raja saat berburu di hutan, orang-orang tersebut dijatuhi hukuman gantung.
Cakrawarman dan para pengikutnya yaitu Dhewaraja (panglima perang), Hastabahu (kepala pasukan pengawal), Laksamana Laut Sang Kudasindu, juru keraton sang Bayutala, dan lain-lain segera melarikan diri lalu bersembunyi di dalam hutan. Mereka bergerak ke timur sampai di tepi Sungai Taruma. Ketika mereka sampai di Kerajaan Cupu, Raja Satyaguna segera mengusir Cakrawarman dan kawan-kawan, karena Kerajaan Cupu tetap setia kepada Maharaja Purnawarman.
Akhirnya Cakrawarman dan pengikutnya terlunta-lunta dan bersembunyi dalam hutan di wilayah selatan Kerajaan Indraprahasta. Wisnuwarman lalu memerintahkan seluruh raja di tatar sunda untuk membinasakan Cakrawarman. Berhubung Cakrawarman bersembunyi di wilayah Kerajaan Indraprahasta, maka Raja Indraprahasta dan balatentaranya yang berkewajiban untuk membinasakan para pemberontak itu. Cakrawarman sendiri telah memiliki tentara cukup yang diperolehnya di wilayah-wilayah yang berada di bawah pengaruhnya.
Setelah pasukan Indraprahasta berhasil mengepung tentara pemberontak, terjadilah pertempuran yang cukup seru. Pasukan Indraprahasta dipimpin oleh para senapatinya, antara lain Ragabelawa dan Bonggolbhumi. Sementara para pemberontak dipimpin oleh panglimanya yaitu Dewaraja, Kudasindu, Hastabahu, dan Bayutala. Akhirnya balatentara Cakrawarman dapat dikalahkan, banyak yang tewas, sementara yang tersisa ditawan dan dibawa ke ibukota. Semua panglima dan balatentara yang telah berhasil itu kemudian diberi hadiah, begitu juga Raja Indraprahasta sang Wiryabanyu dianugerahi barang-barang berharga oleh Wisnuwarman. Selain itu Wisnuwarman kemudian memperistri putri Raja Indraprahasta yang bernama Dewi Suklawati. Sang Dewi akhirnya menjadi permaisuri Wsnuwarman karena permaisuri yang dahulu meninggal. Mereka mempunyai beberapa orang anak, salah seorang anaknya bernama Indrawarman yang kelak menjadi Raja Tarumanagara menggantikan ayahandanya.
5. Indrawarman (455-515 M)
Idrawarman mennjadi penguasa Tarumanagara ke-6, menggantikan ayahnya, Wisnuwarman, yang bergelar Sri Maharaja Indrawarman Sang paramartha Saktimahaprabhawa lingga Triwikrama bhuwanatala, dan berkuasa selama 60 tahun (dari tahun 455- 515 M). Setelah meninggal, ia kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Canrawarman.
6. Candrawarman (515-535 M)
Merupakan penguasa ke-6 Tarumanagara, menggantikan ayahnya, Indrawarman, dengan gelar Sri Maharaja Chandrawarman Sang Hariwangsa Purusasakti Suralagawageng Paramartha, yang bertahta dari tahun 515-535 M. Pada masanya menurut naskah Wangsakerta (pustaka Jayadhipa), banyak memberikan keleluasaan penguasa daerah dalam mengelola daerahnya (otonomi). Pada masa Candrawarman ini banyak penguasa yang menerima kekuasaanya didaerahnya sendiri karena kesetiaanya kepada Tarumanagara. Candrawaran kemudian digantikan oleh anaknya, Suryawarman.
7. Suryawarman (535-561 M)
Merupakan penguasa Tarmunagara yang ke-7, menggantikan ayahnya, Candrawarman. Ia banyak mengikuti kebijakan ayahnya dalam memberikan otonomi yang luas kepada daerah kekuasaanya. Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja-raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah timur. Misalnya pada tahun 526 M, Manikmaya, menantunya, mendirikan kerajaan baru di daerah kendan (daerah Nagreg, suatu daerah antara Bandung dan Garut). Sedang putra Manikmaya yang bernama Suraliman, tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumanagara, dan kemudian menjadi panglima angkatan perang kerajaan. Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit (bao) Manikmaya, Wretikandayun, mendirikan kerajaan galuh., pada tahun 612 M.
8. Kertawarman (561-628 M)
Dinasti ke 8 kerajaan Tarumanagara yaitu, Kertawarman naik tahta Tarumanagara menggantikan Maharaja Suryawarman. Ia berkuasa dari tahun 561 hingga 628 Masehi. Ia kemudian digantikan oleh Sudhawarman.
9. Sudhawarman (628-639 M)
Dinasti ke 9 kerajaan Tarumanagara yaitu, Sudhawarman yang menjadi Raja Tarumanagara ke 9, yang berkuasa selama 11 tahun dari tahun 628-639 Masehi. Pada masanya di wilayah timur mulai berkembang kerajaan Galuh, yang didirikan oleh cicit Suryawarman, Wretikandayun. Pada jaman Sudhawarman sudah nampak kemunduran dari Kerajaan Tarumanagara, hal ini diperparah oleh penggantinya, Hariwangsawarman atau Dewamurti yang terkenal sebagai penguasa yang kejam, dan tanpa belas kasih.
10. Hariwangsawarman (639-640 M)
Dinasti ke 10 kerajaan Tarumanagara yaitu, Hariwangsawarman atau Dewamurti Raja Kerajaan Tarumanagara ke 10, menggantikan Sudhawarman. Hariwangsawarman atau Dewamurti dianggap sebagai penguasa yang kasar dan tanpa belas kasih, hingga akhirnya ia dibunuh oleh Brajagiri, anak Kertawarman Raja Tarumanagara ke 8 dari selir, yang ia permalukan. Brajagiri sendiri tewas dibunuh oleh Sang Nagajayawarman menantu Hariwangsawarman atau Dewamurti.
