Aksara Lemurian Pada Batu Tulis Sadahurip Di Gunung Sadahurip Garut
1. Aksara
1.1. Definisi Aksara
Aksara merupakan simbol dalam sebuah bahasa, aksara biasanya berbentuk tulisan yang tertera dalam media kertas, tidak hanya kerta biasanya tulisan aksara ini terdapat pada kayu, kain, daun dan, batu. Bahkan aksara pada zaman sekarang ada pada sebuah media digital dan media cetak, aksara sendiri biasanya bisa dijadikan karya seni kaligrafi, kaligrafi adalah suatu tumpukan huruf yang dijadikan suatu seni.
Aksara merupakan simbol dalam sebuah bahasa, aksara biasanya berbentuk tulisan yang tertera dalam media kertas, tidak hanya kerta biasanya tulisan aksara ini terdapat pada kayu, kain, daun dan, batu. Bahkan aksara pada zaman sekarang ada pada sebuah media digital dan media cetak, aksara sendiri biasanya bisa dijadikan karya seni kaligrafi, kaligrafi adalah suatu tumpukan huruf yang dijadikan suatu seni.
Menurut Turmudi (2013) menjelaskan “bentuk penulisan atau aksara sebagai alat untuk merekam bahasa itu dalam media selain lisan sangatlah penting untuk dilakukan hal ini guna merevitalisasi aksara daerah sehingga generasi mendatang tetap dapat mengenal warisan budaya dari daerahnya”. Aksara bisa diartikan sebagai media komunikasi yang dapat ditorehkan pada media apapun termasuk media eletronik
1.2. Sejarah Aksara
Sihombing, D. MFA (2015, h. 22) dalam bukunya yang bejudul tipografi dalam desain grafis menjelaskan bahwa “manusia prasejarah menggunakan berbagai cara untuk menyampaikan suatu gagasan dengan gambar dan simbol visual, merekam peristiwa dan menyampaikan suatu informasi. sejarah mencatat manusia prasejarah telah menciptakan tanda - tanda komunikasi visual yang sederhana yang disebut pictograph, jaman batu tua Paleolitikum 35.000 tahun SM. Pictograph merupakan gambar-gambar atau simbol-simbol yang menjelaskan sebuah objek, aktifitas, tempat atau peristiwa. Jaman batu tengah Mesolitikum tahun 15.000 SM-10.000 SM. Sampai dengan jaman batu muda Neolitikum 3.500 SM, Bangsa Mesir menggunakan hieroglif sebagai sistem penulisan. Berawal dari pictograph menjadi ideogram yang merujuk kepada gagasan, seperti waktu, ekspresi tubuh, dan perasaan. Tahun 3.000 SM ditandai dengan sistem tulisan bangsa Sumeria yang mengubah pictograph menjadi simbol grafis untuk bunyi”.
Sihombing, D. MFA (2015, h. 22) dalam bukunya yang bejudul tipografi dalam desain grafis menjelaskan bahwa “manusia prasejarah menggunakan berbagai cara untuk menyampaikan suatu gagasan dengan gambar dan simbol visual, merekam peristiwa dan menyampaikan suatu informasi. sejarah mencatat manusia prasejarah telah menciptakan tanda - tanda komunikasi visual yang sederhana yang disebut pictograph, jaman batu tua Paleolitikum 35.000 tahun SM. Pictograph merupakan gambar-gambar atau simbol-simbol yang menjelaskan sebuah objek, aktifitas, tempat atau peristiwa. Jaman batu tengah Mesolitikum tahun 15.000 SM-10.000 SM. Sampai dengan jaman batu muda Neolitikum 3.500 SM, Bangsa Mesir menggunakan hieroglif sebagai sistem penulisan. Berawal dari pictograph menjadi ideogram yang merujuk kepada gagasan, seperti waktu, ekspresi tubuh, dan perasaan. Tahun 3.000 SM ditandai dengan sistem tulisan bangsa Sumeria yang mengubah pictograph menjadi simbol grafis untuk bunyi”.
