Prabu Daniswara Raja Kerajaan Medang Kahyangan Pertama di Sumedang

Sampurasun
Mugia Rahayu Sagung Dumadi 

Kali ini saya akan membahas tentang Kerajaan Medang Kahyangan di wilayah Sumedang yang didirikan oleh putra-putrinya Dharma Satyajaya Warunadewa atau Dewawarman V 

Supaya menjadi jelas keberadaannya Kerajaan Medang Kahyangan Pengiring Medal Kamulyan Jaman Kerajaan Salakanagara di Sumedang, baik saya jelaskan sebagai berikut :

Pulau Jawa sejak sudah adanya pemukiman manusia karena kesuburan tanah dan kemakmurannya, kemudian berdatangan orang-orang dari luar Nusantara yang kemudian menyebar dan menetap di Pulau Jawa dan wilayah lain di Nusantara.

Para pendatang itu banyak yang berasal dari wangsa Salankayana dan wangsa Pallawa di bumi Bharatanagari. Mereka datang menaiki beberapa puluh perahu yang dipimpin oleh Sang Dewawarman dari wangsa Pallawa.

Sejarah berdirinya Kerajaan Salakanagara bermula ketika seorang pedagang dari India yang bernama Dewawarman menetap di Jawa, lebih tepatnya di Teluk Lada, Pandeglang.

Sang Dewawarman sudah bersahabat dengan penduduk daerah pesisir Jawa Barat, Nusa Apuy, dan Pulau Sumatra bagian selatan. Sang Dewawarman bersahabat pula dengan penghulu penduduk setempat, akhirnya bermukim di sini dan lama kelamaan menjadi raja kecil di daerah pesisir bagian barat dari bumi Jawa Barat.

Sang Dewawarman kemudian menikahi putri dari Aki Tirem, kepala daerah atau juru labuhan setempat. Aki Tirem kemudian menganugerahkan wilayah-wilayah pengaruhnya kepada menantunya. Pada tahun 52 Saka atau 130 Masehi Sang Dewawarman dinobatkan menjadi raja. Kerajaannya diberi nama Salakanagara, ibukotanya diberi nama Rajatapura, Ia bergelar Sang Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapurasagara. 

Setelah menjadi raja dengan gelar Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara, ia melakukan ekspansi untuk memperluas daerah kekuasaan. Wilayah kekuasaan Kerajaan Salakanagara meliputi daerah Jawa bagian barat, termasuk pulau yang terletak di sebelah barat Pulau Jawa dan laut yang membentang sampai Pulau Sumatera. Letaknya yang strategis, membuat perahu yang melintas terpaksa harus singgah dan memberi upeti kepada Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara.

Raja Pertama Kerajaan Salakanagara Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara atau Dewawarman I berkuasa selama 38 tahun, antara 130-168 masehi.  Kemudian ia digantikan oleh anaknya yang bergelar Dhigwijayakasa Dewawarmanputra, yang menjadi Dewawarman II. 

Raja ke 2 dinasti Dewawarman, dengan gelar Dhigwijayakasa Dewawarmanputra atau Dewawarman II. Ia menjadi raja Salakanagara ke 2 pada tahun 90-117 Saka atau antara tahun 168-195 Masehi. Dhigwijayakasa Dewawarmanputra beristrikan seorang putri dari keluarga Maharaja Singhalanagari dari Jawa Tengah. Dari pernikahannya ini lahir diantaranya seorang yuwaraja. Ia menggantikan ayahnya menjadi raja di Salakanagara pada tahun 117 Saka atau tahun 195 Masehi, dengan gelar Singhanagara Bhimayasawirya atau Dewawarman III. 

Raja ke 3 dinasti Dewawarman, dengan gelar Singhanagara Bhimayasawirya dan terkenal dengan sebutan Dewawarman III.  Singhanagara Bhimayasawirya menggantikan ayahnya Dhigwijayakasa Dewawarman Putra atau Dewawarman 2 menjadi Raja di Salakanagara sekitar tahun 117-160 Saka atau antara tahun 195-238 Masehi. Sang Dewawarman ke III bersahabat dengan Negeri Cina, demikian pula dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Bharatanagari India.

Singhanagara Bhimayasawirya atau Dewawarwan III merupakan putra dari Raja Dhigwijayakasa Dewawarman Putra atau Dewawarman 2 dari isterinya yang berasal dari sanak keluarga Raja Singhalanagari putri dari Kerajaan yang ada di Jawa Tengah, dan Singhanagara Bhimayasawirya berputra beberapa orang, perempuan dan laki-laki. Salah seorang diantaranya yang tertua perempuan yaitu Dewi Tirthalengkara namanya, dijadikan istri oleh Dharma Satyanagara, sang menantu Raja ini yang menggantikan menjadi penguasa negara.

Raja ke 4 dinasti Dewawarman, Dharma Satyanagara yang kemudian terkenal dengan nama Dewawarman IV. Dharma Satyanagara memerintah antara tahun 160–174 tarikh Saka  atau antara tahun 238-252 Masehi.