11. Nagajayawarman (640-666 M)
Dinasti ke 11 kerajaan Tarumanagara yaitu, Nagajaya mewarisi tahta dari mertuanya, Dewamurti atau Hariwangsawarman, dengan gelar Maharaja Nagajayawarman Darmastya Cupjayasatru. Ia berasal dari Cupunagara, Kerajaan bawahan Tarumanagara. Nagajayawarman memerintah Kerajaan Tarumanagara sejak tahun 562-588 saka atau antara tahun 640-666 Masehi. Setelah ia wafat kemudian digantikan oleh Linggawarman.
12. Linggawarman (666-669 M)
Dinasti ke 12 kerajaan Tarumanagara yaitu Linggawarman dinobatkan sebagai raja Tarumanagara ke 12, menggantikan Nagajayawarman, dengan gelar Srimaharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabumi. Ia merupakan raja terakhir Tarumanagara, yang memerintah hanya 3 tahun dari tahun 666 hingga 669 Masehi.
Nagajayawarman menikah dengan Dewi Ganggasari dari Indraprahasta, suatu kerajaan otonom di daerah Cirebon sekarang. Dari Ganggasari, ia memiliki 2 anak perempuan. Yang pertama, Dewi Manasih, menikah dengan Tarusbawa dari Kerajaan Sundasambawa. Sedang yang kedua, Sobakancana menikah dengan Dapuntahyang Sri Jayanasa, yang selanjutnya mendirikan Kerajaan Sriwijaya. Setelah ia meninggal dunia, kekuasaan jatuh ke tangan menantunya, Tarusbawa. Dan Tarusbawa ini kemudian memindahkan ibukotanya, di sekitar sungai Pakancilan.
Tarumanagara hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Raja terakhir Linggawarman tidak mempunyai anak laki-laki. Ia mempunyai 2 anak perempuan, yang sulung bernama Manasih menjadi isteri Tarusbawa dan yang kedua, Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Srijayanasa, pendiri kerajaan Sriwijaya.
Tarusbawa, yang berasal dari kerajaan Sunda Sembawa menggantikan mertuanya menjadi penguasa Tarumanagara ke 13. Karena pamor Tarumanagara, ia ingin mengembalikan keharuman jaman Purnawarman yang berkedudukan di Purasaba atau ibukota Sundapura. Dengan demikian sejak tahun 670 Masehi, nama kerajaan Tarumanagara berubah menjadi Kerajaan Sunda antara tahun 669-723 Masehi.
Menurut Sejarawan Ali Amisastraamijaya kerajaan Tarumanagara dijelaskan pembagian masa pemerintahannya sebagai berikut :
Tarumanagara
0280 – 0591 Caka = 311 tahun candra, 393 – 695 Masehi = 302 tahun surya
Kala | 200 Caka (316 Masehi) |
Maharesi dinasti Pallawa dan Maharesi dinasti Salankayana bersama kelompoknya sebagai bawanannya mengungsi, berlayar di samudra menuju pulau‑pulau di Bhumi Dwipantara. diantaranya ada yang tinggal di pulau Simhala, Marutma, Dharmma nagari, Negeri Syangka, Kamboja, negeri Yawana, negeri Gauda, wilayah Pulau Bali ada yang tinggal di Pulau Simhala sebelah selatan, kemudian di Pulau Sumatra.Ada juga yang tinggal di negeri Cungko. Bakulapura. Ada juga yang tinggal di Narikeladwipa, negeri Karpura, Sangyang Hujung, dan Pulau Jawa, serta negeri asing, karena balatentara penguasa dari negeri Bharata senantiasa berusaha menangkap mereka. | |
Adapun Maharesi Jayasinghawarman dengan kelompoknya dan seluruh pengiring serta hambanya selama sepuluh (10) tahun tidak tinggal di satu tempat. (Mereka tinggal) di antaranya yaitu di Pulau Sumatra dua tahun lamanya, kemudian pindah lagi (dan) tinggal di Bakulapura tiga tahun lamanya, dan di wilayah Pulau Bali dua tahun lamanya. | |
Kemudian tahun 267 Caka (345 M). Sang Maharesi Jayasinghawarman dengan seluruh pengiringnya tinggal di Jawa Barat, tetapi tetap tinggal di Pulau Sumatra, Sang Maharesi juga menetap di Pulau Simpala sebelah selatan. Begitu juga keturunan serta keluarga Raja Hastiwarman yaitu Raja Dinasti Salankayana dari daerah Bharata, menetap di Bumi Jawa Barat. Di sini mereka dengan orang dari Dinasti Palawa mendirikan desa tidak jauh dari Sungai Taruma. Wilayah tersebut yaitu termasuk wilayah kerajaan Salakanagara. Sang Maharesi Jayasinghawarman mendirikan asrama, Sang Maharesi merupakan guru besar agama atau guru agama. | |
Banyaklah muridnya, bahkan putra mahkota Bakulapurapun, Sang Aswawarman namanya, sebagai murid Sang Maharesi Jayasinghawarman, begitu juga murid‑murid dari negara‑negara seberang, serta dari berbagai wilayah Pulau Jawa. Lama‑kelamaan asrama Jayasinghawarman menjadi desa besar dari desa‑desa di Bumi Jawa Barat. | |
Pada mulanya Dinasti Mawiya, dengan rajanya Sri Maharaja Bhrihadrata namanya, yang memerintah di Maghada, di Bumi Bharata, terdesak perangnya melawan mahasenapati (perwira tinggi) Dinasti Mauriya juga, yaitu Pushwamitra namanya, yang kemudian mendirikan Dinasti Sungga, dan menetap di Purabha Pataliputra. | |