2.2 Bangsa Lemurian
Didalam sebagian budaya didunia, termasuk budaya bangsa Lemurian, warna biru menjadi simbol kehidupan. Simbol warna tersebut mengambil filosofi dari warna langit dan warna air, yang diketahui bahwa air dan langit merupkan kehidupan di dunia ini, sebagian peneliti menemukan cerita tentang legenda benua dan manusia biru dalam manuskrip kuno. Salah satu dari peneliti tersebut adalah seorang antroplog Mark S Miller, mempelajari dan menemukan tulisan tentang peradaban kuno, tulisan tersebut berisi tentang peradaban manusia biru, bahkan manusia biru ini disandingkan dengan kempat ras didunia, melengkapi ras yang selama ini diketahui manusia kulit putih, kulit hitam, kulit kuning dan, kulit merah. Ras manusia biru ini diperkirakan menempati benua Eropa atau benua Asia. (Zainal. D, 2011, h. 39)
Menurut Zainal. D (2011, h. 39) “berkiblat pada peta kuno tempat tersebut adalah benua MU atau Lemurian, beberapa spekulasi peneliti mengatakan bahwa benua MU tenggelam saat bencana besar pada masa itu. Manusia biru ini dibeberapa negara seperti Jepang dijuluki sebagai Manusia Ainu, bahkan disuku Indian manusia biru ini mempunyai julukan yaitu Cherokee atau manusia bulan”. bangsa biru ini atau Lemurian menurut Zainal. D (2011) Bangsa Lemurian adalah bangsa penghuni planet bumi yang kaya dan makmur, bangsa pemaaf dan mempunyai etos kerja yang tinggi. Bangsa Lemurian seringkali dikaitkan dengan peradaban Sunda Besar. Kabarnya bangsa Lemurian lampau menggunakan bahasa Zhunnda yang dijadikan sebagai media komunikasi.
3.3 Aksara Lemurian
Bangsa Lemurian memiliki huruf dan angka tersendiri yaitu aksara Lemurian. Aksara Lemurian merupakan hasil dari penemuan-penemuan tentang leluhur Nusantara atau Indonesia yaitu bangsa Lemurian. Beberapa penemuan tentang aksara Lemurian ditemukan di gunung Sadahurip Garut dan gunung padang Cianjur berupa prasasti yang bertuliskan aksara Lemurian ditemukan oleh tim terpadu riset mandiri yaitu Dicky Zainal Arifin selaku dewan pengarah staf khusus presiden dan tim terpadu riset mandiri lainnya. menurut Zainal. D (2011) “huruf Lemurian terlihat mengalir seperti air, yang tidak saja merupakan filosofi hidup bangsa Lemurian, namun juga menjadi prinsip dasar pengembangan teknologinya.
Penulisan huruf Lemurian dari arah kanan ke arah kiri. Cara membacanya pun dimulai dari arah kanan ke arah kiri, model tulisan serupa air mengalir dari arah kanan ke arah kiri, melambangkan pola yang diciptakan serasi dengan sunatullah.
Setiap objek dan mahkluk yang bernyawa di alam semesta terdiri dari molecular yang berpindah dari arah kanan ke arah kiri. Dengan demikian akal setiap individu pun mempunyai sistem perpindahan dari arah kanan ke arah kiri, sehingga tulisan dan bilangan yang sejalan ialah yang bersistem gerak dari arah kanan kearah kiri” (h.7).
Aksara Lemurian tidak memiliki huruf besar atau huruf kecil. Penggunaan simbol baca semacam titik, koma, simbol tanya, simbol miring, titik dua, titik koma, simbol kutip, atau kurung tutup dan buka digunakan simbol baca yang biasa dipakai cocok dengan kebutuhan. Aksara Lemurian terefleksi disetiap bahasa di seluruh dunia dan mengalami perubahan bersamaan bergeraknya kurun waktu, sehingga terjadi perubahan dan menyesuaikan sesuai tempatnya. Menurut Dodi setiap aksara Lemurian merupakan gelombang pikiran yang diterjemahkan dalam bentuk tulisan, karena jika ditelusuri lebih jauh tentang peradaban Lemurian, pola percakapan bangsa Lemurian tidak menggunakan bahasa oral, melainkan dengan menggunakan bahasa pikiran.