Pada awalnya Dharma Satyanagara menjadi Raja di Ujung Kulon dan setelah dijadikan menantu oleh Sang Raja Singhanagara Bhimayasawirya atau Dewawarman 3, ia kemudian menjadi raja ke 4 Kerajaan Salakanagara. Dharma Satyanagara menikahi putri Sang Singhanagara Bhimayasawirya yang bernama Dewi Tirthalengkara atau Sang Dewi Ningrum. Dari pernikahannya dengan Dewi Tirthalengkara dengan Dharma Satyanagara lahir beberapa orang, salah seorang yang tertua perempuan yaitu Rani Mahisasuramardini Warmandewi.

Raja ke 5 dari dinasti Dewawarman, Amatyasarwajala Dharma Satyajaya Warunadewa yang menggantikan mertuanya Dharma Satyanagara atau Dewawarman V. Dharma Satyajaya Warunadewa memerintah selama 24 tahun antara tahun 174-198 tarikh Saka atau antara tahun 252-276 Masehi. 

Dharma Satyajaya Warunadewa menjadi Raja karena menikahi putri sulung Dharma Satyanagara atau Dewawarman IV yaitu Mahisasuramardini Warmandewi. Ia memerintah bersama isterinya, tetapi ketika suaminya meninggal karena bertempur dengan para perompak di lautan, sang istri kemudian menggantikannya sebagai raja.

Dharma Satyajaya Warunadewa, meninggal di tengah lautan, ketika berperang melawan perompak. Ketika itu ia menjadi Panglima Angkatan Laut memimpin bala tentara memerangi perahu para perompak yang menaiki perahu besar tiga buah, sedangkan perahu kerajaan empat buah, mereka saling menghantam pada waktu berperang. Dharma Satyajaya Warunadewa dipanah dari belakang oleh perompak, kemudian ia meninggal. Tetapi para perompak dapat dikalahkan oleh pasukannya dan banyak yang tewas terapung di air, dan yang masih hidup ditawan semuanya.

Raja ke 6 Salakanagara dari dinasti Dewawarman adalah Mahisa Suramardini Warmandewi. Rani Mahisasuramardini Warmandewi menggantikan suaminya sebagai raja, melanjutkan suaminya yang gugur melawan bajak laut. Mahisa Suramardini Warmandewi memerintah antara tahun 174-211 tarikh Saka atau antara tahun 252-289 Masehi. Kemudian yang menjadi Raja di Kerajaan Salakanagara adalah putranya Sang Ghanayanadewa Linggabhumi atau Dewawarman VI.

Raja ke 7  dinasti Dewawarman dengan gelar Sang Ghanayanadewa Linggabhumi atau disebut juga Dewawarman VI, anak tertua Dharma Satyajaya Warunadewa atau Dewawarman 5. Ia naik tahta dinasti Dewawarman menggantikan ibunya Mahisa Suramardini Ghanayanadewa Linggabhumi atau Dewawarman VI dijuluki Sang mokteng Samudra. Ia memerintah antara tahun 211-230 tarikh Saka atau antara tahun 289-308 Masehi.

Dalam Carita Parahiyangan dan catatan Bujangga Manik bahwa sekitar kaki Gunung Tampo Omas atau Tampomas terdapat sebuah Kerajaan bernama Medang Kahyangan. Kerajaan Medang Kahyangan adalah salah satu Kerajaan Kuno yang ada di wilayah Sumedang Jawa Barat yang tidak pernah diulas dalam sejarah umum di Tatar Pasundan. 

Kerajaan Medang Kahyangan didirikan sekitar tahun 218 saka atau tahun 290 Masehi di kaki Gunung Tampomas yang terletak di antara Kecamatan Conggeang dan Kecamatan Buah Dua Kabupaten Sumedang. Kerajaan tersebut didirikan oleh seorang Prabu Daniswara dan ke 6 saudaranya, putra-putrinya Raja Dharma Satyajaya Warunadewa atau Dewawarman V, Raja Salakanagara ke 5.

Pada awal abad ke 3 masehi, wilayah Sumedang tersebut dahulu masih hutan belantara putra-putranya Raja Salakanagara ini mendirikan Kerajaan yang bernama Medang Kahyangan di suku Gunung Tampomas  yang dijadikan sebagai pusat kerajaan. Di kawasan ini Sumaradira berdiam dan menjadi seorang raja resi yang dikenal dengan nama Prabu Daniswara. 