Masyarakat Dinasti Mauriya dan pejabat‑pejabat negara, banyak yang mengungsi di berbagai wilayah dan berbagai negara, termasuk di Jawadwipa. Kemudian Maharaja Pushwamitra digantikan oleh putranya; yaitu Maharaja Agnimitra namanya, dan bertempat tinggal di ibu kota Wisida. | |
Kala | 244 Caka (358 Masehi). |
Lahir | Jayasinghawarman |
Tokoh | Maharesi dari wangsa Salankayana di Bharata, yang kelak menjadi pendiri dan raja Tarumanagara (280 – 304 Caka). |
Penjelasan | Maharesi dari wangsa Salankayana di Bharata, yang kelak menjadi pendiri dan raja Tarumanagara (280 – 304 Caka).Wafat tahun 304 dalam usia 60 tahun, jadi dilahirkan pada tahun (304 – 60) = 244 C. Kelak beristri pada Dewi Minawati (lahir th.271 C) ialah Iswari Tunggal Pertiwi Warmandewi, putri raja Dewawarman VIII, raja Salakanagara ke 9. |
Kala | 280 – 304 Caka (393 – 416 M) : 24 tahun. |
Penobatan di | Tarumanagara ke 1. |
Nama | Jayasinghawarman, lahir 0244 Caka (0358 M), usia 36 – 60 th Caka |
Gelar | Maharesi Rajadhirajaguru Jayasinghawarman Gurudharmapurusa. |
Istri | Dewi Iswari, Sri Iswari Tunggalprethiwi Warmandewi, putri Dewawarman yang ke 8 |
Anak | 1. Dharmaya, kelak jadi Resi Dharmaya Warman Guru, lahir 264 C; usia 16-40 tahun. |
Permesuri | Dewi Minawati putri Dewawarman VIII (lahir 271 C), usia 9 – 33 tahun |
Gelar | Sri Iswari Tunggalprethiwi Warmandewi. |
Anak | 2. Nagawarman, Nagayawarman. 3. Dewi Amrawati, bersuami raja Medangpurwa ialah Prabhu Yudhadana. |
Ibukota | Jayasinghapura, kemudian membuat yang baru ialah Sundapura (Kota Sunda). |
Catatan | Tarumanagara tumbuh menjadi negara yang besar dan kuat sehingga Salakanagara pun menjadi bawahannya.ibukota Jayasinghapura, kemudian membuat yang baru lagi SundapuraSejaman dengan Tarumanagara ini kerajaan Sang Aswawarman di Bakulapura (Kalimantan) pun menjadi besar dan kuat, kemudian dilanjutkan oleh putranya yang bernama Mulawarman di Kutai. |
Data | Ia wafat tahun 304 Caka, dalam usia 60 tahun, berarti lahirnya tahun 0244 CakaBeranak pertama waktu berusia 20 tahun, jadi kira-kira beristri pada usia 19 tahun, artinya nikah tahun 263 C. |
Wafat | Ia wafat pada usia 60 tahun dan dipusarakan di tepi kali Gomati, Lumah ing Gomati |
Kala | 294 Caka (407 Masehi) hari : Ahad Manis/Wage tanggal : 8 k, Palguna 294 Caka (23 Juni 407 Masehi). |
Lahir | Purnawarman |
Ayahnya | Darmawarman, prabu Tarumanagara ke 2 (30 tahun) |
Tokoh | kelak menjadi Prabu Tarumanagara |
Kala | 300 Caka (413 Masehi). |
Catatan | Seorang pendeta Buda bernama Fa-hien (Cina) pulang dari India ke negrinya. Kapal berangkat dari Sri Langka. Tiga hari kemudian datang badai selama 13 hari. Setelah 90 hari terkatung-katung, kapal tersebut tiba di Ya-va-di (Jawadwipa, pada saat itu jaman kerajaan Tarumanagara). Dalam catatannya diterangkan, bahwa di tempat ini banyak kaum brahmana, tapi tak ada pendeta Budha. |
Kala | 301 Caka (414 Masehi). hari : Kamis Kaliwon/Pontanggal : 2 s, Cetramasa 301 Caka (16 April 414 Masehi). |
Catatan | Dalam catatan Fa-hien, pada tanggal 16 April 414 Masehi, setelah 5 bulan tinggal di Ya-va-di, baru ia melanjutkan perjalanannya ke Cina dengan kapal dagang India. Arahnya ke timurlaut. Karena terserang badai, kapal kehilangan arah. Dua bulan lebih di laut, belum juga mencapai kota Kanton, padahal biasanya hanya dalam 50 hari. Lalu kapal dibelokkan ke baratlaut. Baru setelah berlayar 12 hari, pada tanggal 14 Juni 0414 Masehi, hari Ahad Wage / Pahing), tibalah di pantai Lushan, ibukota Propinsi Chang-kwang, sebelah utara kota Kanton. |
Pertanyaan | tiba di Lushan tgl. 14-6-414 M dikurangi 12 hari – 12 jadi = 2-6-414 M dua bulan di laut, – 02 jadi 2-4-414 M, tiba di Ya-va-di tgl. 16-4-414 M selisih waktu 14 hari hilang. Jadi data ini ada kesalahan tanggal, yang berakibat kehilangan waktu 14 hari |
Kala | 304 – 317 Caka (416 – 429 Masehi) : 13 tahun. |
Penobatan di | Tarumanagara ke 2 |
Nama asal | Prabu Dharmawarman (40 – 53 Caka). |
Gelar | Rajarsi Dharmaya Warman Guru |
Permesuri | |
Anak | 1. Purnawarman (10 – 23 Caka). 2. Harinawarmandewi, bersuami pedagang kaya dari daerah Bharata 3. Candrawarman. 4. Menjadi duta kerajaan Taruma di Kerajaan Cina 5. Sang Aswawarman beristerikan puteri penghulu Bakulapura, Sang Kundungga |
Istri | |
Anak | 1. Sang Gajahwarman, duta Kerajaan Tarumanagara di Pulau Sumatra 2. Sang Padmawarman, duta Tarumanagara di negeri Syangka 3. Sang Barunawarman, panglima angkatan laut kemudian menjadi menteri kelautan 4. Sang Sukretawarman, sebagai hakim |
Peristiwa | Ia menyerahkan kekuasaan kepada putranya, Purnawarman, karena ia menjadi penyebar agama, dengan gelar Rajaresi Darmayawarman.Waktu itu kehidupan masyarakat pribumi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok brahmana, ksatriya, waisya, dan sudra. |
