Sekilas Kerajaan Sunda Galuh
Menurut Ali Sasramidjaya, penulis buku "Data Kala Sejarah Kerajaan–Kerajaan di Jawa Barat", disebutkan bahwa berdirinya Kerajaan Sunda Galuh, dimulai oleh Rakeyan Wuwus dengan Jumlah Raja berikutnya yang memerintah sebanyak 26 orang,
KERAJAAN SUNDA GALUH
Tahun 774 – 1397 Caka (873 – 1477 Masehi) = 623 tahun Candra (604 tahun Surya); Jumlah Maharaja 26 orang
Kala | 774 – 813 Caka (873 – 910 Masehi) = 39 tahun |
Kerajaan | Sunda-Galuh I, beriibukota di Pakuan. |
Nama | Rakeyan Wuwus |
Nama gelar | Prabu Gajah Kulwan |
Istri | Déwi Kirana, putri Prabu Welengan, Galuh 11 |
Anak | 1. Batara Danghyang Guru Wisuda 2. Déwi Sawitri, isteri Rakeyan Windusakti. |
Istri 2 | Nonon, Enon (Ratu Palabuan Ratu) Nama Nonon atau Enon ini terdapat dalam “Sejarah Pelabuan Ratu di Sukabumi Selatan” sebagai Ratu yang bersuami Wuwus |
Peristiwa | Pada tahun 774 Caka, Ratu Galuh, ialah Prabu Linggabumi wafat, tanpa keturunan. Adiknya ialah istri Rakean Wuwus, ratu Sunda ke 8. Lalu tahta diwariskan kepadanya.Jadi mulai tahun 744 Rakeyan Wuwus atau Sang Prabu Gajahkulwan menjadi Maharaja Sunda-Galuh 1 |
Penjelasan | Jadi dalam tahun 774 C (872 M) terjadi perobahan besar di tatar Sunda ialah dengan terjadinya penggabungan kerajaan Sunda dan Galuh karena dibawah seorang raja, ialah Rakean WuwusKarena dalam data sejarah tidak ditemukan data nama untuk kerajaan yang tergabung ini, maka dalam buku ini akan dinyatakan dengan nama Sunda Galuh. Kerajaan Sunda Galuh ini dimulai dari Rakean Wuwus, tahun 774 C (0872 M) sampai dengan kerajaan Wastukencana tahun 1397 C (1477 M), jadi selama 623 tahun Candra (605 tahun Surya); ialah selama lebih dari 6 abad. |
Catatan | 741 – 774 Caka selaku raja Sunda-Galuh 774 – 813 Caka selaku Maharaja Sunda-Galuh I, penguasa wilayah diangkat anak dan menantunya. |
Peristiwa | Setelah Rakeyan Wuwus meninggal, kekuasaannya direbut oleh Sang Arya Kedaton |
Galuh 14 | 774 – 817 Caka, Batara Danghyang Guru Wisuda, putra Wuwus, Sunda |
Sunda 9 | 774 – 817 Caka, Rakeyan Windusakti, suami Dewi Sawitri, putri Wuwus, Sunda |
Kala | 813 – 817 Caka (910 – 914 Masehi) = 4 tahun |
Kerajaan | Sunda-Galuh II, beribukota di Pakuan. |
Nama | Sang Arya Kedaton |
Nama gelar | Prabu Darmaraksa Cakalabuwana |
Istri | Déwi Widyasari, adik Rakeyan Wuwus |
Anak | Rakeyan Windusakti, suami Dewi Sawitri, putri Wuwus, Sunda 8 |
Peristiwa | Setelah Wuwus meninggal (813 Caka), tahta kerajaan direbut oleh Arya Kadaton, putra Galuh 11, adik dari istri Wuwus tapi lain ibu. |
Wafat | Sang Arya Kedaton dibunuh oleh seorang mentri Sunda |
Galuh 14 | 774 – 817 Caka, Batara Danghyang Guru Wisuda (putra Wuwus, Sunda) |
Sunda 9 | 774 – 817 Caka, Rakyan Windusakti, suami Dewi Sawitri, putri Wuwus, Sunda 8 |
