Lara Sakti putranya Dharma Satyajaya Warunadewa Raja Salakanagara ke 5 (252-276 M)

Sampurasun
Situs makam Lara Sakti berada di dusun Sahang Desa Dayeuh Luhur Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang. Terletak di sebelah selatan Pasir Dayeuh Luhur kira-kira 1 kilometer ke selatan, dengan ketinggian bervariasi antara 800-877 diatas permukaan laut. Situs masih dalam kondisi asli, karena menempati tanah kas desa. Situs dikenal sebagai makam Larasakti, atau oleh masyarakat dikenal dengan nama Haji Larasakti.

Agar tidak salah penafsiran dalam penyebutan Haji disini baik saya jelaskan sebagai berikut, dalam sejarah Nusantara pra-Islam, Haji atau Aji juga merupakan gelar untuk penguasa, akan tetapi posisinya di bawah Raja. Gelar ini ditemukan dalam Bahasa Melayu Kuno, Sunda, dan Jawa kuno, dan ditemukan dalam beberapa prasasti. Sebagai contoh, menjelaskan mengenai Raja Pertama Salakanagara yaitu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapura Sagara atau Aji Saka, yang bermakna Raja Permulaan Salakanagara.

Dengan demikian Lara Sakti atau Haji Larasakti adalah pemimpin sekitar wilayah Kerajaan Medang Kahyangan pengiring dari Kerajaan Salakanagara di sebelah Timur Sumedang, karena ia adalah salah satu saudaranya Prabu Daniswara.  

Di lokasi situs terdapat 2 buah struktur batu mirip sebuah makam yang menghadap Timur-Barat, yang masing-masing berdiri 2 buah batu tegak. Karena kurang terawat, keadaan situs terancam rusak oleh akar-akar pohon.

Baik kita ulas sejarahnya dari awal tentang keberadaan Kerajaan Salakanagara, silahkan simak sampai akhir video ini. Kerajaan Salakanagara adalah kerajaaan yang bercorak Hindu pertama di Jawa Barat yang didirikan oleh Dharma Loka Pala Aji Raksa Gapura Sagara atau Dewawarman pada tahun 52 saka atau tahun 130 Masehi. 

Diriwayatkan sebelum menjadi Kerajaan, wilayah Salakanagara pada awalnya diperintah seorang kepala Juru labuan setempat yaitu Aki Tirem atau Sang Aki Luhur Mulya atau Ki Sanata putranya dari Ki Srengga, Ki Srengga putranya Sariti Warawiri, Sariti Warawiri putrinya Aki Bajul Pakel. 

Aki Tirem yang menjadi Juru labuhan sekitar tahun 78-130 Masehi di Pandeglang Banten menikahkan putrinya Pohaci Larasati dengan Dharma Lokapala atau Dewawarman 1 Raja Salakanagara ke 1 yang berkuasa antara 130-168 Masehi dan berasal dari Palawa di India Selatan, yang kemudia menggantikan Aki Tirem. Setelah Aki Tirem meninggal pada tahun 130 Masehi, kekuasaannya kemudian diteruskan oleh menantunya, Dharma Lokapala, yang dinobatkan sebagai Raja ke 1 Salakanagara.

Dharma Lokapala adalah pendiri dan sekaligus menjadi Raja pertama kerajaan Salakanagara, yang berkuasa antara 130-168 Masehi, dengan gelar Dharma Lokapala Aji Raksa Gapura Sagara atau dikenal dengan nama Dewawarman 1.

Konon pada awalnya Dharma Lokapala merupakan duta keliling  kerajaaan Pallawa dari Bharata India ke negeri negeri di Nusantara, dan juga negeri-negeri lainnya, seperti: Sanghyanghujung, kemudian Sopalanagari, Yawananagari, kemudian Syangkanagari Negeri Cina, dan Negeri Abasid dengan tujuannya persahabatan dan hubungan jasa dan perdagangan dengan negara-negara yang didatangi. Adapun Maharaja Wangsa Pallawa ialah sanak keluarganya yang berkuasa di negaranya yaitu Raja Wangsa Pallawa di bumi Bhāratawarsa. 