Catatan | Selama Maharsi Rajadhirajaguru berkuasa di Tarumanagara, beliau pun telah membuat jasa dengan memberi teladan, memperkuat, dan memperdalam Sungai Candrabhoga. Muara sungai itu dibuat pelabuhan perahu. Di sepanjang tepi sungai dibuat beberapa tempat arca, bangunan suci dan biara, bahkan candi. Pekerjaan itu dimulainya pada tanggal empat belas paro terang bulan Bhadra, sampai dengan tanggal lima paro gelap bulan Asyuji, tahun dua ratus sembilan puluh lima Caka (0295 Caka = 0408 Masehi). |
Wafat | Sang Prabu wafat tahun 319 Caka (431 Masehi), di Candrabhaga dalam usia 55 tahun Caka. disebut Sang Lumah ri Candrabhaga, candinya di tepi sungai Candrabhaga |
Data | Ia wafat dalam usia 55 tahun di tahun 319 C; jadi dilahirkan tahun (319 – 55) = 264 C. Dinobatkan tahun 304, ialah pada usia 40 tahun. Ayahnya raja Tarumanagara dari tahun 280-304 C, yang wafat dalam usia 60 tahun, jadi ia lahir dalam tahun 304-60 = 244 C. Maka ia berputra sulung pada usia 264-244 = 20 tahun. Mungkin ia beristri tahun 263 C. Tapi Permesurinya, ialah Dewi Minati, baru lahir tahun 271. Dengan demikian maka Dharmawarman bukan putra Dewi Minati. |
Kala | |
Wilayah | Medangpurwa 1, di Bumi Jawa Tengah |
Nama | Maharaja Malladewa |
Anak | Yudhadana, beristri Dewi Amrawati, putri raja Tarumanagara 1 |
Kala | |
Wilayah | Medangpurwa 2, Medanggiri, di Bumi Jawa Tengah |
Nama | Yudhadana |
Istri | Dewi Amrawati, putri raja Tarumanagara 1 |
Anak | 1. Maharaja Bhairawa. 2. Prabhu Srimhakara. 3. Dewi Candika, bersuami Wirawarman, adik Sri Maharaja Mulawarman, raja Kutai |
Adapun, putri Maharaja Yudhadana, yaitu Dewi Candika, dijadikan istri oleh Wirawarman, adik kedua dari Sri Maharaja Mulawarman, raja Kutai Purwa di Bhumi Bakulapura (Kalimantan Timur). Kemudian, Dewi Candika dengan Wirawarman beranak beberapa orang, dua di antaranya, Amudrawarman dan Dewi Jwalita. Kemudian, Dewi Jwalita dijadikan istri oleh Sri Maharaja Purnawaraman. Dengan demikian, penguasa di Kerajaan Taruma dengan Kerajaan Kutai Purwa adalah berkerabat juga. | |
Kala | |
Wilayah | |
Nama | Simhakara |
Istri | putri raja Jawa Timur Dewi Prabhawati |
Anak | tidak punya anak |
Kala | 317 – 356 Caka (429 – 467 M) : 39 tahun.hari : Senin Manis/Wagetanggal : 13 s, Cetramasa 317 Caka (04 Nopember 429 Masehi)(dua tahun sebelum ayahnya meninggal). |
Penobatan di | Tarumanagara ke 3 |
Nama asal | Purnawarman, lahir 294 Caka, usia 23 – 62 th Caka |
Gelar | Sri Maharaja Purnawarman Iswaradigwijaya Bhimaparakrama Surya Maha Purusa Jagatpati Purandara Sakti Pura Wiryaajaya Lingga Triwikrama Bhuwanatala.Sri Purnawarman Bhimanarakrama Narendradhipa |
Permesuri | Sri Prameswari Indukirana namanya, putri Raja Agrabinta, keturunan Raja Salakanagaraputri dari raja bawahannya. |
Anak | 1. Wisnuwarman2. Dewi Tarumawati, bersuami Raja pulau Sumatra |
Istri 2 | Dewi Jwalita, putri dari Bakulapura |
Anak | Sang Karabhawarman, beristri putri pembesar kerajaan Pulau Sumatra |
Istri | putri raja pulau Sumatra, putri raja Jawa Tengah dan Jawa Timur, putri raja Pulau Bali. |
turunan | dinasti Warman ada di Dwipantara dan negeri Bharata, Kamboja, negeri Campa, Pulau Simhala dan lainnya lagi |
Penjelasan | Purnawarman lahir Ahad Manis/Wage, 8k-5-294 C, (23-6-407 M). Semasa berkuasa Ia dijuluki “wyaghra ning Tarumanagaraa” atau Harimau Tarumanagara. |
Wafat | Senin Kaliwon/Pon, 15s, Posyamasa 356 Caka, (12-6-467 M), dalam usia 62 tahun. |
Catatan | Ada beberapa karya Purnawarman yang tercatat : |
Lambang | Lambang atau dhwaja (panji) berbentuk padma (bunga teratai) di atas kepala gajah Erawata, rajatanda daun bunga dari emas berbentuk lebah. Kemudian disebut sebagai dhwaja tanda, yang digunakan sebagai lambang kebesaran para pembesar kerajaan. |
Baju perang | Semua musuhnya dapat dikalahkan, karena Purnawarman orangnya pemberani, dan menguasai berbagai ilmu serta siasat perang, yang menjadikan dirinya menjadi raja yang perkasa dan dahsyat (bhimaparakramoraja). Waktu berperang selalu memakai baju besi dari kepala sampai ke kaki. |
Bangunan suci | Mendirikan beberapa bangunan suci pada tanggal 9 paro bulan terang bulan Posya, sampai dengan tanggal 2 paro bulan gelap bulan Magha tahun 319 Caka, [9s – 3 sampai dengan 2 k – 4 – 319 Caka = 13 Juli - 20 Agustus 431 Masehi) = 38 hari |
Pelabuhan | Membuat pelabuhan perahu dan sebagainya itu selesai dikerjakan pada tanggal 7 paro bulan terang bulan Margasira sampai dengan tanggal 14 paro bulan terang bulan Posya tahun 320 Caka [7s – 2 – 320 sampai 14 s – 3 – 320 Caka = 36 hari.Pelabuhan ini segera ramai oleh kapal- kapal perang kerajaan Taruma. |