Selanjutnya, saudara-saudara Prabu Daniswara menyebar dari Kerajaan Medang Kahyangan yang berada di suku Gunung Tampomas (Kecamatan Buah Dua sekarang) 
- Jaya Sampurna dan Tumenggung Indrasari mengambil wilayah ke arah Selatan berkuasa di sekitar Gunung Susuru Pasanggrahan Kecamatan Sumedang Selatan sekarang dan sekitarnya.
- Sukmana atau Cupu mengambil wilayah ke arah Selatan berkuasa di sekitar Gunung Cupu, wilayah Sumedang Utara dan Kecamatan Cimalaka sekarang
- Larasakti atau Aji Lara Sakti mengambil wilayah ke arah Selatan berkuasa di sekitar Gunung Cisusuru wilayah Kecamatan Ganeas sekarang dan sekitarnya.
- Jayabuana Ningrat atau Banas Banten mengambil wilayah ke arah Barat di sekitar wilayah Banas Banten dan berkuasa sekitar wilayah Kecamatan Conggeang, Kecamatan Ujungjaya, dan Kecamatan Tomo sekarang.
- Sanyak atau Sari Hatimah dan Tumenggung Surabima mengambil wilayah ke arah Barat, berkuasa di sekitar wilayah Kecamatan Conggeang sekarang.

Kerajaan Medang Kahyangan ini lebih dahulu ada sebelum berdirinya Kerajaan Tarumanagara oleh Singawarman di tahun 355 Masehi. Simbol pengakuan berdirinya Kerajaan Tarumanagara adalah Gunung Datar yang berarti Dangiang Tarumanagara, berada di wilayah Kecamatan Sumedang Utara. 

Sewaktu Dharma Satyajaya Warunadewa atau Dewawarman V atau Jaya Diningrat memerintah di Kerajaan Salakanagara menjadi Raja ke 5 antara tahun 174-198 tarikh Saka atau antara tahun 252-276 Masehi dari isteri lainnya yaitu Sri Nurcahya putrinya Sang Prabu Wisesa dan Sang Dewi Kencana, mempunyai anak 7 orang yang meninggalkan istana menuju ke arah timur dan memilih berdiam di daerah pegunungan dan mendirikan Kerajaan Medang Kahyangan pada tahun 290 Masehi, yang sekarang berada di wilayah Kabupaten Sumedang, untuk meneruskan misi Mula Stiwa Danikaya atau misi Salakadomas atau misi tiga tangtu di buana Ratu, Resi dan Rama atau misi ketatanegaraan, agama dan darigama, yaitu :
- Prabu Daniswara atau Sumaradira menjadi Raja Kerajaan Medang Kahyangan Pengiring Medal Kamulyan jaman Kerajaan Salakanagara dan menyebarkan ajaran Hindu ke wilayah Medang Kahyangan di sebelah Utara Sumedang Sekitar suku Gunung Tampomas. Situs makamnya ada di Blok Ciemutan Dusun Cilumping, Desa Cikurubuk, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang.

- Jaya Sampurna, pemangku Raja Kerajaan Medang Kahyangan Pengiring Medal Kamulyan jaman Kerajaan Salakanagara dan menyebarkann ajaran Hindu ke wilayah Medang Kahiangan di sebelah Selatan Sumedang. Situs makamnya ada di lingkungan Parigi Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang.

- Tumenggung Indrasari, pemangku Kerajaan Medang Kahyangan Pengiring Medal Kamulyan jaman Kerajaan Salakanagara dan menyebarkan ajaran Hindu ke  wilayah di sekitar sebelah Selatan Sumedang. Situs makamnya ada di dusun Parigi Kelurahan Pasanggrahan Baru, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang.

- Lara Sakhti, pemangku Raja Kerajaan Medang Kahyangan Pengiring Medal Kamulyan jaman Kerajaan Salakanagara dan menyebarkan ajaran Hindu ke sekitar wilayah Medang Kahyangan di sebelah Timur Sumedang. Situsnya ada di Gunung Cisusuru, Dusun Sahang, Desa Dayeuh Luhur, Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang. 

- Sukmana atau Resi Cupu, pemangku Raja Kerajaan Medang Kahyangan Pengiring Medal Kamulyan jaman Kerajaan Salakanagara dan menyebarkan ajaran Hindu ke sekitar wilayah Medang Kahyangan di sebelah Selatan (pusat kota Sumedang sekarang). Situs makamnya berada di Gunung Cupu lingkungan Pasarean, Kelurahan Kotakulon, Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

- Jaya Bhuana Ningrat atau Banas Banten, pemangku Raja Kerajaan Medang Kahyangan Pengiring Medal Kamulyan jaman Kerajaan Salakanagara dan menyebarkan ajaran Hindu di sekitar wilayah Medang kahyangan di sebelah Utara. Situs makamnya berada di Kampung Banas Cibanten, Desa Babakan Asem, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang.

- Sanyak atau Sari Hatimah dan Dalem Tumengung Surabima, pemangku Raja Kerajaan Medang Kahyangan Pengiring Medal Kamulyan jaman Kerajaan Salakanagara dan menyebarkan ajaran Hindu ke wilayah Medang Kahyangan di sebelah Selatan Sumedang. Situs makamnya berada di Cieunteung Desa Cipamekar Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang.

Salam Santun

Tidak ada komentar