Sementara Dharma Lokapala di Salakanagara menjadi Raja sebagai penguasa lautan Barat, sebab di situ banyak perahu dari Barat menuju Timur, dari Timur menuju Barat, berhenti sementara. Kemudian perahu-perahu itu harus memberi persembahan kepada Sang Raja Dharma Lokapala. Beberapa tempat pelabuhan perahu ada di Jawa Barat, yang pesisirnya dijaga oleh bala tentaranya, sampai pesisir Jawa Barat, Pulau Apuy dan pesisir Selatan Pulau Sumatra.

Dharma Lokapala kemudian menetap di wilayah Pulau Jawa Bagian Barat Paling ujung  yaitu di daerah sekitar Pandeglang sekarang, dan menikah dengan Dewi Pwahaci Larasati putri seorang penguasa setempat yaitu Aki Tirem.  Karena itu Sang Aki Tirem kemudian menganugerahkan pemerintahan dan wilayahnya kepada sang menantu. 

Dengan demikian, pada tahun 52 tarikh Saka atau sekitar 130 Masehi, Dharma Lokapala dinobatkan menjadi Raja Salakanagara, dengan berikut 15 wilayah bawahannya yang disebut Salakanagara, dengan ibukotanya adalah kota Rajata. Konon, kota inilah yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150 Masehi, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-Raja Dewawarman, dari Dewawarman ke I sampai Dewawarman ke III.

Setelah Aki Tirem meninggal, Dharma Lokapala kemudian resmi menggantikan sebagai penguasa dan kemudian dinobatkan sebagai Raja pertama Salakanagara dengan gelar Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapura Sagara, dengan ibukota Rajatapura. Sedang istrinya, Dewi Pohaci diberi gelar Dwi Dwan Rahayu. Dan pada saat itu juga diberlakukan penanggalan Sunda yang kemudian dikenal dengan sebutan Saka Sunda.

Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapura Sagara adalah raja yang gagah perkasa yang mahir dalam berperang. Pada zamannya perompak laut sangat merajai di lautan. Dan ada juga yang berusaha untuk merebut kekuasaannya. Tetapi para perompak dapat dikalahkan dan dibinasakan tanpa tersisa. Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapura Sagara atau Dewawarman I berkuasa selama 38 tahun, sejak dinobatkan pada tahun 52 saka atau sekitar 130 Masehi.

Selama masa pemerintahannya, ia mengutus adiknya yang merangkap menjadi senapati, bernama Bhahadura Hariganajayasakti untuk menjadi  Raja Daerah di Mandala Ujung Kulon. Sedangkan adiknya yang lain yang bernama Sang Swetaliman Sakti, sebagai Pranaraja kemudian dijadikan Raja di Tanjung Kidul dengan ibukota Agrabhitapura sekitar daerah Cianjur Selatan dan wilayahnya membentang ke barat sampai ke Teluk Palabuhanratu.

Dharma Lokapala beristri 2 orang, pada awalnya ia menikah dengan putri dari Ghaudinagari India barat. Sang isteri meninggal di negerinya, dan di sana ia mempunyai anak beberapa orang. Sedangkan istrinya yang kedua yakni Sri Pwahaci Larasati namanya, putri dari sang Juru Labuhan Aki Tirem di wilayah Pandeglang Banten. 

Dari perkawinannya dengan Sri Pwahaci Larasati atau Sang Dewi Dhwānirahayu, mereka mempunyai anak beberapa orang, seorang di antaranya yang tertua kemudian menggantikan ayahnya menjadi raja, yang bernama Dhigwijayakasa Dewawarman Putra atau Dewawarman II. Dharma Lokapala Dewawarman Haji Raksagapura Sagara atau Dewawarman 1 berkuasa selama 38 tahun antara tahun 90-117 tarikh Saka atau antara tahun 168-195 Masehi.



Raja ke 2 Salakanagara dari dinasti Dewawarman adalah Dhigwijayakasa Dewawarman Putra atau dikenal dengan Dewawarman II.  Ia berkuasa selama 27 tahun, antara tahun 90-117 tarikh Saka atau antara 168-195 Masehi. Ia merupakan putra sulung dari Raja Salakanagara pertama Dharma Lokapala Dewawarman dengan istrinya Dewi Pohaci. Dewawarman 2 beristerikan seorang putri dari keluarga Raja Singhalanagari. Dari pernikahannya ini lahir diantaranya seorang putra mahkota yang bernama Singhanagara Bhimayasawirya.        
          