Memelihara | Memperkokoh serta bekerja turut memperindah tepian lembah Gangga yang terletak di wilayah Kerajaan Indraprahasta, yaitu pada (tanggal) 12 paro‑gelap, bulan Margasira, sampai dengan (tanggal) 15 paro‑terang bulan Posya, tahun tiga ratus tiga puluh dua Caka. (332 Caka = 444 Masehi). |
Kemudian dua tahun berikutnya, yaitu tanggal 4 paro‑terang, bulan Srawana sampai dengan tanggal 13 paro‑gelap bulan Srawana tahun 0334 Caka (0446 Masehi) Sri Maharaja Tarumanagara membuat pekerjaan lagi, yaitu memperkokoh dan bekerja memperindah sepanjang tepi Sungai Cupu. Lembah itu terletak di negeri Cupu, dan airnya menggalir sampai di istana ke rajaan, bahkan tepi Sungai Cupu ini (berada) di dalam ibukota Kerajaan Cupunagara. Banyak tempat pemujaan terhadap segala dewa ada di situ untuk warga masyarakat pribumi, rakyat jelata dari berbagai golongan. Kemudian, Sri Maharaja Purnawarman mengerjakan upacara. Selamatan, berupa uang bagi para pendeta Brahmana dan bersama‑sama di sana dengan diberi sapi seratus ekor, pakaian, berbagai makanan. Seluruh warga masyarakat, pria, wanita, tua, muda semua di seluruh daerah yang sudah menyempurnakan pekerjaan mereka, di beri upah dari Sri Maharaja. | |
Kemudian tidak jauh dari tepian lembah Gangga di wilayah Indraprahasta, juga di tepi Sungai Cupu di wilayah Cupunagara, Sri Narendra-dhipa Purnawarman membuat prasasti, yaitu tulisan pada batu sebagai pertanda bahwa pada waktu itu ada pekerjaan di sana yang telah selesai dibuat oleh Sri Narpati. Demikian pula dicatat mengenai kesaktian Purnawarman yang sangat berwibawa, Sri Narendradhipa, seperti Batara Wisnu yang bersahabat dengan segala makhluk di dunia serta di akhirat kelak. Pada prasasti itu dibubuhi tanda dengan telapak kakinya. Maksudnya agar para petani senang hatinya. | |
Begitu juga, pada tanggal sebelas paro‑gelap bulan Karthika sampai dengan empat belas paro terang bulan Margasira, tahun tiga ratus tiga puluh lima Caka (335 Caka = 446 Masehi) , yaitu melakukan pekerjaan berupa perbaikan dengan memperkuat sepanjang tepi pada setiap sungai, atau lembah Manukrawa namanya sekarang. Pada waktu itu Sri Maharaja sedang menderita, sakit. | |
Sejahtera | Untuk kesejahteraan kehidupan rakyatnya, maka banyak sungai yang diperkokoh tepiannya, juga sehubungan dengan keperluan agama. |
Berbakti | Tiap tahun semua raja bawahannya selalu datang di purasaba Sundapura untuk berbakti dan mempersembahkan upeti. Waktunya tiap bulan Caitra (Jumadilahir). |
Bawahan | Ada 48 kerajaan bawahan Tarumanagara ialah : 1. Salakanagara (di Pandeglang) 2. Cupunagara (di Subang) 3. Nusa Sabey (di ?) 4. .Purwanagara (di ?) 5. .Ujung Kulon (di Pandeglang) 6. Gunung Kidul (di ?) 7. Purbolinggi (di Probolinggo) 8.. Agrabinta (di Cianjur) 9. Sabara (di ?) 10..Bumi Sagandu (di Majalengka) 11. .Paladu (di ?) 12. Kosala (di ?) 13..Legon (di Serang) 14. Indraprahasta (di Cirebon) 15. Manukrawa (di Indramayu) 16. Malabar (di Kabupaten Bandung) 17. Sindangjero (di ?) 18. Purwakerta (di Purwokerto) 19. Wanagiri (di ?) 20. Purwagaluh (di Banyumas) 21. Cangkuwang (di Garut atau Ciamis) 22. Sagara (di ?) 23. Kubang Giri (di Tegal) 24. Cupugiri atau Gunung Cupu (di Sumedang) 25. Alengka (di Kabupaten Bandung) 26. Manik Parwata atau Gunung Manik (?) 27. Salaka Gadang (di ?) 28. Pasir Batang (di Banyumas) 29. Karang Sindulang (di Kab. Bandung) 30. Bitung Giri (di Majalengka) 31. Tanjung Kalapa (di ?) 32. Pakuwan Sumurwangi (di ?) 33. Kalapa Girang (di ?) 34. Tanjung Camara (di Kuningan) 35. Sagara Pasir (di ?) 36. Rangkas (di Pandeglang) 37. Pura Dalem (di Karawang) 38. Linggadewa (di ?) 39. Wanadatar (di ?) 40. Jati Ageung (di Kuningan) 41. Setyaraja (si ?) 42. Wanajati (di ?) 43. Sundapura (di Bekasi) 44. Rajatapura (di Pandeglang) 45. Dua Kalapa (di ?) 46. Pasir Muara (di Bogor) 47. Pasir Sanggarung (di Kab. Cirebon) 48. Indihiyang (di Tasikmalaya) |