Kala | 817 – 835 Caka (914 – 932 Masehi) = 18 tahun |
Kerajaan | Sunda-Galuh III, beribukota di Pakuan. |
Nama | Rakeyan Windusakti, putra Arya Kadaton, Sunda-Galuh I I |
Nama gelar | Prabu Déwageung Jayeng Buwana. |
Istri | Déwi Sawitri, adik Batara Danghyang Guru Wisuda, putra Wuwus, Sunda |
Anak | 1. Rakeyan Kamuning Gading 2. Rakeyan Jaya Giri |
Galuh 15 | 817 – 835 Caka = 18 tahun, Kamuning Gading |
Sunda 10 | 817 – 838 Caka = 21 tahun, Rakeyan Jayagiri |
Kala | 835 – 838 Caka (932 – 935 Masehi) = 3 tahun |
Kerajaan | Sunda-Galuh IV, beribukota di Pakuan. |
Nama | Rakeyan Kemuning Gading |
Nama gelar | Prabu Pucuk Wesi, Sang mokteng (yang meninggal di) Hujung Cariang |
Istri | |
Anak | Rakeyan Limbur Kencana |
Peristiwa | Takhta kerajaan direbut oleh adiknya, ialah Rakeyan Jayagiri. |
Galuh 16 | 835 – 842 Caka = 7 tahun, Rakeyan Jayadrata 842 – 871 Caka = 29 tahun, Rakeyan Jayadrata, Galuh berontak, merdeka |
Sunda 10 | 817 – 838 Caka = 21 tahun, Rakeyan Jayagiri |
Kala | 835 – 871 Caka = 36 tahun |
Kerajaan | Galuh 16 |
Nama | Jayadrata |
Gelar | Prabu Jayadrata BimaparakramaSang Lumahing . Wanawasa (yang meninggal di dalam hutan). |
Istri | |
Anak | Prabu Harimurtti |
Berontak | Sejak memerintah kerajaan, Prabu Jayadrata dengan bala tentaranya, diam-diam menyerang bala tentara Sunda dan pejabat Kerajaan Sunda yang ada di wilayah Galuh, sebab Prabu Jayadrata keinginannya memisahkan kekuasaan negara Galuh dari kekuasaan Kerajaan Sunda. Semua bala tentara Sunda tertawan oleh bala tentara Galuh. Tak lama kemudian, bala tentara Sunda memerangi Kerajaan Galuh, dengan tujuannya ingin mengalahkan kerajaannya dengan rajanya, termasuk bala tentaranya, membebaskan semua balatentara Sunda dan pejabat yang telah tertangkap dan ditawan. Tetapi ketika mereka baru sampai di batas kerajaan wilayah Galuh, balatentara Sunda yang sedang berjalan diserang dari belakang oleh balatentara Galuh yang telah menyebar di hutan dengan diam-diam. Balatentara Sunda kacau-balau dan tidak lagi bersenjata. Banyak balatentara Sunda tewas dipanah, tertombak dan tertusuk oleh bala tentara Galuh dari belakang, bahkan mereka diserang dengan tiba-tiba. Kemudian semua balatentara Sunda yang ditawan, juga semua pejabat Kerajaan Sunda dibebaskan, dan disuruh kembali ke negaranya. |
Membangkang | Oleh sebab itu pada permulaan tahun 842 Caka kerajaan Galuh merdeka menjadi kerajaan yang berdiri sendiri, tidak ada di bawah kekuasaan kerajaan Sunda lagi. |
Catatan | 835 – 842 Caka = 7 tahun, Galuh bagian Sunda-Galuh 842 – 871 Caka = 29 tahun, Galuh memerdekakan diri / membangkang |