Raja ke 3 dinasti Dewawarman, dengan gelar Singhanagara Bhimayasawirya dan terkenal dengan sebutan Dewawarman 3. Singhanagara Bhimayasawirya menggantikan ayahnya Dhigwijayakasa Dewawarman Putra atau Dewawarman 2 menjadi Raja di Salakanagara sekitar tahun 117-160 Saka atau antara tahun 195-238 Masehi. Sang Dewawarman ke 3 bersahabat dengan Negeri Cina, demikian pula dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Bharatanagari India.

Pada masa pemerintahan Dhigwijayakasa Dewawarman Putra wilayah Salakanagara di serang perompak dari Negeri Cina yang menyerang penduduk dan mengjarah kekayaaan terutama perhiasan dan pakaian. Dan ia dengan bala tentaranya yang jumlahnya banyak, segera datang membebaskan penduduk dari bahaya  besar dari perbuatan khianat sang penyamun. Semua perompak tewas tanpa sisa, yang tertangkap semuanya dibunuh.

Singhanagara Bhimayasawirya  atau Dewawarwan III merupakan putra dari Raja Dhigwijayakasa Dewawarman Putra atau Dewawarman II dari isterinya yang berasal dari sanak keluarga Raja Singhalanagari putri dari Kerajaan yang ada di Jawa Tengah, dan Singhanagara Bhimayasawirya berputra beberapa orang, perempuan dan laki-laki. Salah seorang diantaranya yang tertua perempuan yaitu Dewi Tirthalengkara namanya, dijadikan istri oleh Dharma Satyanagara, sang menantu Raja ini yang menggantikan menjadi penguasa negara.


Raja ke 4 dinasti Dewawarman, Dharma Satyanagara yang kemudian terkenal dengan nama Dewawarman IV. Dharma Satyanagara memerintah antara tahun 160–174 tarikh Saka  atau antara tahun 238-252 Masehi.

Pada awalnya Dharma Satyanagara menjadi Raja di Ujung Kulon dan setelah dijadikan menantu oleh Sang Raja Dewawarman IV, ia kemudian mejadi raja ke 4 Kerajaan Salakanagara. Dharma Satyanagara menikahi  putri Singhanagara Bhimayasawirya atau Dewawarman 3 yang bernama Dewi Tirthalengkara atau Sang Dewi Ningrum. Dari pernikahannya dengan Dewi Tirthalengkara dengan Dharma Satyanagara lahir beberapa orang, salah seorang yang tertua perempuan yaitu Rani Mahisasuramardini Warmandewi.


Raja ke 5 dari dinasti Dewawarman, Dharma Satyajaya Warunadewa yang menggantikan mertuanya Dharma Satyanagara atau Dewawarman IV. Dharma Satyajaya Warunadewa atau Dewawarman V, memerintah selama 24 tahun antara tahun 174-198 tarikh Saka atau antara tahun 252-276 Masehi. 

Dharma Satyajaya Warunadewa menjadi raja karena menikahi putri sulung mertuanya Dharma Satyanagara atau Dewawarman IV yaitu Mahisasuramardini Warmandewi. Ia memerintah bersama istrinya, tetapi ketika suaminya meninggal karena bertempur dengan para perompak di lautan, sang istri kemudian menggantikannya sebagai raja.

Dharma Satyajaya Warunadewa, meninggal di tengah lautan, ketika berperang melawan perompak. Ketika itu ia menjadi Panglima Angkatan Laut memimpin bala tentara memerangi perahu para perompak yang menaiki perahu besar tiga buah, sedangkan perahu kerajaan empat buah. Tampak saling menghantam pada waktu berperang. Dharma Satyajaya Warunadewa dipanah dari belakang oleh perompak, kemudian ia meninggal. Tetapi para perompak dapat dikalahkan oleh pasukannya dan banyak yang tewas terapung di air, dan yang masih hidup ditawan semuanya.