Perang | di Tarumanagara ibukota kerajaan sudah dikuasai musuh yaitu, (oleh) keluarga pengkhianat ialah Prabhu Simhakara Sri Maharaja memerintah panglima, senapati dan semua bala tentara (diperintah) untuk menyerang musuh, yang sudah meluas ke ibukota Kerajaan Taruma.Maka berkatalah Sri Maharaja Purnawarman, berperanglah kamu semua! Rebutlah ibukota kerajaan kita, dan binasakan seluruh musuh kalian! janganlah ada yang bersisa, bunuh musuh itu! Tidak lama kemudian bala tentara Prabhu Simhakara kalah di medan perang.Banyak yang mati dari bala tentara Prabhu Simhakara. Bala tentara yang tersisa dari yang mati hanya beberapa puluh orang, sementara pemimpin mereka kemudian semua dijatuhi hukuman mati. Sedangkan Prabhu Simhakara mati dipukul dengan senjata oleh Sri Maharaja Purnawarman. Karena peristiwa itu, Sri Maharaja mengadakan api kurban yang sempurna, yaitu selamatan atas keunggulan perang, dengan membuat Prasasti Jayastumba, yaitu tulisan pada batu, di ibukota Taruma. Prasasti itu dijadikan sebagai tanda peringatan kemenangan perang. Pada Prasasti Jayastumba itu ditulis tahun Caka suddha (0) karna (2) swaha (73) Magha paro‑terang selesai tanggal empat [tanggal 4s Magha (4) 320 Caka = 26 April 432 M] [keterangan : Purnawarman 317 – 356 Caka, jadi peristiwa itu harus dalam tahun itu, tidak mungkin arti swaha = 7 harusnya 3, jadi bukan tahun 720 tapi 320 Caka] Sejak awal Purnawarman memerintah Kerajaan Taruma sebagai maharaja hingga meninggal dunia. Kemashurannya tidak ada duanya pada waktu itu. Beliau menguasai seluruh bhumi Jawa Barat. Kerajaan Salakanagara, Kerajaan Cupunagara, Kerajaan Nusa Sabey, Kerajaan Purwanagara, Kerajaan Hujungkulon, Kerajaan Gunungkidul, Kerajaan Purwalingga, Kerajaan Agrabinta, Ratu wilayah Sabara, Ratu Tirthamandhala, Kerajaan Bhumi Sagandhu, Rajadesa Paladu, Pinahakuwu, Kerajaan Kosala, Kerajaan Desa Legon, Kerajaan Indraprahasta, Ratu Candratudaga, (Raja Desa Jagapura), Rajadesa Jagapura, Prajadesa Surantaka Mandhala, Kerajaan Manukrawa, Kerajaan Malabar, Ratu Sindang Jero, akuwu Desa Purwakerta, Raja sewilayah Purwagalih, Ratu Wilayah Cangkuang, Ratu Wilayah Salaka Gading, Ratu Keraton Sagarakidul, Ratu Panghulu Kubanggiri, Ratu Sapugiri, Ratu Alengkha, Ratu Manik Parwatadesa, Ratu wilayah di Pasirbatang, Ratu wilayah Bibitung Giri Desa, Guru Panghulu Raja Patapan Desa, Ratu Wilayah Tanjungkalapa, penguasa di Sumurwangi, Ratu Kalapa Girang Desa, Kuwu (kepala daerah) Tanjung Cemara, Ratu Wilayah Sagara Pasir, Ratu Wilayah Rangkas Rajadesa Puradalem, Ratu Wilayah Linggadewa, Raja Wilayah Wanadatar, Ratu Jatyageung (Jatiageung), Ratu Wilayah Setyaraja, Ratu Wilayah Wanajati, Penguasa Rajatapura. Ratu Sundapura, Ratu Dwakalapa, Juru (penguasa) Pelabuan Muhara Suba, Juru Pelabuhan Muhara Candrabhaga, Ratu Wilayah Gomati Nadi (Sungai Gomati), Penguasa di Nusa Apuy (Pulau Api), penguasa pelabuhan (syahbandar) Wilayah Narikela, penguasa di Pelabuhan Manukrawa, Ratu Wilayah Pasir Muhara, Jurulabuhan Muhara Taruma, Kerajaan Purwasanggarung, dan banyak lagi daerah‑daerah dan wilayah‑wilayah yang mengabdi kepada Tarmanagara, tempat dan kerajaan sudah banyak yang berganti namanya, atau sudah tidak ada lagi. Bahkan, ada yang lebih dari sepuluh nama tempat wilayah yang tidak di tulis, karena beberapa aksara tidak tampak, termasuk nama kerajaan, rajanya, dan penguasanya. |
Sahabat sejajar | Adapun sahabat yang sejajar dengan negara-negara sebrang di antaranya yaitu negara yang kemudian namanya Kamboja di negeri Yawana, Syangkayodyapura, negeri Dharmma, Langkasuka, Marulma Rajapura di negeri Kalingga Mamalla Purani, Cagpa, Simhaladwipa, Sanghyang Hujung, Nacorpaka, dan beberapa kerajaan di bumi Bharata di Benua Jambhudwipa, Ayudhya, negeri Gauda, Amarawati, Parsi, Kerajaan Cungkwo, negeri Syam, Basar, negeri Abbasid. Demikian pula, beberapa kerajaan kecil di daerah Tamilakam, Kerajaan Magadha, daerah‑daerah di sebelah selatan, dan daerah Mathura, Kerajaan Karnnataka. dan Pataliputra pantaslah. |
Bakulapura.(Kalimantan) | Panadangan dengan Kerajaan Kutai atau Kutanagara di bumi Bakulapura (Kalimantan), karena Sri Maharaja Purnawarman menikah dengan Dewi Jwalita, putri dari Wirawarman, dan Wirawarman adalah adik dari Sri Maharaja Mulawarman, putra Aswawarman. Aswawarman putra Sang Kudungga, keturunan dari Wasuwamitra dari Dinasti‑Sungga. Beginilah singkatnya. Dinasti Sungga ada di Bakulapura. |
Keterangan | Sri Maharaja Purnawarnan atau Sri Narendradhina Tarumanagara, lahir di ibukota Jayasinghapura di keraton kerajaan Taruma pada tanggal 8 paro bulan gelap bulan Palguna tahun 294 Caka [Ahad Manis/Wage, 8 k–5– 294 Caka = 23 Juni 407 Masehi]. Mulai menjadi raja ialah pada tanggal 13 paro bulan terang bulan Ceitra tahun 317 Caka pada usia 23 tahun. [Senin Manis/Wage, 13 s–6–317 Caka = 14 Nov 429 Masehi]. Beliau wafat pada tanggal 5 paro bulan terang bulan Posya tahun 356 Caka, pada usia 62 tahun. [Senin Kaliwon/Pon, 5 (15) s– 3–356 Caka = 12 Juni 467 Masehi], sehari setelah penobatan putranya. Kemudian beliau disebut Sang Lumah ri Tarumanadi. |