3.1 Angka Lemurian
Angka Lemurian diawali dari angka nol sampai angka lima. Serupa dengan huruf Lemurian, sistem penulisan dan melisankannya berangkat dari arah kanan ke arah kiri. menurut Zainal. D (2011) “bilangan nol sudah ada mulai zaman Bangsa Lemuria. Berlainan dengan angka ras Romawi yang tidak memahami angka nol.
Kondisi ini digambarkan nol ibarat kondisi hampa atau kosong, dan kosong harus dijadikan simbol. sebetulnya angka itu diawali dari nol bukan dari satu, oleh sebab itu sebelum adanya suatu keadaannya sedang hampa atau kosong dan ini harus disimbolkan dengan nol. Pola angka Lemurian pun berkaitan dengan bunyi alam nada Pentatonik. "Penta" yang berarti lima, tetapi jelas nada da mi na ti la da tidak bagaikan nada pentatonik pada zaman sekarang” (h.10)
3.2 Prasasti Aksara Lemurian
Bukti penemuan kebudayaan di Gunung Sadahurip membuat perdebatan. Detik ini pun banyak pro dan kontra antara setiap individu yang di duga berpengalaman dalam bidang sejarah dikalangan peneliti dan akademik, normal sebab catatan asal-usul perihal kebudayan pendahulu Nusantara yang yang bisa disebut Lemurian, Belum sempat ada di kurikulum pembelajaran sejarah. Penerimaan positif perihal informasi kebudayan ini malah kian banyak mencuat dari akademikus barat.
Piramida Sadahurip sering kali muncul dalam siaran Ancient Alien ditelevisi History Channel. Salah satu sastrawan yang banyak bertutur perihal piramida Sadahurip adalah Dicky Zainal Arifin. membahas mengenai adanya prasasti atau batu bertulis di Sadahurip yang diukir oleh leluhur Nusantara yang berbudaya luhur, puluhan tahun yang lalu dengan aksara Lemurian yang umurnya jauh lebih lama dari huruf palawa dan sangsekerta.
Berikut adalah penemuan batu prasasti yang ditemukan oleh Dicky Zainal Arifin:
- Penemuan prasasti tersebut berada pada kaki gunung Sadahurip, walaupun sebelumnya warga setempat sudah menemukannya terlebih dahulu, dan menutup atau mengubur kembali batu tersebut.
- Terlihat dari batu tersebut terdapat detail ukiran-ukiran yang membentuk seperti tulisan
- Setelah ditemukan prasasti tersebut tim dan sastrawan Dicky Zainal Arifin mencoba menterjemahkan dengan meng-cut satu persatu gambar dari prasasti tersebut lalu diakurkan dengan aksara Lemurian yang dikenalkan oleh Dicky, terlihat menjadi seperti gambar berikut.
4. Setelah diakurkan dari prasasti tersebut terlihat sama dari Akasara Lemurian seperti huruf Anjana dan terlihat dari tulisan gaphida, Aksara Lemurian pun mengenal dengan kaligrafi atau tumpukan huruf untuk dibuat menjadi seni. Dari satu batu tersebut dapat diterjemahkan menjadi kata-kata seperti berikut :
"Anjana gaphida Hyangga. Avatara maningga rungga. Shahuduballa aryadumida. Zakala manigwarha zena". Artinya : "Engkau adalah gerbang Sang Pencipta. Pengendali alam keseluruhan jagad halus kasar. Menyeimbangkan kehidupan alam semesta. Waktu akan menjadi anak penurut".
Post a Comment