Raja ke 6 Salakanagara dari dinasti Dewawarman adalah Mahisa Suramardini Warmandewi. Rani Mahisasuramardini Warmandewi menggantikan suaminya sebagai raja, ketika suaminya  gugur melawan bajak laut. Mahisa Suramardini Warmandewi memerintah antara tahun 174-211 tarikh Saka atau antara tahun 252-289 Masehi. Kemudian yang menjadi Raja di Kerajaan Salakanagara adalah putranya Sang Ghanayanadewa Linggabhumi atau Dewawarman VI.


Dalam Carita Parahiyangan dan catatan Bujangga Manik bahwa sekitar kaki Gunung Tampo Omas atau Tampomas terdapat sebuah Kerajaan bernama Medang Kahyangan. Kerajaan Medang Kahyangan adalah salah satu Kerajaan Kuno yang ada di wilayah Sumedang Jawa Barat yang tidak pernah diulas dalam sejarah umum di Tatar Pasundaan. Didirikan sekitar tahun 174 tarikh saka atau sekitar tahun 252-290 Masehi di kaki Gunung Tampomas yang terletak di antara Kecamatan Congeang dan Kecamatan Buah Dua Kabupaten Sumedang. 

Sewaktu Dharma Satyajaya Warunadewa atau Dewawarman V atau Jagat Jaya Ningrat menurut Babad Sumedang, memerintah di Kerajaan Salakanagara sebagai Raja ke 5 antara tahun 174-211 tarikh Saka atau antara tahun 252-276 Masehi, putra-putranya dari isteri lainnya yaitu Sri Nurcahya putrinya Sang Prabu Wisesa dan Sang Dewi Kencana mempunyai anak 7 orang yang meninggalkan istana menuju ke arah timur dan memilih berdiam di daerah pegunungan, yang sekarang berada di wilayah Kabupaten Sumedang. 

Ketujuh putra Dharma Satyajaya Warunadewa tersebut adalah Prabu Daniswara atau Sumaradira, Jaya Sampurna, Indrasari atau Dalem Tumenggung, Larasakti, Jayabuana Ningrat atau Banas Banten dan Sanyak atau Sari Hatimah. 

Pada awal abad ke 3 Masehi, wilayah Sumedang dahulu masih hutan belantara putra-putranya Dharma Satyajaya Warunadewa Raja Salakanagara ke 5 mendirikan sebuah Kerajaan yang bernama Medang Kahyangan, dimana Gunung Tampomas dijadikan sebagai tanda atau simbol Keratuan. Di kaki gunung tersebut, Sumaradira berdiam dan menjadi seorang Rajaresi yang dikenal dengan nama Prabu Daniswara, situs makamnya berada di Blok Ciemutan Dusun Cilumping, Desa Cikurubuk, Kecamatan Buahdua. Kabupaten Sumedang.

Kerajaan Medang Kahyangan ini lebih dahulu ada sebelum berdirinya Kerajaan Tarumanagara oleh Jaya Singawarman Raja Pertama Tarumanagara antara tahun 358-382 Masehi. Dan simbol pengakuan berdirinya Kerajaan Tarumanagara adalah Gunung Datar yang berarti Dangiang Tarumanagara, berada di wilayah Kecamatan Sumedang Utara

Saudara-saudara Prabu Daniswara Raja Kerajaan Medang Kahyangan menyebar ke setiap wilayah di Sumedang, salah satunya yaitu, Lara Sakti atau Haji Lara Sakti yang menjadi pemangku wakil raja sekitar wilayah Kerajaan Medang Kahyangan pengiring dari Kerajaan Salakanagara di sebelah timur Sumedang. Dan juga pembawa misi Raja Salakanagara Pertama Haji Raksa Gapura Nagara atau misi Salakadomas ajaran Agama dan Darigama. Kemungkinan wilayahnya sekarang adalah meliputi Kecamatan Ganeas, Kecamatan Situraja, Kecamatan Darmaraja dan Kecamatan Wado.

Di lokasi situs Gunung Cisusuru Desa Dayeuh Luhur Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang terdapat 2 buah struktur batuan mirip sebuah makam yang menghadap Timur - Barat, yang masing-masing berdiri 2 buah batu tegak. Situs ini dikenal sebagai makam Larasakti, atau oleh masyarakat dikenal dengan nama Haji Larasakti.

Salam Santun

Tidak ada komentar