Catatan | Menurut tulisan‑tulisan prasasti yang kemudian di tulis lagi serta disalin oleh Panembahan Losari pada naskah Dwipantara parwwa. Tetapi banyak berbagai rintangan pekerjaan yang dihadapi oleh Sang Panembahan, yaitu hurufnya tidak jelas dan ada juga yang hilang serta. hancur. Dengan demikian, aku menulis mengenai pekerjaan Sri Maharaja Purnawarman tidak semua lengkap, hanya inilah yang ada dan dapat ditulis dengan sempurna, dan disalin ke dalam bahasa dan aksara Jawa kuna |
Kala | 356 – 377 Caka (467 – 0487 Masehi) = 21 tahun. |
Penobatan di | Tarumanagara ke 4hari : Ahad Wage/Pahing, tanggal : 14 s, Posyamasa, 356 Caka (11 Juni 467 Masehi). |
Nama asal | Wisnuwarman |
Gelar | Sri Maharaja Wisnuwarman Iswara Digwijaya Tunggal Jagatpati Sang Purandarasutah. |
Permesuri 1 | Suklawarmandewi, adik raja Bakulapura, wafat dalam usia muda tanpa anak. |
Permesuri 2 | Suklawatidewi, putri Wiryabanyu, (Indraprahasta 3) |
Anak | 1. Indrawarman. 2. Widalawarman |
Istri | Dewi Subhawati, putri Sumatra, tidak berputra |
Peristiwa | Sang Senapati Cakrawarman ialah adik Sri Maharaja Purnawarman tidak senang hatinya karena keponakannya menjadi raja, dikarenakan ia ingin menjadi Raja Tarumanagara menggantikan kakaknya. Oleh karena itu Sang Senapati Cakrawarman melawan dengan melakukan penghianatan dan pemberontakan. Atas bantuan pasukan Prabu Wiryabanyu, dari kerajaan Indraprahasta, pemberontakan dapat ditumpas.Sejak itu sangat banyak bala tentara Indraprahasta diangkat menjadi bala tentara Tarumanagara, serta tinggal di ibukota (Tarumanagara) |
Catatan | Suklawarmandewi, adik raja Bakulapura. Tapi dari permaisuri tidak mendapat keturunan karena wafat dalam usia muda, karena sakit ulu hati. Kemudian beristri lagi dengan Suklawatidewi. Dari perkawinan ini putra sulungnya bernama Indrawarman yang kelah menjadi penguasa Tarumanagara. |
Penjelasan | Penobatan terjadi sehari sebelum Purnawarman wafatAgama yang dianut ialah Siwa, Brahma, Bhuda juga berbakti kepada para leluhur. |
Kala | 356 Caka (467 Masehi).hari : Senin Kaliwon/Pontanggal : 15 s, Posyamasa 356 Caka (12-6-467 Masehi). |
Wafat | Purnawarman wafat dalam usia 62 tahun, satu hari setelah putranya dinobatkan menjadi Raja Tarumana gara yang ke 4. Ia dipusarakan di tepi Citarum, sehingga disebut “sang lumah ing Tarumanadi” (yang dipusarakan di Citarum). |
Kala | 0356 Caka (0467 Masehi).hari : Kamis Pahing/Kaliwontanggal : 2 s, Maghamasa, 356 Caka (29-06-0467 Masehi). |
Catatan | Wisnuwarman, raja Tarumanagara ke 4, mengirim duta ke negara-negara tetangga untuk memberitahukan bahwa dia telah menjadi penguasa dan berharap memelihara persahabatan. |
Kala | 357 Caka (0468 Masehi) hari : Rabu Wage/Pahingtanggal : 12 s, Yesta masa, 357 Caka (23-10-468 Masehi). |
Catatan | Sang Nagawarman (Pamannya Purnawarman), panglima angkatan laut dan duta keliling Tarumanagara, berkunjung ke Cina. Setahun kemudian ke Sanghiang Hujung, dan 5 bulan berikutnya ke Swarnabhumi. |
Kala | 0358 Caka (0470 Masehi) |
Peristiwa | Terjadi pemberontakan di Tarumanagara.Paman Wisnuwarman, adik Purnawarman yang bernama Cakrawarman selaku panglima angkatan darat, pernah berontak hendak merebut kekuasaan. Tapi berkat dukungan Sang Wiryabanyu, raja Indrapra-hasta, pemberontakan itu dapat ditumpas. Pemberontakan itu ter-jadi dari hari Rabu Wage tanggal 14 kresnapaksa, Asuji 358 Caka sampai hari Senin Kaliwon, 11 kresnapaksa, Kartikamasa 359 Caka.Pemberontakan itu diawali pada pergantian tahun Caka dan berlangsung selama 27 hari (25-02-0470 M sampai 23-03-0470 M). Semua pemberontak yang masih hidup dihukum mati. Setelah pemberontakan dapat ditumpas, Maharaja memberikan hadiah kepada semua yang ikut berjasa dan kepada Sang Wiryabanyu, karena permaisuri telah wafat maka putrinya yang bernama Suklawatidewi dijadikan permaisuri. Dari perkawinan ini putra sulungnya bernama Indrawarman yang kelah menjadi penguasa Tarumanagara. |
Kala | 377 – 437 Caka (487 – 545 Masehi) : 60 tahun. |
Penobatan di | Tarumanagara ke 5 |
Nama asal | Indrawarman, lahir 360 Caka, usia 17 – 77 tahun Caka. |
Gelar | Sri Maharaja Indrawarman Sang Paramarta Saktimaha Prabawa Lingga Triwikrama Buwanatala. |
Istri | |
Anak | 1. Candrawarman. 2. Dewi Komalasari bersuami mentri kerajaan Kandari. 3. Sang Santawarman yang menjadi brahmaresi. |
Catatan | Pamannya, adik Wisnuwarman yang bernama Karabawarman mendampinginya sebagai mentri.Adik kandungnya, Widalawarman, menjadi mentri angkatan perang. |
Kala | 437 – 457 Caka (545 – 565 Masehi) : 20 tahun. |
Penobatan di | Tarumanagara ke 6 |
Nama asal | Candrawarman |
Gelar | Sri Maharaja Candrawarman Hariwangsapurusasakti Mahasuralaghawa Paramartha.Maharaja Candrawarman Sang Hariwangsa Purusa Sakti Suralaga Wagengparamarta. |