Wafat | Demikian juga, di kerajaan Galuh, peristiwa 15 tahun yang telah lampau, Senapati Surageni telah dijatuhi hukuman mati oleh Prabu Harimurti. Senapati Surageni adalah senapati Rahiyang Jayagiri, Senapati itu membalas dendam kepada Prabu Galuh, Jayadrata yang telah membunuh raja Sunda. Pada waktu itu tahun 871 Caka (949-950 Masehi). Prabu Jayadrata sedang berburu binatang di dalam hutan bersama pengiringnya Sang Prabu Jayadrata dipanah oleh Senapati Surageni. Sang Prabu Jayadrata tewas pada waktu itu, tetapi Senapati Surageni tertangkap oleh angkatan bersenjata Galuh. Kemudian Senapati Surageni dijatuhi hukuman mati oleh putera Prabu Jayadrata, yaitu Prabu Galuh Harimurtti. Oleh karena itu Prabu Jayadrata disebut Sang Lumahing . Wanawasa (yang meninggal di dalam hutan). |
Kala | 838 – 864 Caka (934 – 960 Masehi) = 26 th |
Kerajaan | Sunda-Galuh V, beribukota di Pakuan. |
Nama | Rakeyan Jayagiri. |
Nama gelar | Prabu Wanayasa Jayabuwana. |
Istri | |
Anak | Déwi Ambawati, bersuami Watuageng atau Watwagheng, Sunda 11 |
Catatan | 838 – 864 Caka (934 – 960 Masehi) = 26 tahun, Sunda-Galuh 838 – 842 Caka (934 – 938 Masehi) = 4 th, Sunda-Galuh V 842 – 864 Caka (938 – 960 Masehi) = 22 Tahun, Sunda-Galuh V, tanpa Galuh |
Peristiwa 1 | Tahta Prabu Kamuning Gading direbut oleh adiknya, ialah Rakeyan Jayagiri dalam tahun 838 Caka (934 Masehi). |
Peristiwa 2 | Kekuasaan Prabu Jaya Giri, yang ada di Galuh direbut oleh Prabu Jayadrata. Prabu Jayadrata, cucu Batara Danghyang Guru Wisuda. Selanjutnya Prabu Jayagiri, 842-864 C (938-960 M), hanya berkuasa di Sunda |
Peristiwa 3 | Melakukan pembalasan pemberontakan Galuh, dengan menyuruh dua orang, di antaranya, yaitu seorang penjahat dan seorang lagi pembunuh, disuruh untuk membunuh Prabu Jayadrata. Tetapi kedua orang itu tidak berhasil. Bahkan keduanya, yaitu seorang pembunuh dan seorang penjahat tertangkap, selanjutnya dihukum bunuh. |
Peristiwa 4 | Prabu Jayadrata bermaksud membalas dengan pembunuhan. Dia menyuruh anak buahnya membunuh Rahiyang Jaya Giri. Dan Prabu Jayadrata memperoleh bantuan dari adik iparnya, yaitu Rakeyan Limbur Kencana, yang berada di kerajaan Sunda. Akhirnya Rakeyan Jaya Giri, berhasil dibunuhnya. Peristiwa itu terjadi pada tahun 864 Caka (= 960 Masehi). |
Mangkat | Rakeyan Jaya Giri meninggal, karena dibunuh oleh Prabu Jayadrata dalam tahun 864 Caka (960 Masehi) |
Galuh 16 | 838 – 842 Caka Sang Jayadrata 842 – 871 Caka, Sang Jayadrata – Galuh berontak, memerdekakan diri. |
Sunda 11 | 838 – 864 Caka, Watuageng, menantu Jayagiri |
Kala | 774 – 934 Caka (873 – 1028 Masehi) = 160 tahun |
Keterangan | Setelah adanya yang disebut Sunda Galuh,
atau jabatan Maharaja, maka nyata banyak terjadi perebutan kekuasaan,
untuk menduduki jabatan itu.Karena sukar diterangkan hanya dengan
kata-kata, maka dibantu dengan : 1. Silsilah dan jabatan 2. Kedudukan 3. Jabatan dalam waktu yang bersamaan |
Post a Comment