Anak | 1. Suryawarman, putra mahkota. 2. Mahisawarman, – petinggi Tarumanagara. 3. Matsyawarman, – Panglima Angkatan Laut. 4. Dewi Bayusaribhumi, diperistri oleh putra mahkota kerajaan Pali di Sumatra. 5. Dewi Bayurasa, diperistri oleh Prabhu Samahawan dari Medang Jawa Tengah. |
Peristiwa | Candrawarman telah merubah politik dalam negrinya dengan mengangkat derajat keturunan yang berhak atas daerahnya masing-masing atas dasar kesetiaan kepada Tarumanagara, dijadikan penguasa daerahnya lagi. Kebijaksanaan ini telah menjadikan Taruma nagara sangat stabil. Penyalahgunaan kekuasaan dapat diatasi. |
Catatan | Bersahabat, terutama kerajaan-kerajaan di tanah India dan negeri Cungkwo, Selain itu ialah, Kamboja di Yawana, Syangka, Ayodhyapura, Dharmanagari, Langkasuka, Marutmana, Rajapura di Kalingga, negeri Sopala, negeri Singha, Mallapuranu, Campa, Pulau Simhala, Sanghyanghujung, Nasorpaka, Ayudhya, negeri Gauda, Amarawati, Parsi, Sam, Basyra, negeri Abasid, dan kerajaan kecil di daerah Tamilakan, Magadha daerah Daksahinapatra dan daerah Mathura. Kerajaan Karunatakaka, Pataliputra, dan kerajaan-kerajaan di Bumi Dwipantara. |
Wafat | Ia wafat Sabtu Wage/Pah, 9k-5-457 C (15 Agustus 565 M) |
Kala | 457 – 483 Caka (565 – 590 Masehi) : 26 tahun. |
Penobatan di | Tarumanagara ke 7 |
Nama asal | Suryawarman |
Gelar | Sri Maharaja Suryawarman Sang Mahapurusa Bhimaparakrama Hariwangsadigwijaya Buwantala. |
Istri | |
Anak | 1. Kretawarman. 2. Sudawarman, beristri putri raja Palawa 3. Tirta Kancana, diperistri oleh Maharesi Manikmaya, raja Kendan. |
Catatan | Dia mengirim duta keliling :Ke bagian barat oleh Sang Santawarman, pamannya.Ke bagian timur oleh Sang Mahisawarman. Ke bagian timur dari Sanghyiang Hujung.Semasa Suryawarman, daerah-daerah pedalaman mulai berkembang dan kerajaan Tarumanagara mencapai puncaknya. |
Pada waktu Kerajaan Tarumanagara berkuasa di Jawa sebelah barat, negara ini banyak mengikat persahabatan dengan negara-negara seberang; di antaranya kerajaan-kerajaan di Bhumi Bharata, nagara Gauda, negeri Syangka, negeri Marutma, negeri Singha, negeri Campa, negeri Kamboja, dengan negara Cungkwo, negara Pulau Simhala; negara- negara di Bhumi Sopala, negeri Parsi, negeri Abasid, Sanghyanghujung, negeri Langkasuka, serta beberapa negara lainnya lagi. Di antara mereka, masing-masing menyuruh dutanya bersama pelayannya tinggal di negara sahabatnya. Begitu juga dengan kerajaan-kerajaan di kepulauan di Bhumi Dwipantara. | |
Kala | 483 – 550 Caka (590 – 655 Masehi) : 67 tahun. |
Penobatan di | Tarumanagara ke 8 |
Nama asal | Kertawarman |
Gelar | Sri Maharaja Kretawarman Mahapurusa Hariwangsa Digwijaya Salaka Bumandala. |
Permesuri | putri dari keluarga Salankayana di bumi Bharata. |
Anak | tak berputra, karena Sang Raja ini mandul. |
Istri ke 2 | Pwahaci Satyawati, anak rakyat biasa, tapi cantik. Ia mengaku hamil, lalu mengangkat anak, diberi nama Bajragiri |
Anak | Bajragiri, anak angkat, diberi pangkat panglima. |
Saudara/adik | 1. Sudawarman, kelak menggantikan Kertawarman. 2. Dewi Tirthakancana, bersuami Maharsiguru Manikmaya, Raja Kendan ke 1. |
Peristiwa | Kejadiannya ialah ketika Prabu sedang berburu. ia bertemu dengan gadis cantik anak pencari kayu bakar di tepi sungai Candrabhaga. Ayah sigadis bernama Ki Parangdami dan ibunya bernama pwahaci Sembada, tergolong dalam kasta Sudra. Gadis desa itu pwahaci Satyawati namanya. Dia mengangkat anak yang diberi nama Bajragiri. Bajragiri selalu dihina oleh saudara Raja dan tak dianggap ada tali persaudaraan serta dijauhi. |
Kala | 550 – 561 Caka (655 – 666 Masehi) : 11 tahun. |
Penobatan di | Tarumanagara ke 9 |
Nama asal | Sudawarman, Rajaresi Suddhawarman |
Gelar | Brahmanaraja Sudhawarman Mahapurusa Sang Paramartha Rsi Hariwangsa Sri Maharaja Sudawarman Mahapurusa sang Paramarta resi Hariwangsa. |
Permesuri | Déwi Sri Maya, putri Mahendrawarman, raja wangsa Palawa di negri Barata, India |
Anak | Dewimurti, lahir dan dibesarkan di India, bersuami raja Cupunagara ialah Sang Nagajaya. |
Istri 2 | Dewi Srimaya, dari pedukuhan Kendan |
Anak | Dewi Mayangwangi, bersuami Resi Mandra, dari Jawa Timur, tinggal di Kendan |
Peristiwa | Sudawarman menggantikan kakaknya, karena putranya yang bernama Bajragiri dianggap tidak berhak jadi raja, karena ibunya seorang dari golongan sudra dari warna keempat menurut Sanghyang Agama. |
Catatan | Adik Sudawarman, bernama Dewi Tirthakancana, bersuami Maharesiguru Manikmaya, dari Kendan dan Dewimurti sangat benci kepada Brajagiri. |
Post a Comment